Melepaskan

95 6 0
                                    

Jika memang ini jalan keluarnya. Dan, ini menurut kamu arif dan bijak. Maka aku akan menurut untuk melepasmu dari
genggaman hatiku.

---------------------------------------------------------

Komunitas kini tanpa Halib. Posisi Sekretaris telah kosong. Sebelumnya, posisi itu di isi oleh Halib Simajuntak. Tapi kini dia telah kembali pulang ke kampung halamannya. Tak ada lagi ucapan suara yang terdengar berlogat batak.

"Saya percaya sama kamu, Ifa. Kami memilih kamu menjadi sekretaris komunitas ini. Apa kamu bersedia?" tanya Roy khusus sama Ifa.

Dengan senang hati Ifa menjawab melalui bahasa isyaratnya, "Jika mas Roy sudah mempercayakan aku sebagai sekretaris komunitas ini. Maka tak ada kata lain yang bisa aku ucapkan selain menerima dengan senang hati."

Resmi Ifa menjadi sekretaris komunitas. Semua kegiatan penting sudah mulai dijalaninya. Dia bukan lagi sebagai orang yang membutuhkan. Tetapi sudah menjadi orang yang dibutuhkan di komunitas.

"Kamu hebat sekali, Ifa. Aku suka sekali kamu bisa sukses seperti ini. Komunitas ini ada di tanganmu sekarang," puji Arum yang mendekarinya.

"Terima kasih, mbak Arum. Jika aku hebat. Maka kamu yang lebih hebat. Karena aku belajarnya dari kamu," timpal Ifa dengan bahasanya.

Roy kemudian keluar menuju taman yang ada di belakang sekretariat. Dia santai menikmati hembusan angin melalui pohon yang rindang. Arum juga ikut duduk di sana setelah beberapa menit sendirian.

Arum sengaja mengajak Cahyani duduk di sana. Padahal, dia sudah tahu kalau Cahyani selalu cemburu melihat dia bersama. Tapi Arum tetap membawa Cahyani duduk bertiga di bawah pohon rindang yang hijau.

"Aku suka sekali lihat pohon rindang seperti ini, Cahyani. Kamu suka nggak?" Arum mengawali cerita.

"Biasa aja, sih. Nggak terlalu suka," jawabnya cuek.

"Kalau aku suka sekali. Kalau dibandingkan nih sama suka kamu pada dia. Maka jauh lebih besar sukaku pada pohon rindang ini," sindir Arum.

"Maksudnya?"

"Aku mau bicara sama kalian berdua, boleh?" tanya Arum tak biasanya.

"Tanya apa sih sayang?" jawab Roy santai di depan Cahyani. Sedangkan Cahyani hanya diam. Tak tahu setuju atau tidak.

Arum kemudian melanjutkan, "Roy. Aku ingin kita akhiri hubungan kita ini. Aku bukan perempuan yang bisa membahagiakanmu. Bukan juga perempuan yang kamu idam-idamkan."

"Kamu ini bicara apa sih?"

"Aku serius, Roy. Aku ingin kita putus. Aku nggak mau ada orang yang terluka berat karenaku. Aku memilih melepaskanmu untuk selamanya."

Cahyani diam seribu bahasa. Roy kemudian melanjutkan, "Siapa yang terluka? Nggak ada Arum. Aku mencintai kamu. Kamu juga mencintaiku."

"Tidak, Roy. Aku sudah tidak mencintaimu. Aku ingin kamu bersama dia selamanya. Hidup bahagia dalam ikatan cinta dan kasih sayang," Arum menunjuk Cahyani yang ada di sampingnya. Wajahnya merah menahan malu. Tak berani bicara apa-apa.

"Jika memang itu pilihanmu. Maka aku akan memilih pilihanmu. Meskipun itu salah bagiku. Tapi aku tidak akan pernah bisa mencintai seorang sahabatku sebagai kekasihku."

"Tapi Cahyani butuh kamu, Roy. Dia menginginkan kamu."

"Maafkan aku. Aku bukan lelaki yang merusak persahabatan demi cinta dan nafsu. Aku akan tetap menjadi sahabatnya Cahyani. Begitu juga dia, aku akan tetap menjadi sahabatnya. Bukan kekasihnya."

Cahyani langsung pergi dari tempat duduk mereka bertiga. Kemudian di susul oleh Arum. Dia menangis malu mendengar ucapan Roy. Padahal, Arum sudah memutuskan hubungannya dengan Roy di depan Cahyani.

Tapi, Roy tak memilih Cahyani sebagai kekasih. Dia tetap menjadikan Cahyani sebagai sahabat sejatinya. Beda dengan Halib dan Putra selalu mengajak Cahyani pacaran. Tapi selalu ditolak sama Cahyani.

Kini Roy sudah sendiri. Tak ada lagi orang terkasih di sampingnya. Arum sudah menjalin hubungan asmara dengan orang difabel tuli. Dia lebih bahagia dengan orang berkebutuhan khusus. Tapi tak ada yang mengganggu cintanya daripada menjalin kasih dengan orang normal tapi dilirik teman sendiri.

"Sahabat itu lebih dari segalanya bagiku. Maka aku akan tetap memilih kamu sebagai sahabat. Ikatan kasih terlalu hambar dibanding persahabatan kita selama ini," ucap Roy pada Cahyani.

"Jika kamu tak bisa memilihku. Kenapa kamu harus melepaskan dia darimu? Aku butuh kamu bahagia meskipun tidak bersamaku. Karena sekali kau senyum akan menambah usiaku."

Suatu saat, hanya ada dua kemungkinan. Pertama, kamu menikah duluan. Kedua, kita akan menikah di KUA bersama.

Vote dan komen, terima kasih.

Malang Menyisakan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang