16 - Gang

2.3K 448 27
                                    

TAEHYUNG yang sudah memakai helmnya melambai pada Jimin, "Aku duluan!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TAEHYUNG yang sudah memakai helmnya melambai pada Jimin, "Aku duluan!"

"Hati-hati!" Pekik Jimin seraya membalas lambaian tangan Taehyung. Jimin membuka ponselnya yang baru saja bergetar singkat. Ada notifikasi pesan masuk.

Haneul :
Jangan pulang dulu!

Jimin mengernyit heran kemudian mengabaikan pesan singkat dari Haneul. Ia memasukkan ponselnya di saku dan memakai helm.

"Aku nggak ngerepotin?"

Jimin membuka kaca helm fullface-nya. Ia tersenyum sampai matanya menyipit dan menggeleng. Jimin menaiki motornya dan menghidupkan mesinnya. Hari sudah menjelang malam, ia harus cepat mengantarkan Gyuri pulang.

"Eh. Tunggu," Tahan Jimin saat Gyuri akan naik ke motor besar Jimin. Gyuri menoleh, menatap heran Jimin yang kini membuka kancing seragamnya.

"Ngapain buka baju?!"

Gyuri sempat panik dan menahan napasnya saat Jimin sudah membuka semua kancing baju seragamnya. Jimin melepas tas ranselnya, kemudian melepas kemejanya.

Gyuri kembali bernapas lega saat mengetahui bahwa Jimin memakai kaus hitam polos di balik kemejanya. Jimin terkekeh melihat ekspresi kaget Gyuri. Ia memberikan kemejanya pada Gyuri.

"Buat nutup kakimu. Emang mau pamer paha di jalan?"

Gyuri meraih kemeja Jimin dengan mulut yang cemberut karena malu. Gyuri naik ke motor Jimin dan menyelimuti kakinya dengan kemeja Jimin.

Jimin menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, sesekali mengajak Gyuri untuk mengobrol dan tertawa bersama atas beberapa gurauan yang saling mereka lontarkan.

Jimin melirik spion motornya, menatap beberapa motor mengikutinya sejak tadi.

"Pegangan."

Jimin melajukan motornya semakin kencang dan membuat Gyuri mencengkram bahu Jimin kuat-kuat. Sampai pada gang tembusan yang menurut Jimin bisa ia lewati untuk mengecoh, nyatanya malah ada beberapa geng motor yang memblokade jalan.

Jimin menarik remnya kuat dan motornya terhenti. Ia kembali menoleh pada spion dan melihat bahwa motor-motor di belakangnya juga memblokade jalan.

Apa-apaan, main keroyokan.

"Jimin, gimana ini?" Bisik Gyuri.

"Turun," Titah Jimin yang sontak membuat Gyuri turun dari motornya. Jimin menyusul, berdiri di hadapan Gyuri.

"Halo, Adik kelas."

Jimin menoleh menuju asal suara berat yang menginterupsi sementara tangannya meraih pergelangan tangan Gyuri, menarik Gyuri untuk bersembunyi di balik punggungnya.

"Apa lagi, kak?" Dengus Jimin saat mengetahui Seokjin dengan gengnya ingin menahannya.

"Nggak lihat aku bawa perempuan? Nggak tahu waktu sama tempat banget."

Seokjin memiringkan wajahnya, menengok ke arah Gyuri. Jimin mengeratkan genggamannya, menatap tajam pada Seokjin.

"Tinju dibalas tinju, Jimin. Aku masih dendam soal waktu itu."

Jimin mengeraskan rahangnya. Jika ia sendirian, pasti tidak akan tanggung menghajar Seokjin yang menghalangi jalannya.

Tapi, hari ini ia membawa Gyuri. Tidak mungkin ia mengantar Gyuri pulang dengan lecet-lecet di badannya.

Terdengar suara pukulan di balik punggung Jimin dan sontak membuat Jimin menoleh kaget. Nyatanya Gyuri baru saja menendang seorang laki-laki tepat di pusakanya sampai Jimin merinding sendiri mendengar rintihan lelaki di dekat mereka.

Gyuri melayangkan tinju dan tendangan saat ada salah satu lelaki yang mendekatinya. Jimin membulatkan mulutnya melihat kemampuan berkelahi Gyuri.

Ada beberapa yang maju, membuat Jimin akhirnya melepas genggamannya pada Gyuri dan tergerak untuk memukul beberapa lelaki yang mencoba menyentuh Gyuri. Di luar dugaan Jimin, ia malah dibantu Gyuri untuk berkelahi dengan geng motor Seokjin.

"Boleh juga," Ujar Jimin dengan napas yang terengah.

Punggung Gyuri dan Jimin saling bersentuhan, bersandar satu sama lain.

"Aku bagian fighter di Taekwondo," Ucap Gyuri membalas ucapan Jimin. Keduanya terlibat perkelahian. Namun, beberapa saat kemudian saat Jimin menerima tinjuan di perutnya dan membungkuk, tidak disangka Gyuri ditarik menjauh. Kedua tangan Gyuri ditangan oleh beberapa lelaki.

"Lepas, brengsek!"

Jimin merintih saat mendengar makian Gyuri. Seorang pemuda mendadak memukulinya bertubi, membuat Jimin akhirnya jatuh terduduk dengan rintihan dan darah yang memupuk di mulutnya. Gyuri memekik dan membuat Jimin berteriak, "Nggak usah sok hebat kalau masih berani mukul perempuan, sialan!"

Seokjin mendekat pada Jimin setelah memberi isyarat pada anak buahnya untuk berhenti kemudian berujar pelan, "Berani-beraninya kamu nyakitin Haneulku?"

Jimin menoleh, menatap sinis Seokjin.

"Siapa yang nyakitin siapa?" Kekeh Jimin tidak terima. Masih saja harus berurusan dengan Seokjin bahkan saat ia sudah putus dengan Haneul.

Jimin menerima tinju dari Seokjin di beberapa titik tubuhnya. Gyuri kembali memekik dan berontak dari cengkraman tangan teman Seokjin, "Jimin!"

Jimin membungkuk dalam duduknya dan terbatuk disertai darah. Seokjin berjongkok, menyentuh dagu Jimin dan mendongakkan kepala Jimin.

"Setimpal, ya? Kalau gitu jangan pernah ganggu hubunganku sama Haneul mulai sekarang."

Jimin tertawa dengan sudut bibir yang terluka dan wajah lebam serta bengkak, "Never."

Seokjin menyentak dagu Jimin kemudian berdiri dan menendang perut Jimin. Ia melenggang pergi saat Jimin terhuyung dalam duduknya dan jatuh meringkuk di tanah.

Jimin beranjak duduk dengan rintihan pelan yang terlontar dari mulutnya. Gyuri berlari mendekat pada Jimin dengan air mata berderai.

Jimin memandang pelipis Gyuri yang sedikit bengkak dan menyentuhnya, "Sakit?"

Gyuri menggeleng dengan air mata yang masih berderai. Jimin menghela napasnya, harusnya ia percaya pada pesan Haneul agar tidak pulang terlebih dahulu.

"Sorry, Gyu."

Jimin mengedipkan matanya beberapa kali dengan lambat dan alis yang bertaut saat pandangannya mengabur. Jimin menjatuhkan kepalanya pada bahu Gyuri, tangannya menyentuh punggung tangan Gyuri yang bergetar.

"Gini dulu bentar, nggak papa?"[]

Unforgettable ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang