Hari libur, mandi pun libur. Bangun tidur, tanpa cuci muka dan menyisir rambut. Menuruni undakan tangga sambil terus menguap. Kakiku mengajak ke dapur untuk minum dan mengambil satu buah apel.
"Bantuin, Kak. Suara Bunda menginterupsi saat aku hendak meninggalkan dapur untuk menonton televisi.
"Ada Mbak Min, Bunda. Aku mau nonton Doraemon," seruku tanpa menghentikan langkah.
Doraemon selalu menjadi tontonan yang wajib di hari libur sejak aku sekolah dasar. Aku tidak pernah bosan menonton robot kucing yang tidak mau disebut musang itu. Menyalakan televisi sambil duduk di sofa, kuangkat kedua kaki ke atas sofa. Duduk bersila sambil menikmati apel.
"Pagi-pagi bukannya mandi malah nonton tv, pantesan lo jomlo, Kak. Jorok sih!" Azka merebut remot tv di tanganku.
Punya adik satu-satunya yang tidak pernah satu paham. kami adalah partner in crime. Azka kelas tiga SMA. Kalau wajahku dominan ke Ayah, beda dengan Azka. Azka memiliki wajah perpaduan Ayah dan Bunda. Jadi, buat cewek-cewek jomlo di luar sana, kalian tidak akan kecewa kalau jatuh cinta sama adikku tersayang ini. Harap hati-hati saja soalnya sifat Azka annoying tingkat benua.
"Balikin remotnya, Azka!" teriakku menindih punggungnya. Berusaha mengambil remot yang dia sembunyikan di bawah badannya.
"Lo tuh udah gede nontonnya Doraemon." Tuh mulai kan ngajak perangnya.
"Biarin, suka-suka gue. Siniin remotnya!"
"Gak, gue mau nonton highlights IPL, sama LA LIGA. Lo nonton di kamar aja sana, udah disediain tv juga." Azka malah mengomeliku.
"Gue mau nontonnya di sini. Lo juga ada tv di kamar. Sana nonton di kamar," balasku.
"Gue juga mau nontonnya di sini," timpal Azka mengikuti jawabanku.
"Sekali-sekali lo ngalah kek sama kakak sendiri, durhaka terus lo jadi adek. Gue kutuk jadi jomlo seumur hidup," ancamku menggebu-gebu. Sudah terlalu kesal sama Azka, tapi kalau jauh, dia ngangenin. Iya, kangen ribut sama dia.
"Lo aja sana yang jadi jomlo!"
"Enak aja, gue udah punya cow--maksud gue, anu--"
Sialan pake segala keceplosan.
"BUNDA, KAKAK UDAH PUNYA COWOK NIH!!!"
"Diem lo!" Aku langsung membekap mulut ember Azka. Kompor meleduk! Bisanya ngadu.
"Apa, Ka?" Bunda berteriak dari dapur.
"Nggak, Bunda. Gak ada apa-apa," jawabku bohong.
"Kak, panggil Ayah di depan, sarapan udah siap."
"Iya, Bun."
Setiap pagi, aktivitas Ayah adalah menikmati secangkir kopi sambil membaca koran di beranda rumah. Ayah bilang udara pagi bisa menyehatkan tubuh, ya walaupun udara di sekitar rumahku ini agak hambar kalau pagi. Biasalah, Jakarta.
"Ayah, kata Bunda sarapannya udah--Pak Arkan?!"
Jjinja?
Sepagi ini dia udah nangkring depan rumah sama Ayah. Aku mengucek-ucek mataku siapa tahu masih ada belek? Eh sebentar belek? Ya Tuhan aku tercyduk belum mandi dan masih pakai baju tidur bermotif minion.
"Aaarrgghh..." Aku berteriak sambil berlari masuk ke dalam rumah lagi. Pergi ke dapur dan mencuci muka di wastafel.
"Kenapa, Kak?" tanya Bunda keheranan.
"Bunda, kenapa nggak bilang kalau di depan ada tamu?" Aku cemberut. Asli tadi sempat lihat Arkan tertawa geli begitu melihat menampilanku yang kusut. Apalagi tadi sudah perang juga sama Azka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Idola (Sudah Terbit)
ChickLit[TERSEDIA DI SHOPEE] Punya dosen ganteng tapi kejam, otoriter, pelit nilai, tengil... Basmi aja! Kalau dipelihara tidak akan baik untuk kesehatan otak. Itu yang selalu Khanza deklarasikan. Mahasiswi semester 5 yang SANGAT TIDAK terobsesi pada dosen...