"Jangan berontak, anjing! Kau harus mandi!" Aku sibuk menahan gerakan anjing kecil ini dan dia terus berontak dan menyalak. Ini sudah dua hari dan dia belum mandi sama sekali.
"Keadaan ku sedang sulit, dan jangan menambah rasa frustasi ku!" Anjing itu terus memberontak. Padahal awalnya ku pikir dia anjing yang baik, tapi melihat tingkahnya ketika diajak mandi kurasa aku harus menarik pemikiran awal ku.
"Dengar, apa masalahmu? Kau tidak mau dimandikan seorang lelaki?"
Anjing itu melompat dari pegangan ku dan menyalak ke arahku keras sambil melompat-lompat seperti mengiyakan perkataan ku
"Hah, terserah mu saja"
Aku segera menyambar baju dan handukku. Suara menyalak anjing itu terdengar begitu memekakkan telinga ku. Entah kenapa, akhir-akhir ini aku merasa begitu sensitif dengan lingkungan ku seolah-olah aku bisa memperhatikan dengan jelas aktivitas semua orang di sekeliling ku.
Kenapa baru sekarang aku merasakan kalau dunia itu begitu luas?
----------*3*)/----------
Aku berjalan sambil mengikuti anjing hitam kecil itu di depanku. Selesai sarapan pagi tadi, dia terlihat begitu ingin ke luar. Karena memang lukanya sudah cukup sembuh jadi aku memperbolehkannya keluar. Selain itu, para anggota OSIS sialan itu kan harus sekolah di pagi hari, jadi kurasa tidak ada salahnya mengajak anjing ini keluar sebentar.
Aku mengetatkan topi ku. Beberapa remaja putri yang ku lewati tampak memperhatikan ku dengan raut muka yang berbinar-binar.
Jangan tanya, aku mengerti maksud dari raut wajah mereka. Aku juga dulu pernah jadi seorang perempuan.
Duakkh
"Ah, maafkan aku. Apa kau baik-baik saja?" Tanpa sadar aku sudah menabrak seorang gadis dan kehilangan jejak anjing kecil itu.
"I...iya, aku baik-baik saja. Ah, kacamata ku..."
Aku segera memungut kacamatanya. "Maaf, aku harus segera pergi" ucapku sambil menyerahkan kacamatanya. Sesaat dia memerhatikan wajahku.
"Apa ada yang salah?"
"Ah, ti...tidak" dia segera berjalan tergesa-gesa melewati ku tanpa menghiraukan kacamatanya.
"Tunggu!" Aku terlambat, dia sudah menghilang. Apa-apaan perempuan aneh tadi? Aku menghela nafas. Mencari perempuan tadi atau mengejar anjing hitam itu?
Aku mengantongi kacamata gadis aneh itu. Akan lebih gawat kalau aku kehilangan jejak anjing itu. Bagaimanapun juga, dia ada sangkut-pautnya dengan para anggota OSIS itu. Mereka objek penelitian kedua ku setelah aku harus mencari cara mengembalikan diriku ke semula.
Sihir itu ada, dan mereka buktinya. Sedangkan aku? Aku belum bisa memastikan apa aku jadi begini karena sihir juga? Mungkin saja apa yang ku alami ini bisa dijelaskan secara logika.
Karena memang dari awal aku tidak punya sihir.
Aku mencoba mencari dengan jalur asal sambil mencoba memikirkan perkiraan tempat yang mungkin akan didatangi seekor anjing. Ah, taman!
"Kak, hiks hiks... Tolong" Seorang gadis kecil dengan kuncir dua di kepalanya menarik-narik jaketku. "Ada apa? Jangan menangis" aku menunduk sambil mengelus kepala mungilnya
"Kucingku tidak bisa turun dari pohon, hiks... Dia akan jatuh, ukh.. hiks hiks..." Gadis kecil itu mengusap matanya berkali-kali. Aku tersenyum kecil padanya, mencoba menenangkannya. Kurasa aku harus menunda sebentar pencarian ku.
"Dimana?"
"D...dia ada di sana, ayo!" Gadis kecil itu menarikku paksa ke jalanan yang tidak aku kenal. Semakin lama, jalanannya semakin sepi. Kalau boleh jujur, aku punya firasat buruk, tapi dia hanyalah seorang gadis yang mungkin masih berumur 5 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTHARES
FantasySemuanya berawal ketika dia mulai masuk menjadi murid pindahan di kelas ku. Entah ini anugerah atau kutukan, dia membawaku turut jatuh ke dunianya. Berkatnya, dahagaku terhapuskan. Aku senang bisa bersamanya, semua hal yang ku cari tergapai olehku...