同じように;the same way

830 119 47
                                    

"Oi, Mafu. Kenapa kau bengong begitu."

Teguran Soraru tak lantas membuat si pemilik surai putih itu bangun dari lamunannya. Kedua netranya tetap bergeming menatap keluar jendela. Langit tampak mendung, Mafu menghela napas.

Di hadapannya, tergeletak ponsel dengan layar menampilkan suatu laporan cuaca. Bukan di Jepang, namun suatu negara tempat [y/n] berada.

"Dua puluh enam derajat. Intensitas hujan sedang," gumam Mafumafu. "Hujan sedang... di sana, hujan."

Soraru menutup laptop di pangkuannya. Terkekeh geli melihat tingkah partner kerjanya itu di dekat kusen jendela kaca. "Kau sedang kenapa, Mafu? Seperti remaja yang sedang jatuh cinta saja."

Mafumafu masih tidak merewes ucapan Soraru. Jendela kaca yang diperhatikannya mulai berembun, ia tetap asyik berkelana dalam imajinasi. Mengkhayalkan banyak hal. Banyak hal yang menyangkut tentang... [y/n].

Seandainya saja Soraru tahu bahwa ucapannya tadi tidak salah sasaran.

"Daripada tidak ada kerjaan seperti itu," Soraru sengaja melantangkan suara, membuat Mafu menoleh kaget di sofanya, "kenapa tidak kau lihat-lihat twitter penggemarmu? Atau mengurusi proyek anniversary-mu?"

Mafumafu memalingkan wajah ke arah jendela (lagi). Kali ini sambil menangkupkan wajah di sebelah tangan. "Sudah kulakukan. Setiap kali aku membuka notifikasi, selalu tenggelam oleh yang lain yang baru muncul. Itu merepotkan dan mengesalkan, aku jadi susah menanggapi mereka."

"Ah, lalu gadis itu?" Soraru menjentikkan jemarinya sembari melirik ke atas, seakan teringat sesuatu. "Jangan-jangan dia mengirimimu pesan namun kau tidak membacanya?"

Kening Mafu mengernyit. "Siapa yang Soraru-san maksud?"

Soraru mengambil duduk di sisi Mafu, dimana ada cukup ruang untuk ditempatinya. Dengan santai ia merampas ponsel di genggaman sang lawan bicara dan membuka twitter, tepatnya Direct Message.

"Memang kaupikir siapa lagi."

"...[y/n]?" kepala surai putih itu tertunduk. "Dia mungkin sudah tidak menganggapku spesial lagi."

"Oh, jadi Mafu ingin dianggap spesial olehnya?" tanggap Soraru datar, tapi mendapat reaksi yang terlalu heboh dari Mafumafu.

"Eh? Bu-bukan...!"

"Apa nama akunnya, ya? Oh, iya! Nah, ketemu," ucap Soraru yang ditujukkan bukan kepada siapapun. Ia tersenyum puas melihat notifikasi DM dari akun tersebut. "Dia mengirim ini sejak tadi malam, pfft... padahal ulangtahunmu besok."

Mafumafu buru-buru menyambar ponselnya kembali dan menjaga jarak radius aman benda tersebut terhadap Soraru, seakan ada hal yang sangat privasi yang tidak boleh diketahui selain oleh dirinya sendiri.

Sebelum melihat pada layar ponselnya, Mafu melirik Soraru datar, "Perbedaan waktu di sana dengan sini sangat jauh, Soraru-san. Kau harusnya tahu itu."

"Iya, iya," ujar lelaki bersurai biru gelap itu sembari beranjak dari duduknya. Ia meraih jaket dan mengeratkannya di tubuh. Lalu menoleh pada Mafumafu. "Setelah ini aku mau makan yakiniku dengan Luz dan Amatsuki. Mereka sedang perjalanan ke studio saat ini. Kalau kau sudah puas membalas pesan-pesan itu, susul kami, ya."

"Hmm," gumam Mafumafu yang tak begitu memperhatikan.

Soraru hanya mendengus geli, lalu melangkah keluar melewati pintu kaca.

Sedang si surai putih tampak ragu, meski tidak dipungkiri rasa senang kelewat batas bergemuruh dalam rongga dada.

Enam tahun berlalu dan struktur kalimatnya masih rapi, tidak ada kesalahan penulisan kanji seperti yang biasa terjadi ketika ulangan Bahasa Jepang. Apa di sana ia masih belajar mata pelajaran yang sama? Apakah dia masih suka tertidur di kelas? Apakah ia masih suka bermain peran sebagai pahlawan penegak keadilan? Apakah ia masih suka mendengarkan lagu? Apakah ia masih tersenyum dengan polos dan riang, seakan tak ada beban apapun yang memberatkan pundak mungilnya.

Apakah ia masih... sama?

Mafumafu bersyukur menatap foto kelulusan gadis itu yang berdiri bersama ibunya mengenakan toga dan membawa buket bunga. Ia tetap manis, seperti dulu.

Dan Mafumafu yakin. Gadis itu tidak pernah benar-benar meninggalkannya. Ia masih menjaganya, dari kejauhan yang tak bisa ditembus gapaian tangan. Ia masih mengelilingi Mafumafu dengankasih sayangnya, kehangatan yang sama yang Mafu rasakan saat [y/n] merengkuh tubuhnya ke dalam pelukan.

Dan Mafumafu sangat merindukan [y/n] sekarang.

"Sudah lama sekali dan kau semakin manis," ucap pemuda surai putih itu.

Kedua manik ruby-nya berbinar dan berkaca-kaca pada waktu yang bersamaan. Bibirnya berkali-kali mengucapkan syukur. Kalau saja ia bisa memutar balikkan waktu, Mafu ingin sekali meneriakkan kata terimakasih pada gadis yang menjadi alasannya untuk meneruskan hidup. Gadis yang sudah melindunginya segenap hati, menemaninya saat semua orang berpaling.

Gadis yang sudah menghadirkan rasa nyaman kepadanya.

"Perasaan ini masih sama, tahu..."



[Direct Message]

@[y/n]_[l/n]  Ya. Aku ingat. Terimakasih.

@[y/n]_[l/n]  Bagaimana kabarmu?













[Fin.]

October Rain [Mafumafu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang