This Morning

420 44 3
                                    

Jinyoung POV

Pagi ini aku terbangun dipelukan namja berbahu lebar ini. Siapa lagi kalau bukan kekasihku? Ah iya aku sampai lupa kalau dia kemarin baru pindahan keapartemenku. Dan mulai hari ini aku tak akan kesepian lagi. Karena ada sesosok yang akan selalu menjagaku disini.

Bukankah ini sungguh nyata? Bukan mimpikan? Aku kira aku masih melintasi jalan mimpiku. Tidak. Ini nyata sungguh. Siapa sangka? Sungguh keberuntungan aku memiliki seseorang seperti Im Jaebum ini. Dia bukan hanya seperti kekasih seperti biasanya. Lebih dari itu, dia sudah seperti eomma dan appaku sendiri. Sehingga aku bisa bermanja-manja ria ketika dengannya. Hehe... siapa juga yang tak suka dimanjain ya kan?

Walaupun bisa aku kata kalau aku ini penyakitan dan cukup menyusahkan baginya. Tapi dia dengan sabar tanpa mengeluh sekalipun ketika merawatku. Aku merasakan cinta tulus dari dalam hatinya. Seperti sekarang ini. Bahkan ketika terlelap pun aku bisa melihat betapa dia sangat mencintaiku. Aneh bukan? Tapi memang itulah nyatanya. Baru pertama kali ini aku melihat seseorang yang mencintai aku dengan setulus hatinya tanpa mempedulikan semua kekuranganku. Karena dia yang akan menurupi semua kekuranganku dengan kelebihannya.

Setelah puas memandangi wajah damainya ketika tidur, aku memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur dan mandi. Ketika hendak melepas baju, darah segar mengalir lagi dari hidungku. Ahh sial kenapa mimisan lagi. Namun tak hanya mimisan, aku juga mulai merasakan jika kepalaku berasa sangat berat. Aku mencoba diam dan duduk diatas kloset.

Namun ada rasa gatal yang tiba-tiba menyerang seluruh tubuhku. Tiba-tiba saja kulit tanganku merah semua. Karena sudah tak tahan aku terus menggaruknya.

Hikss.... Kenapa bisa seperti ini?

"Jinyoung... kamu dimana sayang?" Aku mendengar dia memanggil namaku, pasti dia sudah bangun sekarang. Karena taka da aku dalam dekapannya maka dari itu dia mencariku.

"Aku dikamaar mandi hyung."

"Kamu ga kenapa-napa Jin?"

"Hyung... tanganku.."

"Kenapa sayang? Tolong buka pintunya."

Cekleekkk...

"Astaga Jinyoung apa yang terjadi padamu? Sini aku mandiin habis ini kita langsung kerumah sakit ya ga ada penolakan ga ada tapi-tapian, hari ini kamu harus nurut sama aku."

"HHmmmm baiklah hyung."

Sesekali menitikkan air mataku ketika dia membasuh tubuhku. Membersihkannya setiap inchi dengan telaten. Hingga menganhandukiku.

"Jjjaa... sudah selesai, tunggu ya sayang, aku mau mandi dulu."

Cup. Dia mengecup bibirku lembut.

Jaebum POV

Ya Tahun apa yang terjadi padanya. Hatiku sakit. Sangat sakit sampai aku tak bisa mengeluarkan air mataku lagi. Kenapa kau berikan cobaan seberat ini kepada manusia semanis dia?

Jika boleh.. Bisakah aku menggantikannya?

Aku hanya dia dengan pikiran kalutku. Duduk termenung di dalam kamar mandi. Aku takut. Sangat takut. Bahkan kata-katapun tak bisa mendeskripsikan ketakutanku akannya.

Salahkah aku yang mencintainya?
Salahkah aku yang hanya menginginkan dia tersenyum bahagia ketika bersamaku?
Salahkah aku yang ingin selalu menjaganya disepanjang umur hidupku?
Hingga kau memberi cobaan seberat ini kepada dia.

Dia.

Park Jinyoung.

Seseorang yang namanya selalu aku sebut didalam doaku.
Yang selalu membuatku memikirkannya ketika aku bangun tidur maupun akan tidur.
Seseorang yang mampu membawaku menerawang jauh hingga kedepan sana.
Aku tak ingin ceritaku berakhir disini.

Tolong... Jagalah dia....

Yang aku inginkan hanyalah satu

Membuatnya tersenyum bahagia.

"Sayang maaf ya aku lama ya mandinya."

"Ga kok hyung ini cepet pake bajunya udah aku siapin nih hehe."

"Terima kasih ya." Jawabku sambil mengelus surai hitamnya.

Setelah itu kami berdua berangkat kerumah sakit dengan mengendarai mobilku. Didalam mobil dia hanya terdiam dan memejamkan matanya.

Sesekali aku memandanginya.

Damai.

Cantik.

Aku ulurkan tangan kananku untuk menggenggam tangan kirinya.

"Sayang kita udah sampa."

"Aahh oohh iya."

"Ayo turun." Aku turun dan membukakan pintu mobil untukknya.
Kami berjalan berdua memasuki rumah sakit dengan keadaan aku menggenggam erat tangannya.

Sesampainya didalam aku langsung mendaftarkan namanya diresepsionis dan mendapatkan nomer antrian untuk menemui dokter kulit.

Kebetulan antrian hari ini lumayan sepi. Kami mendapatkan antrian nomer 7.

______

TBC

Find You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang