Day 14/13 April 2017/21.35

99 16 16
                                    

[Akan ada adegan yang sedikit Sexually Explicit di bab ini.]

[Riley 's POV]

Setelah Valentine dan teman nya itu masuk, aku pun kembali membaca dan meneliti lagi buku-buku dan file yang ku pinjam dari National Library. Namun, soal dering telephone dan listrik yang menyala di salah satu gedung yang kami temui tadi terus menerus membuat ku sakit kepala. Belum lagi waktu itu aku sempat menampar Valentine akibat temperament ku yang lepas kendali.

"Damn..."

Kemudian, aku pun melihat pria dan wanita sexy tadi pergi meninggalkan tempat duduk nya, entah mereka mau kemana.

"Val...can you come here please? I need your help."

Aku benar2 merasa bersalah.

Kemudian, ia pun muncul dari dalam rumah nya, keluar dan langsung berdiri di samping ku.

"What do you want me to do?"

Tanya nya kepada ku sambil memperhatikan tumpukan buku dan arsip penelitian yang berserakan di meja depan teras rumah nya itu.

Terlihat jelas, bekas tamparan yang ku layangkan kepada nya di gedung itu. Jujur, aku merasa bersalah, namun ia masih bisa menenangkan ku di gudang itu, meskipun sebenarnya ia berbohong pada ku soal gender nya.

"Tak apa, aku hanya ingin kau disini saja dan menemani ku."

Ku tarik tangan nya yang kecil itu dan segera menaruh tubuh mungil nya itu di pangkuan ku sambil tetap membaca buku buku dan penelitian ku ini.

Ku peluk tubuhnya yang mungil itu dari belakang, dengan sangat mesra.
Namun, ia terlihat gelisah. Mungkin karena ini di luar rumah dan ada sahabat baik nya di dalam rumah.

"Riley, masih ada tamu di dalam rumah, aku tak bisa lama lama meninggalkan nya. Ia sahabat ku."

Begitu protes nya kepada ku, namun ia terlihat nyaman di dalam pelukan ku ini.

Segera aku mencoba untuk mencari bahan pembicaraan untuk sekedar mencairkan suasana.

"Omong-omong, apa kau kenal dengan pria yang merokok di bangku depan itu? Ia baru saja pergi bersama seorang wanita yang memakai baju yang sexy itu. Jangan-jangan mereka sedang mencari tempat untuk..."

Aku menghentikan ucapan ku, menunggu reaksi atau jawaban dari nya.

"Tidak, aku tak terlalu kenal dengan nya. Lagi pula, memang siapa dia? Orang penting kah? Atau kenalan mu?"

Bukan kenalan nya, tapi ia juga penduduk di sini. Seperti nya ia seorang yang suka menyendiri.

Posisi kami sekarang sedang nyaman sekali, ia pun menyenderkan kepala nya di dada ku yang tegap ini. Seperti tak mau kehilangan diri ku. Saat itu juga, aku teringat akan kejadian sebelum ini. Tepat nya setelah kami lolos dari keributan besar di Times Square.

[Flashback/hari yang sama,16.43 pm]

Beruntung nya kami, tak disangka kami berdua bisa lolos dari keributan massal yang terjadi di Times Square.
Keributan itu mereda setelah beberapa orang yang di anggap sebagai provokator di tangkap dan di amankan oleh pihak yang berwajib.

Melihat kerumunan massa yang sudah mereda dan bubar, kami berdua pun memutuskan untuk pergi dari situ.

Namun, aku harus kemana? Rumah ku dan gedung Sunshine Electricity sangant jauh dari sini, sekitar 45 kilometers dari sini, dan hari sudah mulai sore. Sempat terpikir untuk berjalan, namun kelihatan nya tak akan sampai tepat waktu, apalagi terdengar kabar kalau Sunshine Electricity juga di serbu oleh kelompok massa.

Powerless/A World Without LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang