Garry memberikan sebuah kartu yang akan digunakan untuk masuk ke apartemen.
"Aku cuma punya 2 jadi jangan sekali-kali kamu menghilangkannya ya!"
"Iya Kak!" Betapa terkejutnya Garry ketika Ghea masih menganggapnya sebagai kakak. Sungguh bukan pekerjaan yang mudah bagi Garry untuk menaklukan hati gadis polos ini. Ghea mendekat ke arah Garry, tapi Garry bersikap sebaliknya.
"Kau tetap disini, jangan kemana-mana! Kalau kau butuh sesuatu tinggal pakai Master Card yang tergeletak di atas nakas. Aku pergi dulu ya."
"Kau bilang aku asistenmu?" Ghea melipat tangannya didepan dada. Kecewa dengan semua yang dikatakan Garry tadi.
"Sudahlah Ghea, kau kan masih dalam penyembuhan, akan lebih baik jika kamu dirumah dan duduk manis. Kalau perlu apa pun tinggal pesan ojek online, OK?!"
Ghea mengangguk setuju, ia tak menanggapi serius apa yang Garry peringatkan padanya. Hari ini adalah hari yang spesial, mentari seakan menyambut pesta pernikahan Jordan dengan Dania. Masih ada waktu untuk melihat momen kebahagiaan mantan pacarnya. Tak ada dendam dalam diri Ghea, yang ada malah ia semakin merindukan Jordan disisinya. Hari mulai sore, ia harus bergegas pergi sebelun Garry pulang. Ghea lupa kalau Garry bisa datang seenak perutnya sendiri. Bau asap hitam menyelubungi seisi apartemen. Ghea memejamkan mata dan melihat Garry sedang terlibat photo contest di sebuah studio iklan terbesar di New York.
"Kenapa aku bisa melihat Garry?" tanyanya dalam hati, ia kemudian menepuk pipinya berkali-kali dan merutuki diri sendiri karena telah lancang melihat kegiatan Garry diluar sana. Lalu apa gunanya ia bisa melihat kegiatan Garry, apa cuma Garry? ia malah penasaran mencoba menekan pelipisnya dan mengingat wajah Jordan. Dari situ terlihatlah suasana pernikahan Jordan dan Dania di sebuah tempat beralaskan rerumputan hijau. Sepertinya pernikahan itu dilaksanakan bukan di Jakarta, melainkan di Jogja. pupuslah harapan Ghea untuk menyaksikan Jordan mengucap janji sucinya yang seharusnya Ghea dengar sendiri dihadapan Jordan.
Ghea kembali mengeluh sakit kepala, namun tak kuasa mengucap nama Garry lagi, takut ia akan datang di depanya membuat jantung Ghea rasanya mau copot.
"Aku ingin sekali keluar, sudah lama aku tidak menghirup udara bersih, aku harus keluar dari sini." Jengah rasanya mencium bau obat-obatan selama di rumah sakit, Ghea pun mengabaikan perintah Garry.
ia pun menempelkan kartu, siap untuk mengunci apartement miliknya. seseorang berdasi pun datang dihadapannya seperti sedang terburu-buru. Dia menoleh pada Ghea seakan ada hal penting yang perlu ia sampaikan.
"Nona mau turun ke bawah ?"
"Iya, memangnya kenapa?" Pria tersebut meraih tangan kiri Ghea, menariknya ke arah dimana tangga darurat berada.
"Liftnya sedang rusak, ayo ikut aku Nona!"
"Tangga?"
"Iya, ayo kita turun bersama kebetulan kita hanya selisih satu lantai saja, kamu 23 saya 24." Kata Pria asing ya g mengaku penghuni lantai 24.
Baru saja Ghea turun satu lantai, terlihat jelas ia memegang bekas jahitan di lambungnya. Pria asing itu nampak Khawatir dengan keadaan Ghea."Lebih baik aku kembali ke lantai 23."
"Apa kamu baik-baik saja? Ayo aku antar keatas lagi, beruntung kita baru turun 2 lantai."
Di depan pintu apartemen nampak Garry memincingkan matanya, memandang tak suka pada pria asing yang mentatih tubuh kekasihnya (menurut Garry), bertambah satu lagi saingan Garry. dan ia sedikit pesimis bisa menyaingi pesonanya, ganteng, manis, berdasi pula, pasti ia dari golongan direktur atau manager.
"Manusia memang makhluk paling sempurna." kata Garry dalam hati melihat ketampanan pria satu ini.
Garry menunjukan rasa tak suka, dan berucap seenaknya sendiri pada Pria itu.
"Jangan ganggu isteriku lagi! Awas kau!" Ghea menendang tulang kering Garry, membuat Garry mengerang kesakitan. Teringat akan tangan putusnya yang kadang berdenyut sakit walaupun Garry sudah membacakan mantera berulang kali.
"Lain kali, jaga isteri anda selagi ia sakit Pak! Saya permisi."
02-09-2020 Thomas Sitompul
"Apa? Pria ini sebentar lagi mati, tapi karena apa? dia seperti baik-baik saja." Batin Garry setelah ia membaca tulisan yang tertera dari sorot mata pria bernama Thomas Sitompul.
Baru saja pria pengganggu pergi, datanglah seorang pria yang sama seperti perwujudan Mikail. Ia pun menyapa Garry dari kejauhan, Ghea yang pusing setengah tak melihat rupa dari malaikat Mikail. Ghea pun masuk kedalam apartemen, membiarkan keduanya bertegur sapa dan saling berpelukan seperti teman lama.
"Mikail, hentikan sandiwaramu, kerjakan tugasmu!" Garry melepas pelukan Mikail.
"Mulai sekarang panggil aku Michael, jangan Mikail lagi ya!"
sebenernya ada apa dengan Mikail, kenapa ia jadi sering menyamar sebagai manusia, padahal ia adalah malaikat tersibuk di Dunia Atas. :)
To be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Methamorphosis
FantasySuatu hari ia bertemu Sang Adik, wajahnya berbinar-binar, seolah-olah hari itu adalah yang paling berkesan dalam 2 dekade kehidupannya. Ternyata dia berhasil mematahkan kutukan jomblo yang banyak dilontarkan oleh teman-temannya. Garry Patrick Sidik...