Part 17

145 4 0
                                    

*Rey’s POV*

Gue hanya tertawa kecil dan menunduk. “Rey ayolah. Lo gapernah ngasih gue jawaban” kata Imam. Gue pun mendongakkan kepala gue lagi “Ada alasan mam kenapa gue gapernah ngasih jawaban ke lo” kata gue sambil menatapnya.

“Lo gapernah ngasih tau gue alasannya Rey” katanya lagi. “No.. not now” gue menggelengkan kepala dan kembali menunduk.

Dan tiba-tiba saja gelas yang sedari tadi gue pegang berubah menjadi tangan Imam. Gue pun kembali mendongak lagi dan melihatnya.

“Gue ngerasa ada yang salah sama lo” katanya pelan “Sejak pertama gue kenal sama lo dan sampai sekarang ini gue merasa ada sesuatu yang salah di diri lo” lanjutnya.

Gue memejamkan mata dan mengigit bibir bawah gue “Imam. Gue baik-baik aja” kata gue sambil membuka kembali mata gue.

“Sayangnya akting lo itu gak cukup sempurna di mata gue Rey. Gue bisa lihat, lo seperti nutupin sesuatu dari orang-orang” katanya “Lo nutupin sesuatu dan lo pendam itu semua, jadi seperti lo nyakitin diri lo sendiri”

“Dan bodohnya lo gak pernah sharing tentang perasaan lo itu. Bukannya gue kepo dengan masalah apa yang lo pendam, tapi setidaknya lo berbagi rasa sakit itu ke orang yang deket sama lo” lanjutnya.

“Maksud lo nyari simpati ke orang lain dengan lemahnya diri gue ini? Ngga mam. Gue gaakan ngelakuin itu” kata gue pelan “Bukan mencari simpati. Itu bukan kata yang tepat” katanya. Gue menggenggam tangan Imam semakin erat, menahan luapan emosi gue yang gak ingin gue keluarkan.

“Dulu.. ada seseorang yang bilang ke gue kalau gue nyari simpati ke orang lain atas masalah yang gue alami. Dan setelah itu gue gak pernah lagi cerita ke orang lain atas apa yang gue hadapi,”

“Gue hanya cerita ke satu orang. Gue rasa itu udah cukup” kata gue pelan. Dan dengan terpaksa gue harus kembali melihat kebelakang karna percakapan ini.

“Rey, ada beberapa tipe manusia, ada yang bisa memendam perasaannya, ada juga yang gak kuat memendam itu semua. Dan gue rasa lo adalah tipe manusia yang gak bisa memendam perasaan lo. Itu terlihat Rey, semuanya terlihat beda,”

“Tawa lo, cara lo bicara, gimana lo bisa tersenyum, semuanya itu keliatan beda karna ada beban tersendiri yang lo pendam” katanya “Imam..” “Dan itu gak bagus Rey. Semakin lama lo memendam itu semua lo bisa terluka. Gak hanya mental tapi juga fisik” katanya

“I am.. Gue memang terluka mam.” Kata gue, mata gue mulai memanas. “Luka yang susah banget untuk gue ilangin walaupun gue berusaha sekeras mungkin”

“Gue terlalu takut dengan apa yang terjadi di hidup gue karna luka itu, karna sekarang ini gue lagi lari dari kehidupan lama gue agar rasa takut itu gak mendominasi diri gue” lanjut gue

“Agar gak memperparah masalah yang gue hadapi. Masalah yang sejak dulu gak pernah selesai. Karna gue merasa, semakin lama semakin banyak orang yang terus berdatangan dan membantu seseorang untuk ngejatuhin gue lebih dalam lagi”

“Iya. Gue tau. Alif pernah bilang kalau lo itu orang yang cukup famous di social media terutama di kalangan fandom yang lo sukain. Dan karna ada masalah yang lo dapetin lo tiba-tiba menghilang gitu aja, lo ngebuat diri lo sendiri seolah-olah mati di depan mereka”

“Itu malah jadi terdengar kalau lo menyerah dengan itu semua” katanya

“Mam lo gak ngerti apa yang gue hadapin waktu itu, rasanya bener-bener campur aduk saat itu. Dan gue lebih memilih menghilang daripada gue terus dapetin hal-hal aneh yang di buat sama seseorang buat nambah luka di hati gue” kata gue, mata gue sudah meneteskan beberapa air mata

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang