5. Serangan

59 10 0
                                    

Aku memelototkan mataku. Tunggu, tunggu. Ini tidak benar! Ini pasti hanya mimpi. Aku memeriksa badanku. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Total semuanya aku benar-benar menjadi laki-laki! Ok, tunggu. Sebenarnya ada satu bagian yang belum kuperiksa. Haruskah kuperiksa? Tapi aku belum siap!

"Veliiin, kakak olesi salepnya lagi ya"

Mampus. Aku segera bergegas memakai kembali bajuku. Gawat, sekarang aku terlihat seperti mas-mas feminim dengan lipstik tebal yang suka menggoda laki-laki muda di sekitar taman kota.

"Liiiin, kau sedang tidak tidur kan? Kakak masuk ya?"

Bahaya! Aku segera menyambar jaket tebalku dan melompat dari jendela kamarku. Oke, ini di lantai 2. Sepertinya aku punya hobi baru. Hobi cari mati.

Gusraak

Cklek

Bunyi pintuku yang terbuka masih bisa ku dengar dari bawah sini. Tubuh lelaki seperti ini? Ternyata asik juga.

Tanpa pikir panjang, aku segera berlari dan melompati pagar rumah kami. Entah kenapa, rasanya aku seperti punya kekuatan yang lebih banyak dari biasanya.

Aku berhenti sejenak dan menoleh ke arah rumahku. Maaf kak, sepertinya aku memang bukan adik yang baik. Aku segera berbalik. Ku harap ada seorang pengganti sementara sebagai diriku di sana.

Setidaknya sampai aku bisa kembali normal.

_____________________

"Hosh... Hosh..." Aku membungkuk letih. Kurasa ini sudah cukup jauh. Tanpa sadar aku berlari ke sembarang tempat walau sebenarnya kalau diingat-ingat, kenapa aku harus lari?

Aku mengecek kantong-kantong pakaianku berharap dapat secercah harapan untuk hidupku. Singkatnya sih aku lagi nyari uang yang mungkin nyelip di kantongku. Bagaimanapun juga aku bisa mati tanpa uang kalau seperti ini.

Aku meraba-raba kantong jaketku. Rasanya aku memegang sebuah benda berbentuk persegi panjang yang... Ah, dompetku! Tampaknya Dewi keberuntungan sedang berpihak padaku.

Aku segera bergegas ke toko pakaian terdekat. Sepele memang, tapi ini masalah harga diriku

______________________

Aku duduk di bangku taman sambil mengunyah rotiku. Hari mulai gelap dan aku belum mencari tempatku beristirahat malam ini.

Aku mengerutkan dahi ku. Apa ada yang salah dengan penampilan ku? Dari tadi setiap orang yang lewat seperti memperhatikanku. Banyak juga perempuan yang berbisik-bisik sambil terang-terangan melirikku. Dasar aneh

Aku berdiri dan mulai berjalan asal, lagi. Kurasa aku bisa menunda untuk mencari penginapan dulu. Setidaknya aku ingin mensinkronisasikan tubuh baruku dulu.

tsssk tsssk

Suara semak yang beradu membuatku bergidik ngeri. Kenapa ini jadi terlihat seperti film horor yang pernah ku tonton?

Brrsssk

Seberkas cahaya melewati mataku, sebelum...

Duaaaakh

...sebelum suara itu muncul. Aku segera berlari ke arah sumber suara. Suaranya berasal dari sebuah gang di ujung jalan.

"Hei, apa ada orang?!" Aku mengerut kaget, suaraku sudah berubah sepenuhnya. Aku hampir tidak mengenali suaraku.

Aku berjalan memasuki gang tersebut. Sebenarnya apa yang sedang terjadi disini? Beberapa bangunan yang sudah kosong hancur berantakan. Beberapa bahkan runtuh.

Darah?

Aku segera mengikuti jejak darah tersebut. Seekor anjing hitam tampak tergeletak berlumuran darah. Aku segera menghampirinya. Ada apa dengan anjing ini?

Aku segera mengambil baju (perempuan) lamaku dan mengoyaknya, membalut tubuh anjing itu perlahan. Nafasnya tersengal-sengal. Untunglah, setidaknya dia masih hidup.

"Lepaskan dia"

Aku tersentak kaget. Suara tersebut terdengar santai namun tajam dan dingin. Aku juga merasakan sesuatu yang tajam dan dingin menembus bajuku dan menyentuh punggungku.

"Jauhkan tangan kotormu dari dia!"

Dua, ada dua suara berbeda yang terasa familiar di telingaku.

"Tunggu, aku tidak tau apapun. Jika ini anjing kali..."

"Kau mau berdrama, hah?! Apa kau pikir aku tidak bisa merasakan kekuatanmu?!!"

Tiga, ada tiga orang dengan suara berat. Aku meneguk salivaku. Entah kenapa suara mereka terdengar familiar.

"Ku bilang lepaskan dia!!!"

Spontan aku menghindar dari tempatku yang semula. Instingku bilang aku akan dalam bahaya jika tetap disana. Dan benar saja

Bruaaakh

Sedetik kemudian tempat itu hancur. Aku hanya bisa menganga lebar sambil menggendong anjing tersebut. Apa anjing ini sebegitu berharganya? Kenapa mereka tidak mau mendengarkan ku?!

"Tahan dirimu Dion!"

Dion?

Samar-samar wajah mereka terbias cahaya lampu. Tunggu, merekakan...?!

__bersambung__
Jangan lupa tinggalin jejak
vote & comment

AFTHARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang