PART 23

2.5K 100 9
                                    

Bunga itu indah
Saat tumbuh liar di halaman
Tapi, belum tentu sama indahnya
Jika bunga tadi dipindahkan ke dalam pot

........

Hari ini Resha bangun dengan perasaan sangat senang. Bagaimana tidak, hari ini Niko menawarinya untuk diantar berangkat sekolah.

Resha bersiap pagi-pagi sekali. Dia memutuskan untuk siap terlebih dahulu sebelum Niko datang nantinya.

Resha menyempatkan diri untuk luluran! Hari minggu yang banyak waktu saja, sepertinya tidak sempat. Biasanya satu minggu saja belum tentu satu kali. Tapi kali ini berbeda.

Resha menyetrika bajunya sendiri. Kemarin-kemarin saja Resha sudah tidak ada waktu untuk menstrikanya dulu sebelum berangkat sekolah. Seragamnya memang sudah halus namun dengan bekas lipatan di sekitar baju, tapi sekarang lipatan bekas lipatan baju itu sudah tidak ada.

Sebenarnya, Resha sudah mulai hilang respect saat malam itu. Namun, Niko sudah minta maaf dan kembali melancarkan aksi PDKTnya. Tentu saja, dengan banyak kata-kata manis yang dibaca Resha, perasaannya sudah kembali lagi untuk Si Posesif ini.

Dipakainya parfume dan deodorant. Pun Hand body, itu juga tidak boleh ketinggalan.

Hari ini Resha sangat wangi. Padahal hari-hari kemarin terkesan biasa saja. Pakai parfume juga kalau inget.

Diambilnya hairdryer untuk mengeringkan rambut Resha yang masih basah. Tidak seperti biasanya, karena biasanya Resha hanya meminta bantuan pada angin jalanan saja.

Setelah semua siap, Resha menyisir rambut untuk memastikan bahwa dia sudah rapi sekarang. Tidak, Resha tetap tidak akan mau memakai jepit rambut atau bando. Dia tidak punya. Satu-satunya aksesoris rambut yang dia punya hanya karet kucir. Namun Resha memilih menggerai rambutnya.

Cantik sekali. Wajah putih itu tidak disapu dengan bedak. Hanya sedikit pelembab saja. Tanpa pemerah bibir karena bibir Resha sudah merah alami.

Mmm, ralat. Mungkin bukan merah. Tapi pink!

Wajah segar itu kini sedang menunggu di meja makan. Neni yang sedang membuat nasi goreng dibuat keheranan dengan wangi yang dibawa Resha.

"Tumben wangi banget?" Tanya Neni yang saat ini sudah selesai memasak.

"Pengen aja, bun. Sayang kalo lulurnya ngga di pake. Keburu kadaluarsa kan?" Resha mengambil entong nasi dan mulai memindahkan nasi goreng ke piringnya sendiri.

"Gitu dong. Cewek itu harus wangi. Biar kelihatan terawat." Neni mencolek pipi halus putrinya.

Dilihatnya Resha yang sedang makan. Santai sekali. Biasanya dia akan tergesa-gesa bahkan kalau tidak keburu sarapan, Neni selalu siap sedia menyuapinya. Karena bagi Neni, sarapan itu penting.

Anak Bunda ngga boleh berangkat kalau belum sarapan.

"Alin mana, bun?"

"Kayanya lagi mandi. Tadi bunda lihat dia keluar kamar."

Neni memang tidak pernah membangunkan anak-anaknya. Dia biasakan dari sejak awal sekolah dulu. Anak-anaknya harus punya tanggug jawab atas dirinya sendiri.

Jadi, tanpa di paksa bangun pun, mereka sudah biasa bangun tanpa harus kesiangan.

Paling rebutan kamar mandi yang bikin telat. Karena kamar mandi di rumah Resha hanya ada satu.

Pejuang LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang