*Rey’s POV*
Gue duduk di kasur dan menyalakan tv. Dan tiba tiba om Kev melemparkan suatu benda yang cukup keras ke arah gue
“Anjir apa lu om” umpat gue “Baca” katanya singkat sambil membuka bajunya. Gue melihat ke arahnya dengan tatapan sinis.
Gue mengambil benda yang baru aja dilempar sama om Kev ke arah gue. benda seperti buku tetapi lebih kecil, dilapisi kain beludru berwarna merah maroon. Undangan pernikahan..
Baru saja melihat covernya. Om Kev duduk di samping gue.
Gue pun membukanya. Jelas seperti yg gue sebutkan, undangan pernikahan. Kata yang langsung gue tangkap adalah nama seseorang yang cukup familiar.
Mawar. Dan gue berharap kata selanjutnya adalah nama lain yang tidak gue kenal.
Kalisa. Harapan gue tidak berjalan mulus.
Putri. Rasanya tubuh gue langsung kaku membacanya.
“Ini... Mawar?” kata gue pelan sambil melihat ke om Kev yang ada di sebelah gue.
“Iya. Mawar. Bisa baca kan?” katanya dengan santainya. “Dio.. Dio mana?” kata gue dengan nada tidak percaya.
“Ya Dio yang mana lagi, Dio yang gue dan lo kenal” katanya. “Anjir...” tiba tiba gue jadi sesak nafas
“Oh.. fuck..” umpat gue. om Kev hanya tertawa kecil di sebelah gue karna melihat gue yang seperti ini.
“Lo dikasih siapa?” tanya gue “Sama Mawarnya langsung”
“Ah gila. Gila banget gila” gue berdiri dari kasur dan menaruh undangan yang gue pegang ke meja.
“Kenapa coba?” katanya sambil tertawa “Lu gila om?” kata gue melihatnya dengan tatapan bingung
“Gue heran sama lo, gak sakit hati apa? Atau gimana kek, kok lo malah ketawa?” kata gue
“Ya... Terus menurut lo gue harus apa? Ngemis ngemis ke dia biar gak nikah? Engga lah. Gue suaminnya juga bukan” katanya dengan nada menahan tawa
“Laper gue. gue jadi laper lagi” kata gue dengan tampang masih tidak percaya.
Gue tau persis apa yang sebetulnya yang om Kev rasain. Sakit. Itu pasti. Tapi dia berusaha buat nutupin itu semua dan bersikap biasa saja.
Ya sekarang bayangin aja dulu lo masuk ke kehidupan seseorang yang baru aja ditinggalin orang yang dia sayang. Dan lo berjanji lo bakal mengisi ruang yang kosong itu.
Selama bertahun-tahun lo mengisinya, dan tiba-tiba aja lo di dorong keluar padahal 2 minggu lagi lo menikah sama dia.
Dan setelah 4 tahun tiba-tiba lo ketemu lagi dan dia ngasih undangan pernikahan. Bahkan menikahnya dengan orang yang dulu pernah ninggalin dia.
“Yang terpenting sih dia sama Dio. Gue yakin Mawar pasti bahagia sama Dio” katanya sambil menatap lurus ke depan. Gue bisa melihat tatapannya kosong.
“Ya prinsip cinta tak harus memiliki ada benernya juga” lanjutnya, “Prinsip itu sakit banget” kata gue.
“Rey, gue sayang dia, dan dia sekarang sama orang yang dia sayang, orang yang selama bertahun-tahun dia tunggu, orang yang selama bertahun-tahun ngebenci dia, orang yang selama bertahun-tahun maki-maki dia. Dan sekarang dia udah dapetin maafnya, bahkan gak hanya maaf, tapi orangnya juga.”
“Gaada yang lebih bahagia Rey kalau lo tahu orang yang lo sayang bahagia diluar sana”
“Dan yang terpenting setelah ini semua dia gaakan dateng lagi ke mimpi gue, karna gue udah merasa lega”
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Teen FictionTerkadang, gue suka mengeluh akan hidup gue yang menurut gue sama sekali tidak ada hal yang menyenangkan. Itu takdir. Iya. Lelaki ini selalu berbicara itu ke gue. Takdir. Sebetulnya benarkah ini takdir gue? Atau takdir gue yang sebetulnya indah. Be...