Destiny

912 7 0
                                    

"Ayo Rey, cepetan" suara laki laki itu menggema di rumah gue "Tunggu sebentar!!" teriak gue dari dalem kamar "Siapa tuh?" suara laki laki lain pun keluar dari speaker laptop gue.

"Om gue, biasa. Aduh. Sialan" umpat gue. Gue terburu-buru, alhasil tangan gue pun terjepit pintu lemari "Kenapa lo?" tawa Farel keluar dari laptop gue. "Berisik lu ah" kata gue di sela sela umpatan gue yang belum berhenti.

"Rey buruan!!" sekali lagi. Suara om gue menggema "Sabar kek elah!! Rel gue pergi dulu ya" akhirnya gue pun memapangkan wajah lagi di depan laptop. "Yaudah hati-hati dijalan, ntar lo pulang udh gak virgin lagi hahahahah" tawa itu. Tawa yang sering menggema di kamar gue kalau malam hari.

Gue pun dissconnect skype dengan Farel dan langsung keluar dari kamar. "Skype mulu lo sama dia" pernyataan itu langsung dihantam ke gue setelah gue keluar dari kamar "Biarin sih. Udah ayo" gue pun langsung turun ke bawah karna malas dengan pernyataan selanjutnya.

"Jadian aja udah sama dia" ledeknya, om gue jalan di belakang gue yang otomatis gue ngga bisa menumpahkan semua jurus mematikan gue ke dia "Bacot lo ah ntar mamah tau" kata gue "Yahilah, jadian aja udahlah" ledeknya lagi.

"Om. Dia itu ade gue, gak lebih" kata gue sambil memelas. "Yeah yeah, whatever." Gue mendengus kesal

Harusakah gue cerita? Iya. Farel. M. Rizky Farel. Sebetulnya, dan awalnya, dia hanya teman gue di BBM, bertemu karena ya kalian tau lah. Jaman sekarang ada yang disebut dengan fangirling kan? Nah gue dan dia bertemu di satu fandom yang sama. Awal bertemu gue dan dia sebetulnya gak disengaja, atau bisa dibilang, dia memang takdir yang diberi Tuhan ke gue buat mengisi hari-hari gue.

Gue masih mengingat awal bertemu dengan dia. Di BBM. Saat itu, kebetulan gue adalah owner twitter fandom, dan salah satunya. Farel adalah admin twitter fandom gue tersebut.

Awalnya hubungan gue dan dia hanya sebatas owner dan admin. Tetapi suatu hari, gue dan dia ada di 1 topik yang sama dan ya kita berdua ngerasa cocok dengan topik tersebut. Alhasil, semenjak dari kejadian itu Farel dan gue dekat, lumayan dekat, sangat dekat mungkin.

"Heh, lu dengerin gue ngomong gak sih?" suara om gue yang duduk menyetir di sebelah gue mengagetkan gue "Eh apaan?" gue melihatnya "Sialan lo mah, bbm-an mulu, gue ngomong gak di dengerin" katanya kesal

"Eh iya maaf, Farel bbm gue heheheh" gue hanya tersenyum hingga memperlihatkan gigi-gigi gue, lalu gue berfokus kepada hp gue lagi.

"Tau gak Rey" suara om gue kembali memenuhi telinga gue "Apa?" kata gue, tetapi pandangan gue tetap fokus ke hp gue "Selama ada Farel lo jadi keliatan bahagia tau" katanya "Bisa bangetdah" kata gue dengan malas.

"Serius, gue serius, eh gue om lo, hampir setiap hari gue sama lo, ya gue tau lah kapan lo bahagia dan kapan lo gak bahagia" katanya "Ya setidaknya setelah lo sahabatan sama Hanan" katanya lagi.

"Eh gue sama Hanan jomblo bahagia kali, bahagia terus gak cuma karna ada Farel" kata gue dengan sedikit ada kebanggaan di kata 'jomblo bahagia' "Tapi ini beda, setidaknya lo sama Hanan udah lumayan lama. Sama Farel? Baru sebentar kan, baru juga beberapa bulan" katanya lagi. Dan gue hanya diam

"Siapa tau ini takdir lo ketemu sama Farel dan keliatan lebih bahagia, walaupun sebatas hubungan kakak adik." Seketika gue langsung melihatnya lagi setelah dia berbicara seperti itu. Gue yakin, ada maksud tertentu dari kata-katanya barusan, tetapi apa?

Om gue yang satu ini memang banyak teka-teki yang selalu buat gue penasaran. Kevin. Kevin Irfan Maulana. Atau biasa gue panggil 'Om Kev'. Dia terbilang masih cukup muda, ya 28 tahun. Tinggi, gagah, dan ditambah lagi perawakannya yang keturunan Arab dari alm. Opa gue. Belum menikah, tetapi dia udah bekerja dan cukup tajir memang. Wanita mana aja yang dapetin dia bakalan benar-benar beruntung karna dia memang sebetulnya sudah siap berumah tangga.

Tetapi om gue ini berbeda dari laki-laki lain, dimana di umurnya yang sudah cukup buat menikah ini dia malah enggan untuk menikah. Kenapa? Dia trauma.

Dulu, om gue ini sebetulnya sudah mau menikah, kira-kira 4 tahun yang lalu. Semuanya sudah direncanain. Tanggal pernikahan, gedung untuk resepsi dan tempat untuk akad nikah, undangan pun sudah selesai cetak dan baju pengantin pun sudah selesai. Tetapi takdir berkata lain.

Mempelai wanitanya pergi meninggalkan dia, untuk laki-laki lain. Dan dia hanya berbicara lewat telefon. Walaupun penjelasannya cukup jelas mengapa si wanita pergi, tetap saja itu akan membuat laki-laki manapun bisa terkena serangan jantung.

Dan akhirnya, dengan terpaksa, pernikahan dibatalkan. Dan Om gue cukup depresi saat itu. But. Look at him now! Terasa tidak ada beban, sebetulnya gue cukup salut dengan dia, hanya dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun dia pun berdiri tegak lagi dan ngejalanin hidupnya. Walaupun ada trauma yang masih membekas dan mungkin tidak akan hilang sampai sekarang, bahkan nanti.

"HANAAAANNNN!!!!!" teriak gue dari kejauhan saat melihat sesosok wanita yang gue kenal. Hanan pun berbalik dan melihat ke gue "REEEYYY!!!!" dia pun sama seperti gue.

"Ngapain luu?? Ah gak bilang bilang kalo kesini, kan bisa sama gueee" katanya setelah ada di hadapan gue "Jalan-jalan doang gue sama berondong tua ini" kata gue sambil melirik ke om gue yang berdiri di sebelah gue "Eh apaan lu" protesnya. Gue dan Hanan hanya tertawa.

Hanan. Hanan.. Hanan.. Hanan.....

Hanan Putri Kinanti. Dia sahabat gue, sahabat sejak SMP kelas 1. Dan sekarang kita sudah SMA kelas 1. Cukup lama memang. Hanan anaknya asik,dan tentu saja apa yang ngebuat betah dengan dia karna gue dan dia selalu match dalam topik pembiacaraan yang kita suka. Walaupun terkadang kita berdua sering berantem karna hal-hal sepele, tapi 2 atau 3 hari setelahnya kita pun udah ketawa lagi di depan sekolah.

"Eh udah ya gue mau nonton dulu" kata gue "Oh yaudah, hati-hati ya. Om jangan di apa-apain anak orang" katanya sambil sedikit tertawa dan melambaikan tangannya saat gue mulai menjauh.

"Kenapasih. Apasih. Gue capek banget kalo jalan sama lo pasti diingetinnya 'Jangan di apa-apain ya' lo pikir gue demen ama anak SMA kek gini" katanya dengan kesal. Gue hanya tertawa.

"Soalnya gue polos om. Lo kan bokepnya udah naujubillah banget" kata gue sambil tertawa "Ha ha ha, gak gue anterin pulang lu" ancemnya "Jangan eh jangan..."

Sebetulnya hari-hari gue biasa aja. Sekolah. Ofc, and i hate that. Main sama temen di luar dan terkadang gue ngestuck di rumah Hanan dan mainin all of things that we love. Atau pergi berdua sama Om gue, entah nonton atau hanya jalan-jalan gak jelas. Dan terkadang ngestuck di rumah. Di depan laptop, skype dengan Farel, atau tertawa sendiri karna chat sama dia. Tetapi kebanyakan, ya itulah, dengan Farel, karna sebagian besar gue menghabiskan waktu dirumah.

Setiap pulang sekolah, pasti di chat bbm gue udh ada nama Farel dan Hanan. Antara mereka berdua. Mereka berdua lah yang ngisi hari hari gue, terutama Farel. Karna diam diam gue punya sedikit rasa dengannya, hanya sedikit, bahkan kalau bisa gaakan ada lagi karna dia menganggap gue kakanya dan sebaliknya, gue menganggapnya hanya sebagai adik.

Mungkin sebagian dari kalian bertanya. Kenapa Skype? Well. Gue dan Farel jauh. Gue di Jakarta, dan Farel ada di luar Jakarta, dia di Jogja. Jadi,lihatkan, gue dan dia hanya sebatas dunia maya, gak lebih.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang