(Unknown place, somewhere in Connecticut.)
"Bagaimana dengan hasil awal pengujian 'The Pendant'? Apa sesuai dengan ekspetasi kita?"
"Tes awal menunjukan hasil yang menakjubkan. Alat itu bahkan bisa menghasilkan pancaran listrik yang bahkan bisa membuat sebuah mobil yang rusak bisa berjalan kembali."
"Kira kira, kapan semua itu bisa selesai?"
"Secepatnya. Besok sudah bisa di gunakan."
"Bagus. Pertahankan kinerja alat itu seperti ini. Kalian akan mendapatkan uang dan pendanaan apapun yang kalian minta."
"Ba-baik. Te-terima kasih."
Sosok itu meninggalkan dua orang ilmuwan yang kini sedang berada di sebuah ruang lab yang terlihat seperti ruang percobaan dengan peralatan canggih dengan peralatan listrik dimana mana. Di tengah ruangan, ada sebuah tabung kaca besar berisi tiga benda yang mencurigakan.
"Ahahah...baiklah, Stern, besok akan jadi hari perayaan kita. Keluarkan prototype yang sudah siap itu. Kita akan mulai test pertama besok pagi. Jam 03.15."
"Pagi sekali? Kenapa kita tidak menunggu hingga pagi? Masih banyak wak..."
"Diam. Turuti apa yang kuperintahahkan dan jangan banyak bicara."
"Ba...baik Caleb."
Stern pun segera mengambil salah satu alat yang ada di dalam tabung itu. Berbentuk sebuah kalung, dengan sebuah benda menyala di tengah nya.
Kemudian, ia bergegas untuk menuju landasan helikopter untuk lepas landas menuju tempat percobaaan yang ia sendiri belum tahu dimana tempatnya.Namun, di tengah lorong, Stern di cegat oleh seorang wanita. Ia memang memakai jubah lab seperti peneliti dan insinyur lain nya di tempat itu. Namun, pakaian yang ia kenakan di balik nya tidak mencerminkan kalau dia seorang ilmuwan. Tapi, lebih seperti gadis gadis di bar atau klub malam.
"Malam, Stern. Kau sedang membawa apa?" Tanya nya dengan gestur dan nada bicara yang seduktif. Wanita itu memutari tubuh sang pria hingga ia kembali berada di depan nya, persis.
"Ah, ma...malam nona Lunberg. A...aku sedang membaw..."
"Zertia. Cukup Zertia. Jangan terlalu formal seperti itu. Aku tidak suka."
"Ta...tapi..."
"Tidak ada tapi tapi. Yang kau bawa itu adalah karyaku, Stern. Kemana kau akan membawa nya dan atas perintah siapa?"
"Pe...perintah Caleb, nona."
Muka Zertia berubah menjadi suram. Ia langsung merebut alat di tangan Stern dan langsung pergi menuju ruangan nya.
Sebelum itu, ia sempat berbalik dan mengatakan "Katakan kepada Caleb, dia tak bisa seenaknya menggunakan ciptaan ku ini tanpaa se-ijin diriku. Katakan hal itu kepadanya."
"Ta...tapi, kalau aku tak membawa alat itu ke landasan sekarang, aku akan..."
"Akan apa?" Tanya nya tajam.
"Ti...tidak apa apa."
"Bagus. Pergilah."
Mereka pun pergi ke arah yang berlawanan. Stern berlari menuju landasan helikopter, sementara Zertia bergegas menuju ruangan kerja nya.
"Tidak ada yang boleh menggunakan benda ini kecuali aku. Bahkan jika orang itu adalah kau, Caleb."
Zertia pun sampai diruang pribadi nya. Ia segera duduk di meja nya dan mencolokan kalung itu ke komputer milik nya dan ia terlihat seperti memasukan beberapa baris command line ke dalam alat itu. Setelah beberapa saat, ia langsung kembali mencabut alat itu lalu memgalungkan nya kembali di leher nya. Lalu, ia pun menanggalkan jubah dan pakaian nya hingga ia kini telanjang bulat. Lalu, ia membuka lemari pakaian nya dan berganti baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Powerless/A World Without Light
Ciencia FicciónWARNING:SOME CONTENT OF THIS STORY CONTAIN MATURE AND SEXUALLY EXPLICIT. 18++ ONLY. HARSH LANGUAGE INSIDE... I'll explain. We lived in an electric world. We relied on it for everything. And then the power went out. Everything stopped working. We wer...