My reflection in the mirror.
There's no smile on my face.
Is so empty, as if there's nothing there.
I walk alone on the street.
But this empty street feels so empty.
It's quiet just like my heart.Baby don't worry.
After waking up from the dream that was you.
This morning of reality feels so empty.
My heart feels so empty.It's over, my love.
Where are you?
Now we are just a memory
I was happy, don't forget me, let's meet again.Empty by Winner.
______________________________________
Jinyoung POV
Semenjak kejadian dari pantai kemarin. Aku terus berpikiran keras mengenai yeoja itu. Aku harus memutuskannya dengan segera. Aku tak mau mengecewakan Jaebum hyung. Lagi pula dari awal aku memang tidak memiliki perasaan apapun dengannya. Ah aku harus mengajaknya ketemuan hari ini. Aku mencari namanya dikontak dan segera nelponnya.
Tut...tut...tut....
"Hello oppa... ada apa kok tumben menelponku?"
"Oppa ingin berbicara sesuatu padamu Lun." Namanya Luna.
"Ahh baiklah oppa aku akan tunggu kau di kafe biasanya ya, pukul 6 sore."
"Baiklah, sudah ya aku akhiri dulu teleponnya. Sampai ketemu disana."
"Nde oppa."
***
Jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 17.45 KST. Ahh sebaiknya aku berangkat sekarang saja ke kafe itu. Sesampainya disana ternyata Luna sudah menungguku. Dia melontarkan senyum seperti biasanya. Hening. Suasana hening. Sebenarnya aku dengannya juga tak begitu dekat dengannya seperti sepasang kekasih yang lain. Dan seperti biasa dia sudah memesankanku secangkir Cappucino panas.
"Hmmmm." Aku memulai pembicaraan.
"Nde oppa ada apa?"
"Maafkan oppa Luna. Aku ingin mengakhiri hubungan kita sampai disini."
"Aaaaaapaaa?" Jawabnya terbata-bata.
"Ttttapii ttapii kenapa oppa? Kenapa tiba-tiba seperti ini? Aku tau kamu memang tidak memiliki perasaan apapun kepadaku. Tapi kenapa sekarang oppa? Hhhiikksss." Aku melihat bulir bening keluar dari matanya.
"Maaf Luna, ada seseorang yang sudah mengisi hatiku. Jaebum hyung?"
"AAAPPAAAA???? Apa aku tidak salah dengar oppa?"
"Tidak. Itu memang kebenaran yang ada. Maaf. Semoga kamu mendapatkan pengganti yang lebih layak dan baik bagimu." Jawabku, aku berdiri dan segera meninggalkannya sendirian di kafe tadi.
Dari luar masih terlihat dia yang sedang menangis termenung di kafe itu. Aku sebenarnya tidak tega melihatnya menangis seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah aku anggap seperti adikku sendiri. Bukan seorang kekasih. Maka dari itu aku tidak bisa bersikap terlalu manis padanya.
Luna POV
Aku masih menangisinya di kafe ini. Duduk termenung sendirian. Aku tau jika dia sama sekali tidak memiliki perasaan padaku. Mungkin hanya aku disini yang terlalu egois menginginkan kasih sayang dan perhatian dari seorang Park Jinyoung. Teman masa kecilku. Dan dia sudah menganggapku sebagai adikknya sendiri. Selalu melindungiku dan menemani aku kemanapun aku pergi. Namun seiring dengan berjalannya waktu. Perasaan dihatiku berubah.
Aku ingin memilikinya. Hanya aku. Hingga waktu itu aku memberanikan diriku untuk menyatakan perasaanku kepadanya. Awal mulanya dia kaget. Dan menolaknya. Hingga aku merengek padanya. Sampai aku jatuh sakit. Dan pada akhirnya dia mau menerimaku sebagai kekasihnya. Namun hari-hari yang aku lalui ketika menjadi kekasihnya sungguh berbanding terbalik dengan yang dulu. Dia sungguh berubah. Terutama ketika dia masuk kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find You [END]
Non-Fiction"2013. Hari pertama kali masuk kuliah. Kamu. Park Jinyoung. Sebuah nama yang memenuhi semua memori otakku dan aku tak ingin memformatnya. Akan kubiarkan semua memori indah tersimpan rapi disana. Seperti koding yang tidak ada errornya, aku akan selal...