"Luka itu semakin dalam, layaknya potongan kaca yang sukar disatukan lagi." —V'S STIGMA
PEMUDA yang berada di sofa bersama calon ayah baru Jimin kemarin adalah Kim Taehyung.
Sosok sahabat se-perkelahian Jimin, teman sejak kecil Jimin, dan tempat Jimin menumpahkan segala kekesalan serta kepedihannya. Ibaratkan keduanya adalah magnet yang selalu merekat dengan Taehyung sebagai sisi kutub S dan Jimin sebagai sisi kutub N.
Usianya masih teramat muda saat Jimin menerima dengan mentah perceraian ayah dan ibu kandungnya. Emosi Jimin pun masih tidak stabil selayaknya remaja kebanyakan.
Jimin tidak banyak protes mengenai perceraian orang tuanya, ia hanya ingin mereka mendapatkan kebahagiaannya. Toh, rumah Jimin sedari awal sudah tidak utuh. Penuh retak dan pecah dimana-mana, tidak ada lagi yang bisa diperbaiki dari hubungan harmonis keluarganya.
Pernah suatu hari, saat Jimin kabur dari jam pelajaran lantaran ia mendapat pesan dari ayah bahwa mereka; ayah dan ibu Jimin memutuskan bulat untuk bercerai. Ayah pergi dari rumah, ibu juga entah kemana perginya saat itu. Jimin tidak lagi bisa menahan air matanya pada hari itu. Namun, Taehyung selalu saja menemukannya saat Jimin merasa berada di titik paling rendah. Memergok Jimin yang bersandar di pagar pembatas dengan berderai air mata.
Sejak sekolah dasar, Taehyung juga pernah bercerita pada Jimin bahwa keluarganya tidak jauh beda dengan keluarga Jimin. Atas dasar orang ketiga, keluarga Taehyung juga tercerai-berai. Taehyung mengatakan pada Jimin, bahwa ia sangat marah pada wanita yang sudah berani-beraninya masuk kedalam keluarganya. Bahkan ayahnya sudah menyentuh wanita itu.
Permasalahan keluarga Jimin pun serupa. Adanya orang ketiga. Ayahnya selingkuh, ibunya pun membalas dengan berselingkuh juga. Baru kemarin Jimin menyadari satu hal, bahwa ibunya berselingkuh dengan ayah Taehyung dan ayah Taehyung berselingkuh dengan ibu Jimin.
Kejam sekali.
Jimin merasa terbodohi sampai pagi ini. Ia sejenak menatap refleksi dirinya dengan seragam sekolahnya pada cermin kemudian mengambil tas hitamnya. Jimin melangkah keluar dari kamar menuju ruang makan. Duduk disamping Taehyung yang sejak kemarin sudah tinggal dirumahnya lantaran ayah Taehyung sudah melamar ibu Jimin. Ia mengaduk-aduk makanannya tanpa berniat untuk makan.
"Kok nggak makan, Jim?" Tutur lembut ibunya sontak membuat Jimin mendongak menatap sang ibu. Jimin mengangguk, enggan menjawab dan mulai melahap sesuap nasi. Aura di sekitarnya mengerikan. Ibunya dan ayah Taehyung yang bermesraan serta Taehyung yang sama sekali tidak bisa menyembunyikan tatapan bencinya. Jimin merinding.
Denting keras sendok dan sumpit Taehyung tiba-tiba memecahkan suasana aneh yang baru saja memenuhi ruang makan, "Aku selesai."
Taehyung berdiri, memundurkan kursinya dengan kasar kemudian melangkah pergi dari sana. Meninggalkan Jimin yang sedikit terperangah. Ayah Taehyung meneriaki pemuda itu, mengatakan bahwa kelakuan Taehyung sangatlah tidak sopan. Jimin tahu, tidak mudah bagi Taehyung untuk melihat keduanya karena Jimin juga tengah merasakan hal yang sama.
Jimin menghela napas, ia meletakkan sumpitnya. Hilang sudah nafsu makannya hari ini.
Rasanya Jimin dan Taehyung bukan lagi kedua magnet dengan kutub berlawanan. Melainkan, dua buah magnet dengan kutub yang sama.[]
___________________________________________
VISUALIZATION CHARACTER
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable ✔
Cerita PendekAda beberapa hal di dunia yang tidak bisa dilihat dari sampulnya saja. -2017 November.