Part 4

183 6 0
                                    

*Rey POV*

“Senyuman yang ada di wajah lo itu, bukan senyuman biasa Rey. Hanya beberapa orang yang bisa ngebuat orang lain tersenyum seperti itu.” Kalimat itu berputar di otak gue.

Apa maksudnya yang di sampaikan om Kev adalah masalah kebahagiaan? Kalau gue disuruh jawab jujur gue emang merasa selama ada Farel hidup gue sempurna. Yang tadinya hari-hari kosong, flat, menjadi lebih hidup, lebih berwarna dan bermakna.

Tapi itu dulu. Untuk sekarang? Hari gue gelap, selalu mendung yang suatu saat bisa turun hujan, yang suatu saat gue bisa menangis karna mengingat suatu hal yang sulit untuk gue tutupi dan gue pendem.

Bahkan mungkin untuk kedepannya pula gue selalu seperti ini.

Gue berantakan. Bener bener berantakan. Untunglah kelas 11 banyak libur karna kaka kelas mau UN.

Gue kurang tidur, kerjanya nangis doang, setiap ke sekolah mata bengkak, lemes, gakaruan banget.

Rasanya. Dia pergi. Setengah dari jiwa gue pun pergi mengikuti kemana dia pergi, memohon meminta belas kasihan agar kembali.

***

1 bulan.

1 bulan gue lost contact dengan Farel.

Tidak ada tanda-tanda dia kembali

Tidak ada tanda-tanda gue bisa melupakan itu semua

Kalau gue boleh memilih. Gue lebih memilih ke masa lalu dan tinggal disana selamanya. Dimana senyum, tawa, dan kebahagiaan gue masih ada. Masih mengalir tulus karna seseorang. Dimana gue merasa di pedulikan. Dimana gue merasa diperhatikan. Dimana gue merasa menjadi orang yang spesial di kehidupan orang lain.

“Rey” om gue memanggil, memecah lamunan gue “Apa?” gue melihatnya yang duduk di depan gue “Mau makan gak sih?” tanyanya.

Gue melihat ke steak gue, masih utuh. Gak ada niatan buat makan.

“Ayolah Rey, udahan kek, gue gamau tiap lo sama gue ketemu lo cerita tentang Farel, tentang keacuhannya dan akhirnya lo nangis lagi” katanya. Gue berpaling.

Gue mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di meja lalu pergi keluar dari restoran.

“REY!” gue gapeduli “REYNANDA!” bodo amat. Saat gue mau memasuki mobil, tangan seseorang langsung menarik lengan gue dan membawa gue ke dekapannya.

Gue gabisa menahan air mata gue. tidak buat sekarang ini. Lebih baik gue menangis daripada gue menahan itu semua yang hanya ngebuat dada makin sesak.

“Jangan bermain dimasa lalu lagi. Jangan terbuai disana. Itu semua hanya masa lalu. Pikirin masa depan lo. Pikirin masa depan lo yang akan lebih baik daripada dulu, bahkan sekarang.”

          *Kevin POV*

Gue ngebawa Rey ke taman, tamannya cukup sepi dan tidak terlalu di pusat kota. Dan disana ada danau buatan yang cukup menengkan hati. Gue sering bawa Rey kesini, sekedar nemenin dia nangis dan ngeluarin semua perasaannya yang tiada ujung tentang Farel.

“Inget gak Rey” kata gue sambil memandang lurus ke danau “Farel pernah bilang ke lo. Dia gaperlu kado, yang penting lo sama dia terus. Tapi malah kenapa jadi Farel yang pergi?”

Gue melihat Rey yang masih meneteskan air mata.

          *Rey’s POV*

”Farel pernah bilang ke lo. Dia gaperlu kado, yang penting lo sama dia terus. Tapi malah kenapa jadi Farel yang pergi?”

Gue teringat sesuatu. Sesuatu dimana bener-bener ngebawa gue jauh dari bumi

***

“Ka rey. Kado kali buat gue wkwk” “Yah rel. Gue gaada duit. Duit kepake terus buat main:(“ “Gaperlu ngadoin juga gpp kok. Asalkan lo sama gue terus.”

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang