Mengincar Yang Tertunda

61 6 4
                                    

Lomba fashion show tinggal sehari lagi. Komunitas kini mulai dihantui penyakit cinta yang terus menggelora pada relawan. Cahyani dan Arum menjadi sumber datangnya cinta di antara mereka.

Halib dan Putra sama-sama menyukai Cahyani. Mereka sudah menjaknya pacaran. Tapi hingga kini tak ada balasan. Cinta Halib dan Putra kini bertepuk sebelah tangan.

Bukan tanpa alasan. Cahyani masih dikerjar-kejat mantan pacarnya. Selain itu, juga ditembak oleh dua sahabatnya secara bersamaan. Keputusan yang dikeluarkan Cahyani harus lebih arif dan bijak untuk menyelamatkan persahabatan.

Bahkan, sebelumnya sudah pernah terjadi jarak antara mereka. Jarak itu membuat Cahyani tersiksa hingga memutuskan untuk keluar dari komunitas yang dipimpin Roy. Lama mereka tak bersua. Tak saling jumpa hingga tak saling menyuka.

Kejadian itu masih segar dalam ingatan Cahyani. Tapi Halib dan Putra merasa digantungkan cintanya sama Cahyani. Meskipun Cahyani sudah berterus terang untuk tidak memilih di antara mereka.

Beda kasus dengan Roy yang diam-diam menyukai relawannya. Karena punya kesempatan, Roy berusaha menyatakan cintanya pada Arum. Tapi gagal karena kehadiran Halib.

Kini, Roy punya kesempatan emas untuk kedua kalinya untuk menyatakan cinta. Dia mengajak Arum untuk mengecek lokasi lomba fashion show untuk peserta tuli. Hanya berdua, tak ada Halib, Putra atau pun Cahyani.

"Saya yakin Ifa bisa memenangi lomba ini besok, mas," Arum memotivasi. Kemudian mereka duduk berdua menyaksikan peserta lain uji coba.

Roy merayu, "Pasti akan menang. Sama seperti aku akan menang berlomba mendapatkan hatimu."

Arum tersipu malu, "Mas ini bisa aja."

"Jika ada kompetisi untuk mendapatkan hatimu. Maka aku yang pertama mendaftarkan diri untuk mengalahkan ribuan peserta yang merebutkan jiwamu. Aku akan sabar antre panjang dalam menyetor namaku."

Arum tak punya jawaban lagi. Gombalan Roy semakin menjadi. Membuatnya berhenti berpikir. Arum tak menyangka kalau Roy punya jurus jitu menaklukkan hati. Wajar, karena keseharian Roy tak pernah terlihat menggoda cewek mana pun. Bahkan, teman perempuannya saja hanya Cahyani dan Arum.

Arum berusaha bersuara, "Mas ternyata bisa ya gombalin cewek? Nggak nyangka aku."

"Aku sedang tidak menggombal, Arum. Aku sudah jatuh pada hatimu yang paling dalam."

Kata-kata Roy semakin menenggelamkan Arum pada jurang kebingungan. Dia berusaha menghindar dan mengajak Roy pulang. Tak dapat jawaban, Roy malah menggenggam tangan Arum dan berlutut.

"Aku menyukaimu, Arum. Maukah kamu menjadi bagian dari detak jantungku? Yang siap menemaniku hingga tiba masaku."

Arum melepaskan tangannya dari genggaman Roy. Dia berjalan ke luar dari tempat lomba fashion show. Sedangkan Roy sudah lemas dan lesu tanpa jawaban. Keringat dikeningnya menjadi saksi bahwa dia benar-benar sedang menginginkan Arum.

Masih berlutut tanpa Arum di depannya. Tangannya masih bergetar lemas. Detak jantungnya berdetak kencang. Pikirannya sudah terbang melayang. Sungguh tak tau apa yang harus dilakukan setelah tanpa jawaban.

Arum kembali menemui Roy. Dia mengajaknya pulang. Roy pun menurut dan mengikuti. Hatinya masih terbakar karena panasnya api cinta. Dia sedang membutuhkan si jago merah dari Arum untuk mendinginkan perasaannya.

Di tengah jalan. Arum meminta berhenti dan menyambagi penjual poster di pinggir jalan. Roy tetap menurut dan mengikutinya menuju penjual poster. Tapi hatinya tak seceria biasanya. Karena si jago merah milik Arum belum kunjung memadamkan.

Halib kembali memegang tanganya sebelum sambil berjalan ke penjual poster. Arum berhenti dan berbalik ke arah Roy.

"Aku gagal mendapatkanmu. Tapi setidaknya aku sudah punya kesempatan untuk menyatakan cinta padamu."

Arum kembali melepaskan tangannya untuk kedua kalinya. Dia langsung menuju penjual poster dan memilihnya. Sedangkan Roy menunggu dan tidak menemani memilihnya.

Sekitar 15 menit Roy menunggu. Akhirnya Arum mendapatkan poster pilihannya. Dia kembali menemui Roy yang sudah lama menunggunya.

"Beli poster apa kamu, Arum?"

"Mau tahu banget atau mau tahu sekali?" Arum menggoda. Sambil menuju tempat duduk. Roy mengikuti.

"Duduk sini. Biar aku kasih tahu poster siapa yang aku beli." Roy duduk di samping Arum. Kemudian Arum membuka poster ukuran A3 yang dibelinya.

"Helen Keller! Wau, ini luar biasa, Arum."

"Aku tahu kamu menyukainya. Aku juga sudah tahu cita-citamu untuk membuat orang tuli di sini seperti dia. Menjadi penyandang disabilitas berprestasi."

"Ini luar biasa, Arum. Dia menjadi motivasiku ketika aku jenuh menjalankan komunitas."

"Aku akan berjuang bersamamu untuk menggapai cita-citamu hingga tiba masaku kelak. Aku akan menjadi pendengar setai detak jantungmu."

"Jadi kamu....?"

"Iya, aku mau menjadi bidadari hidupmu."

"Yakin?" tanya Roy yang masih seperti dalam mimpi.

"Merpati alun-alun kota ini akan menjadi saksi bahwa cintaku hanya untukmu. Kita akan berjuang memerdekakan mereka yang tuli dalam genggaman cinta."

Cieee jadian diam-diam. Jones Putra sama Jones Halib kemana?

Vote dan komen, guys! Terima kasih.

Malang Menyisakan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang