Prolog

678K 34.9K 2.2K
                                    

Cerita ini aku revisi PUEBI-nya agar lebih enak dibaca

Mahasiswa itu tidak akan pernah LDRan sama tugas, presentasi atau observasi dan yang terakhir skripsi. Katanya, mahasiswa tanpa tugas itu bagai langit tanpa bintang--hampa. Tidak ada indah-indahnya.

Kalau langit sih memang indah dengan adanya bintang. Nah, kalau mahasiswa? Tidak usah ditanya. Tugas bikin pusing. Okelah kalau seminggu hanya ada satu tugas, nah ini setiap mata kuliah punya tugas minggu ini dan harus selesai minggu depan. Coba, apa kabar dengan kesehatan otak? Belum lagi presentasi yang diacak, siap tidak siap harus menyampaikan hasilnya di depan kelas.

Dan bagi aku, mahasiswa dan tugasnya itu bagaikan wajah penuh jerawat. Hilang satu tumbuh seribu, terus saja begitu sampai Justin Bieber cover lagu Eta Terangkanlah.

Namaku Khanza. Kalau mau cari tahu nama panjangku, cari di E-KTP. Aku anak rantau, LDR sama orang tua. Karena aku memilih kuliah di Bandung daripada di kota kelahiranku. Ya setidaknya aku mengurangi 0,0001% dari jumlah penduduk Jakarta.

Pekerjaanku sudah tahu? Itu sudah aku jabarkan dengan terang di atas. Aku mahasiswa semester 5 Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen di salah satu Universitas terakreditasi di Kota Kembang.

Pas jadwal perkuliahan di semester 5 diberikan, yang pertama aku lihat adalah nama Bapak Arkana Dirgantara Ryder. Siapa dia? Dia adalah dosen pujaan hati mahasiswi. Iya, dia tampan, masih muda--dua puluh sembilan tahun kalau tidak salah, karena aku tidak terlalu memikirkan usia orang lain.

Wajahnya setengah bule, tinggi, smart apalagi, hidungnya lancip mirip prosotan anak TK, Badannya tegap dan jangkung. Sayang, umur udah seperempat abad tapi belum nikah. Perjaka tua dong. Eh, memang dia masih perjaka? Ah, peduli amat.

Sayangnya, Tuhan selalu saja menciptakan kekurangan di antara banyaknya kelebihan. Arkan misalnya, dia memang nyaris sempurna fisik tapi tidak sifatnya. Sifatnya kejam, otoriter, pelit nilai, kadang juga tengil pada mahasiswi yang menurutnya menarik. Aku tidak termasuk ke dalam jajaran mahasiswi yang selalu dia goda sih. Ya maklumlah, pemilik hidung standar sepertiku tidak akan dilirik seujung kuku pun

Entah cobaan apalagi yang akan aku terima di semester 5 ini, karena ternyata ada nama Arkan dijajaran dosen yang memegang mata kuliah.

Pernah ketika UAS waktu semester 3, temanku--ya sebut saja namanya Mawar. Dia ketahuan searching ke google pas Arkan yang menjadi pengawasnya. Tahu apa yang terjadi? Handphone Mawar--nama disamarkan, diambil. Abis itu ditanya siapa dosen yang memegang mata kuliahnya dan dilaporkan. Walhasil, nilai UAS Mawar mendapat E, luar biasa memang.

Ya namanya juga kids zaman now. Baik itu mahasiswa, anak SMA, anak SMP atau bahkan anak SD--mungkin saja membuka handphone saat UAS. Itu sudah menjadi budaya di zaman sekarang apalagi di negeri antah-berantah.

Arkan dan kekuasaannya, harus mampu aku taklukan. Masa iya putri seorang rektor tidak mampu mengalahkan dosen muda seperti Arkan. Kita lihat nanti.

*****

Meraba-raba letak ponsel yang berbunyi nyaring. Siapa coba yang menelpon pagi-pagi begini? Mengganggu orang mimpi kencan sama Zayn Malik saja.

"Hallo..."

"Za, lo di mana?" suara di seberang sana berbisik-bisik, ini jelas suara milik sahabatku, Wulan.

"Lo ganggu tahu gak. Padahal jaraknya tiga jari lagi gue hampir dicipok Zayn Malik," jawabku nyolot.

"Lihat jam woy!"

Kok tiba-tiba horor ya? Dengan gerakan slow motion aku melirik jam dinding yang menggantung di kamar kos.

"Anjiiiiiir... Lima menit lagi masuk!" Melompat dengan cepat dari kasur, menarik handuk yang kugantung di kapstok. Sial! Kesiangan lagi.

"Dan lo tahu, Pak Arkan udah stand by di kelas dari sepuluh menit yang lalu. Abis lo sama dia, Za. Udah satu kali absen juga lo."

"Serius lo?"

"Jang naon atuh ngabohong. Moal meunang pahala ari maneh. Cik geura mandi, ulah cuci muka jeung sikat gigi wae." (baca : Buat apa bohong. Gak bakal dapet pahala juga. Cepet mandi, jangan cuci muka sama sikat gigi doang).

Mulaikan ngocehnya pakai bahasa sunda. Untung sudah lumayan ngerti walaupun pas mengucapkannya agak salah.

"Muhun Teteh Ulan, abdi bade ibak ayena." (baca : Iya Kak Ulan, gue mau mandi sekarang).

"Ayeuna bukan ayena."

"Iya maksud gue gitu. Udah ah mau mandi, kasian nanti Arkan nunggu guenya lama."

"Najis! Yang ada lo dimutilasi doi Za."

"Oke, bye."

Tenang... Khanza, jangan jadi lemah! Everything's fine.

Arkana, I hate you.
.
.
.

Kalau suka kalau seru, jangan lupa wajib komen!!!!

September, 2017

Peternak bebek bertelur ayam 🐣

Dosen Idola (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang