*Rey’s POV*
“Reynanda” teriak laki laki itu dari depan rumah “Iyaa sebentaaarrr!!!” teriak gue dari dalem rumah.
Dengan terburu-buru meminum susu yang udah nyokap buatin. “Mah pergi dulu ya” kata gue sambil mencium tangan nyokap gue.
“Hati-hati ya” kata nyokap gue “Iya mah!” kata gue seraya menutup pintu rumah.
Greggli saat melihat gue keluar dari rumah langsung membuka kaca helmnya. Gue hanya tersenyum.
“Telat bangun ya?” katanya “Iya, kebablasan” kata gue sambil menutup pintu pagar “Yaudah ayo naik” katanya.
Menghilangnya Farel. Atau lebih tepatnya ‘menjauhnya’ Farel memang ngebuat gue pening. Tetapi terkadang itu semua hilang karena laki-laki ini. Greg.
Entah karena fisiknya yang emang mirip Farel atau memang gue merasa nyaman sama dia.
Tetapi tetap saja, ada kerinduan mendalam ke orang lain di luar sana yang bahkan dan mungkin saja, memikirkan gue pun engga sama sekali karna dia terlalu bersenang-senang dengan orang lain yang di sekitarnya. Melupakan gue. melupakan posisi gue siapa di kehidupannya, dulu.
Dekat dengan Greg bukan berarti gue ngelupain Farel. Sebetulnya hampir setiap waktu sekelebat kenangan masa lalu sama Farel lewat begitu saja di otak gue.
Ngebuat gue lemah karna mengingatnya.
“Gimana sama Greg?” tanya om gue karna keadaan di mobil hening sekali, hanya alunan musik pelan yang mendominasi. “Gimana apanya?” tanya gue.
“Ya sama dia gimana? Kan lo deket sama dia” katanya sambil tetap berfokus ke jalanan di depannya.
“Biasa aja” jawab gue dengan singkat dan padat.
Kembali alunan musik mendominasi.
“Cause nothing can ever. Ever replace you. Nothing can make me feel like u do”
“You know there’s no one. I can relate to. I know we wont find a love that’s so true”
Seketika gue langsung melihat ke radio yang ada di depan gue dan mematikannya.
“Kenapa?” om Kev terlihat heran karna gue mematikannya dengan terburu-buru. “Gak.. gapapa.” Kata gue.
Entah gue lebay atau gimana. Setiap kali gue denger lagu Justin yg Nothing Like Us air mata gue bisa jatuh, deras bahkan.
Rasanya dari semua lirik disana menggambarkan keadaan gue dan Farel banget.
Dan apesnya gue. minggu depan gue ada lomba nyanyi di salah satu mall yang ada di daerah rumah gue. dan gue kedapetan nyanyi lagu itu secara akustik. Gue gayakin gue akan kuat nahannya di depan om gue, bahkan banyak orang.
“Minggu depan jadi tampil?” tanya om Kev. Gue hanya bergumam menandakan iya.
“Kebagian nyanyi apa?” tanya nya lagi. Mati kek lu om. “Nothing Like Us” kata gue.
Om gue langsung memandang gue sebentar “Kenapa?” tanya gue karna tiba-tiba dia melihat gue. “Ngga” katanya.
“Mau nonton apa?” tanyanya setelah kita berdua ada di antrian tiket Blitz. “Captain America aja” kata gue sambil memainkan hp
“Bukannya lu udh nntn?” “Udah biarin, lo kan maunya itu” kata gue.
Gue lagi buka-buka RU BBM. Eh Farel nongol disana.
***
“Belagu lu ah. Move on aja gabisa” ledek gue di chat BBM gue dan Farel “Eh sori ya gue udh move on” balasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Teen FictionTerkadang, gue suka mengeluh akan hidup gue yang menurut gue sama sekali tidak ada hal yang menyenangkan. Itu takdir. Iya. Lelaki ini selalu berbicara itu ke gue. Takdir. Sebetulnya benarkah ini takdir gue? Atau takdir gue yang sebetulnya indah. Be...