"Kamu mempermainkan hatiku bahkan sebelum api mulai menyala." —BTS's Danger.Usai mengantar Gyuri selamat sampai rumahnya, Jimin langsung mengarahkan motornya ke rumah sebelum hari semakin larut dan membuat ibunya marah.
Jimin memarkir motornya di garasi. Ia melangkah masuk ke dalam rumah dengan masih mengenakan jersey basketnya. Ibu ternyata sudah menunggu di ruang tengah sembari membaca majalah.
Jimin melihat jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam dan menelan ludah. Sepertinya terlalu asik jalan-jalan dengan Gyuri sampai lupa waktu.
Jimin berujar pelan, "Aku pulang."
"Kamu pikir sekarang jam berapa?" Ibu Jimin meletakkan majalah yang ia baca dan menatap Jimin. Anak lelakinya hanya meringis kikuk. Ibu menatap jersey basket Jimin.
"Kamu main basket lagi?"
"Iya. Sparing terakhir."
"Ibu 'kan sudah nyuruh kamu keluar udah lama."
Jimin memutar bola matanya malas. Sudah berdebat dengan Haneul, sekarang ibu malah mengajaknya berdebat juga. Sejak dulu ibu memang memaksa Jimin untuk berhenti bermain basket dengan alasan beliau tidak ingin melihat nilai Jimin turun lagi karena sering pertandingan.
"Udah ah, bu. Aku nggak mau debat, yang penting aku bakal keluar secepatnya."
Jimin berjalan melewati ibunya, melangkah menuju kamar. Langkahnya kembali terhenti saat ibu memanggilnya. Ia tidak kunjung berbicara, terdiam beberapa saat. Suasana hening seketika.
"Jihyun gimana kabarnya?"
Badan Jimin kaku saat ibunya bertanya demikian. Firasat ibu pada anak lelakinya kuat sekali. Ibu menghela nafas, "Ibu ngerti kalian masih sering komunikasi sama ketemuan."
Tiap mendengar nama adiknya, dada Jimin selalu berdenyut. Ia sendiri tidak mengerti bagaimana keadaan adiknya usai Jimin meninggalkannya sendirian di taman.
"Kamu nggak bisa jawab. Ada yang terjadi antara kamu sama Jihyun 'kan?"
Jimin mengabaikan pertanyaan ibu dan masuk ke kamarnya namun ia kembali di kagetkan oleh Taehyung yang duduk di ranjangnya sembari memainkan ponsel. Taehyung menoleh, menatap Jimin yang menutup pintu kamar.
"Mau ngomong apa? Aku capek, jadi nggak perlu basa-basi."
Jimin meletakkan tas ranselnya. Ia membuka jersey basketnya menggantinya dengan bathrobe. Jimin memutar badan, menatap Taehyung yang masih belum berucap satu patah pun.
"Mereka bakal nikah minggu depan."
Bersamaan dengan Taehyung yang bersuara, ponsel Jimin berdering. Jimin mengalihkan pandangannya. Ia mengambil ponsel yang masih berada di saku celananya dan memeriksa siapa yang menghubunginya. Jimin menggeser tombol decline saat mengetahui bahwa Haneul yang menghubungi. Jimin mematikan ponselnya, meletakkannya di meja belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable ✔
Kısa HikayeAda beberapa hal di dunia yang tidak bisa dilihat dari sampulnya saja. -2017 November.