Part 19

105 4 0
                                    

*Rey’s POV*

“Gimana jadinya sama om Kev?” tanya Alif saat gue pergi dengannya hanya berdua di sela-sela jam kosong di kampus “Gatau, gue masih bingung” kata gue sambil memainkan minuman yang ada di depan gue.

“Bisa gatau gitu, lo ngegantungin dua cowo tau gak. Konsisten Rey” katanya “Tapi gue yakin sih yang lo mau cuma satu emang, yang inisialnya Farel” lanjutnya “Itu nama bego bukan inisial” kata gue sambil sedikit tertawa.

“Loh emang bener kan. Ya pokoknya intinya yang lo mau cuma dia sebetulnya. Gila ya, dua tahun, lebih, masih nunggu dimaafin sama anak itu” ocehnya “Ya yaudahlah ya, dia mah di belakang, sekarang yang di depan gue aja dulu” kata gue

“Itu mah tergantung perasaan lo aja, tapi gimana mau milih kalau perasaannya masih minta yang di belakang itu” ledeknya lagi “Anjir apa lu” kata gue sambil melempar sedotan ke arahnya

“Ya gue kasih tau lo yang sebenarnya, lunya aja yang gamau ngaku” katanya. Gue hanya menggelengkan kepala gue dan kembali minum. “Lo bisa akting di depan Imam, atau depan Olin bahkan depan om Kev. Tapi gak bisa kalau di depan gue” lanjutnya.

“Heh, denger ya, gue udah janji ke diri sendiri, gue gaakan mau liat ke belakang lagi, lonya aja masih ngungkit ngungkit” protes gue “Gue emang ngungkit, sengaja, mau tau reaksi lo, tapi sama aja” katanya “Sama aja gimana? Toh gue aja gak peduli lagi kan” kata gue

“Boong” katanya “Terserah dah ah. Terserah lu” kata gue “Lo emang udah janji gak akan mau lihat ke belakang lagi, tapi kenyataannya lo masih nengok ke belakang, itu yang ngebuat lo gak bisa milih dua laki-laki itu” katanya

“Im not” kata gue mengelak “Terserah Rey, lo gak akan bisa bahagia kalau masih inget sakitnya lo di masa lalu. Inget kan apa kata temen lo? lo berhak buat bahagia. Lo udah ada dua jalan buat bahagia, apa susahnya sih?” tanyanya

“Galau banget gila. Di sisi lain Imam ada di hati gue, di sisi lain juga gue merasa ngebutuhin om Kev” kata gue “Dua-duanya aja sekalian” katanya “Ya gue mah mau dua duanya kalau bisa” kata gue sambil sedikit tertawa.

134 hari lagi.

Entah kenapa masa lalu itu akhir-akhir ini jadi sering muncul di otak gue. memori lama itu yang sudah gue kubur dalam-dalam kembali muncul, mengganggu pikiran gue.

Maksud gue, ayolah, gue sendiri sudah capek dengan masa lalu itu, tetapi otak gue terus memutar memori lama itu. gue sendiri sedang berhadapan dengan dua laki-laki yang menunggu jawaban kepastian dari gue, ini malah kembali mengacaukan semuanya.

“Kenapa lagi?” tanya Imam yang menyadarkan lamunan gue “Eh. Engga” kata gue sambil sedikit tertawa “Inget lagi?” tanyanya sambil terus melihat gue “Ah, engga kok” kata gue sambil tersenyum dan membalas melihatnya.

“Wajar kok Rey kalau lo susah ngelupain orang yang seperti itu” katanya sambil melihat hamparan kebun teh yang ada di depan kita berdua “Gue maklumin. Tapi apa salahnya lo nerima orang lain untuk ngerasain perasaan itu lagi” lanjutnya

“Mungkin gue bukan orang yang lo mau, tapi gue bisa ngasih apa yang lo mau dan apa yang lo harapkan. Tetapi bukan berarti lo harus menganggap gue seperti dia” katanya lagi

100 hari lagi.

Om Kev mengajak gue main seharian penuh ini, ya tidak jauh memang, hanya ke TSB. Tetapi lumayanlah daripada gue ngestuck di rumah dan ngeliat tugas sudah pusing kepala duluan.

Sesampainya di dalam tsb, gue mengantri masuk ke dalam sambil melihat ke sekeliling “Gaakan ada orangnya disini Rey. Yang kemarin cuma kebetulan” kata om Kev yang berdiri di belakang gue

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang