Eldest Pine Residence 20.37 PM"Sayang? Kau sudah bangun? Aku sudah membuat..."
Ucapan nya terhenti. Ia melihat pria yang ia cintai kini dalam kondisi terburuk nya. Kejadian beberapa bulan ini mempengaruhi nya secara keseluruhan. Baik dari segi fisik, pikiran, dan mental nya.
"........."
Keheningan melanda. Wanita itu, Bella Valentine, kini bingung harus melakukan apa. Pria didepan nya ini, Riley Ward, kini nampak seperti orang tanpa tujuan. Tatapan nya kosong.
"Aku tak lapar. Pergilah..."
"Namun, kau belum makan sejak..."
"Kubilang, aku tak ingin...!!! Bagian mana dari kata kata ku yang tak kau mengerti?! Pergiii...!!!"
Valentine kini menaruh kembali piring yang berisi sarapan pagi milik Riley. Kini, ia pergi keluar kamar mereka. Dengan wajah sendu, ia terlihat menuju lorong ke ruang makan. Tadi nya ia berniat menyendiri, namun di dapur sudah ada dua orang lain. Dylan dan Zertia.
Dengan enggan, ia pun bergabung bersama mereka di meja makan. Menyantap daging. Entah daging apa yang mereka makan. Tergantung apa yang Dylan temukan."Ia masih tak mau keluar kamar, huh? Sifat pemarah nya itu masih saja ia bawa hingga saat ini. Harus nya ia lupakan..."
"Diam, Tia. Jangan mengatakan sesuatu tentang nya yang akan membuat mu menyesal." Hardik Valentine yang terlihat kesal dengan sikap Zertia.
Zertia pun terdiam. Dylan hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kedua wanita seksi dihadapan nya ini bertengkar.
"Maaf, aku tak tahu kalau sifat pemarah nya menular kepada mu, nona. Mungkin, kalian harus lebih sering melakukan hal "itu". Celetuk Zertia. Kemudian, suasana hening. Diam. Semua nya teringat akan kejadian kejadian yang sudah lewat. Tak semua nya enak untuk di ingat, namun juga tak mudah dilupakan.
Tak disangka, orang yang sedang dibicarakan muncul tiba tiba. Riley muncul dengan wajah masam, mata sedikit memerah. Ia pun bergerak ke arah meja makan dan duduk di antara mereka.
"Aku lapar..."
Hanya itu kata kata yang meluncur keluar dari mulut nya. Dylan dan Zertia hanya bisa diam dan melihat nya dengan tatapan biasa. Hanya Valentine yang langsung bereaksi dengan mengambilkan sepiring oatmeal dan beberapa potong buah buahan yang mereka dapat dari supermarket di dekat komplek.
Tanpa berkata apapun, ia langsung melahap sepiring oat tersebut dan juga buah buahan yang ada. Ia makan seperti kesetanan. Namun, ia tak acuh dan hanya langsung menghabiskan nya.
"Riley...pelan pelan...nanti kau terse--"
"Ohok...ohok...ohok..."
Seperti karma, Riley langsung tersedak dan Valentine, yang melihat itu langsung mengambilkan segelas air dan memberikan nya kepada Riley.
"Glek...glek...glek...ahhh..."
"Konyol."
Tukas Zertia. Dylan pun hanya menggeleng gelengkan kepala melihat hal tersebut. Riley mungkin terlihat seperti orang konyol sekarang ini, namun, ia melihat sesuatu yang aneh.
"Tia, kalung mu..."
Kedua orang lain pun langsung melihat ke arah kalung yang dikenakan Zertia. Kalung itu bercahaya. Berkelap-kelip seperti ada sebuah lampu didalam nya.
Melihat hal itu, Zertia pun langsung menutup kalung yang ia kenakan dan melempar tatapan waspada. Riley, yang kini baru saja lepas dari tersedak nya, bangun dari kursi nya dan terkejut. Listrik di rumah mereka kembali meyala. Dan hal ini, membuat mereka curiga, ada sesuatu dengan kalung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Powerless/A World Without Light
Science FictionWARNING:SOME CONTENT OF THIS STORY CONTAIN MATURE AND SEXUALLY EXPLICIT. 18++ ONLY. HARSH LANGUAGE INSIDE... I'll explain. We lived in an electric world. We relied on it for everything. And then the power went out. Everything stopped working. We wer...