Panggilan Hati

219 16 0
                                    

Tuhan selalu punya cerita yang melebihi skenario novel cinta. Kadang, kita merasa bahwa Tuhan tak adil ketika dilanda ujian. Kadang, kita selalu mengeluh jika mendapat cobaan. Kadang, kita mengingkari janji-Nya yang pasti.

=============================

Pagi itu, Roy pergi belanja ke sebuah mal yang dekat dengan tempat tinggalnya. Dia berjalan santai melihat ke kiri dan kanan. Berjalan seperti robot tanpa alat pengontrol.

Sebelum sampai di pintu mal, ada satpam yang berjaga. Dia sibuk membantu menyeberangkan orang menuju pusat perbelanjaan yang dicinta orang Malang.

Senyum satpam pun terlihat ikhlas membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongannya. Mondar mandirnya bukan tantangan baginya. Tapi berkah dan panggilan hati dalam menjalankan tugas.

Riuh kendaraan yang lalu lalang membuat telinga semakin bergetar kencang. Ada yang memacu kendaraan dengan kencang. Ada juga yang sopan menghindari kecelakaan dan tabrakan.

Sepontan terdengar suara klakson mobil mewah tanpa henti, "Tin... tin.... tin... tinnnnnn."

"Dasar bodoh. Perempuan kurang ajar. Apa kamu cari mati? Ini bukan jalan punya mbahmu," gerutu pengendara mobil warna putih mewah itu dari kursi pengemudi.

Wajah marahnya memuncak. Tapi sayang, perempuan yang akan ditabraknya tak menoleh sedikit pun ke arah orang tua yang mengendarai mobil.

Sontak semua orang yang ada di jalan itu menoleh dengan spontan. Pengemudi mobil mewah itu pun meminggirkan dan memarkirkan mobilnya di bahu jalan. Dia menghampiri gadis cantik yang menakai dress warna merah muda itu dengan kasar.

Tanpa basa basi. Orang tua itu langsung menyemprotnya dengan kata kasar. Mungkin karena kesalnya saat ditegur di atas mobil yang tak menoleh.

Sambil menunjuk muka perempuan itu, "Kamu itu, ya. Kalau berjalan di jalan raya itu pakai mata. Pakai telinga. Dipanggil tidak menoleh. Dasar anak kurang ajar yang budeg."

Gadis lucu itu hanya melongo melihat ke arah orang tua yang besar dan tinggi itu. Tak ada terlihat di wajahnya rasa takut atau pun bersalah. Dia hanya melihat ke arah orang tua itu tanpa ada sepatah kata pun.

Gadis itu mencoba memahami apa yang dikatakan orang tua itu melalui gerakan bibir dan tangannya. Hanya saja, dia terlihat kaget ketika ditunjuk-tunjuk dengan kasar. Tapi tidak takut. Apalagi sampai menghindar.

Satpam yang melihat juga ikut tercengang menyaksikan kesombongan orang kaya itu. Tega memaki anak gadis yang tak sepenuhnya bersalah. Mau mencegah, satpam itu mikir-mikir.

Begitu juga dengan orang-orang di sekitarnya. Tak ada yang berani menghentikan aksi sombong orang tua itu. Orang-orang hanya berani menonton pertunjukan gratis yang dialami perempuan malang itu.

Roy juga ikut menyaksikan pertunjukan. Hatinya tak tega melihat gadis itu dipermalukan orang sombong. Apalagi, Roy sudah menyaksikan perbedaan dari orang yang dimarahi pengemudi mobil. Dia semakin tak kuat melihatnya.

Dengan sigap, Roy mendekati orang tua tinggi itu.

"Mohon maaf, pak. Gadis ini sepertinya tuli dan bisu. Makanya, dia tidak bisa mendengar klakson mobil mewah, bapak. Mohon dimaklumi, pak. Dia orang cacat, tidak seperti kita yang normal ini."

Orang tua itu tak menanggapi. Dengan muka setengah malu, akhirnya meninggalkan jejak tanpa permisi. Tak ada sepatah kata pun yang dijawabnya.

Kemudian, perempuan yang tak kalah cantik dengan temannya Indira indiva Cahyani itu menggerakkan tangannya. Sesekali dibantu dengan gerakan bibir seksinya. Tapi, Roy bingung apa yang disampaikannya.

"Dia bilang terima kasih, mas," ucap salah seorang yang mengerti bahasa isyaratnya.

Roy mengarahkan senyumnya ke perempuan yang putih bersih di depannya. Menunjukkan bahwa dia bangga bisa membantunya walau pun terlambat. Dia pun banyak bercerita melalui penerjemah bahasa isyarat yang ada.

Jika dilihat sekilas, maka perempuan cantik tunarungu itu tak terlihat kurang apapun. Hanya saja, ketika diajak berkomunikasi yang menjadi masalah, karena tak bisa mendengar dan bicara.

Perempuan cantik itu bernama Siti Nur Lathifah yang masih sekolah di tempat khusus. Sejak itu, Roy mulai berpikir bahwa dirinya tak bermanfaat bagi orang lain secara langsung.

Siti Nur Lathifah menjadi sumber dibukakannya hati dan pikirannya,  untuk membuat sebuah komunitas tunarungu dalam melindungi hak-hak kaum disabilitas.

Dalam hatinya berjanji, "Saya akan menceritakan ini pada Putra Gede, Halib Simajuntak dan Indira Indiva Cahyani."

"Ini panggilan hati untuk menolong jiwa yang suci."

Please komen dan kasih bintangnya, guys! Terima kasih

Malang Menyisakan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang