"tunggu... biar ku jelaskan. Selain itu aku tidak mengerti sama sekali kenapa kalian begitu agresif"
"Tidak ada yang perlu kau jelaskan dan kau mengerti" Axellone menatapku tajam sambil melangkah perlahan. "Kau cukup mengembalikan anjing itu pada kami"
Aku meneguk saliva ku. Melihat situasinya, Dion 100% siap menghajar ku kapan saja dan Zaka, baru kali ini aku melihat wajah bengisnya.
Aku memeluk erat anjing kecil itu didekapan ku. Kalau sekedar memberikan hewan ini pada mereka memanglah bukan suatu perkara yang sulit, tapi...
"Bagaimana jika aku menolak. Aku tidak bisa mempercayakan hewan malang ini pada kalian. Atau jangan-jangan sebenarnya kalianlah yang membuatnya seperti ini!"
"Tck" decakan suara Zaka terdengar jelas. Dalam sekejap, Dion sudah berada di depan ku. Aku segera berbalik namun aku tidak sempat menghindarinya. Tendangan Dion tepat mengenai punggung ku dan berhasil menghempaskan ku. Aku segera bangkit dan berlari secepat yang ku bisa. Tidak ada waktu lagi untuk merintih kesakitan.
Tanpa aba-aba, Axellone menyusul ku dan menendang tepat mengenai perutku.
Bruaaakh
Aku jatuh ke arah puing bangunan di sekitar ku. Rasanya kepalaku seperti melayang-layang dan aku mulai merasa mual.
Zaka berjalan mendekati ku. Dia memandangku dengan tatapan merendahkan lalu menginjak telapak kananku yang tidak sanggup lagi memikul anjing kecil itu. "Mencoba kabur?" Aku membulatkan mataku. "Aaaaaaaarrgh" Zaka menginjak telapak tanganku dalam.
Spontan, aku menarik paksa tanganku. Dengan sisa tenaga di tangan kananku, aku segera memegang erat pergelangan kaki Zaka dan menariknya cepat membuat ia terjungkal.
"SIALAAAN!"
Keramaian. Jika aku bisa mencapai daerah yang ramai maka aku akan selamat. Hanya itu. Aku kembali berlari mencoba menuju daerah yang ramai.
Axellone tidak membiarkan ku kabur. Dengan lihai, ia menendang kepala ku. Aku merasakan cairan hangat mengalir dari pelipisku. Sekali lagi ia mencoba menendang wajahku dan disaat yang bersamaan anjing kecil dipelukanku merintih dalam tidurnya.
Axellone menghentikan aksinya. Kesempatan. Disaat itu juga, aku langsung membalas serangannya. Aku melayangkan tendangan atas yang tepat mengenai pipinya. Tanpa melihat ke belakang lagi, aku segera berlari meninggalkan mereka semua dan pergi menuju jalanan utama.
Samar-samar aku mendengar suara teriakan khawatir Dion dari belakang
-------¶∆¶-------
"Awww" aku mencoba menahan perih di pelipis ku sambil mengobatinya. Setelah berhasil kabur dari mereka, aku langsung pergi mencari sebuah apartemen murah. Isi kartu kredit ku memang cukup besar untuk ukuran seorang siswi SMA. Ah! Atau mungkin siswa SMA.
Aku bahkan sudah tidak yakin lagi kalau aku masih pantas dikategorikan sebagai seorang pelajar. Aku sudah tidak punya hak lagi untuk menyatakan bahwa aku seorang pelajar di SMA Internasional Archeo.
Selesai merapikan rumah baruku dan mengobati luka anjing kecil itu, aku langsung pergi untuk berbelanja beberapa kebutuhan. Termasuk baju dan makanan, walaupun aku tidak cukup berani untuk pergi berbelanja pakaian wanita.
Sesampainya di apartemen ku, aku langsung merapikan belanjaan ku. Anjing hitam itu masih belum bergerak dari posisi tidur awalnya, tapi aku sudah mengeceknya baik-baik. Dia masih hidup.
Aku membiarkannya tertidur di atas sofa ku dan berjalan menuju kamarku. Entah untuk yang keberapa kalinya, aku melepas baju ku dan memperhatikan tubuh ku. Terdapat beberapa luka memar di sana. Tapi bukan itu yang terpenting. "Hah" aku mengeluh bingung dan memakai kembali pakaian ku.
Aku menghempaskan tubuhku ke atas tempat tidur lalu menghidupkan radio dari handphone ku.
"Kau merasa lelah akhir-akhir ini?"
Kurasa iya
"Apa yang kau harapkan tidak sesuai dengan keinginan mu?"
Tepat sekali
"Dan kau kebingungan untuk mengatasinya?"
Kurasa aku harus memberi hadiah untuk si pembicara di radio ini. Dia menebak isi kepalaku dengan tepat.
"Kau membutuhkan kami! Jasa asisten priba..."
PIIIP!
Aku meletakkan handphone ku ke meja kecil di sampingku. Terlalu banyak hal yang perlu untuk ku pahami sampai membuatku pusing.
Aku bergerak-gerak mencari posisi yang paling nyaman. Besok aku tidak perlu ke sekolah, jadi kurasa aku akan punya banyak waktu untuk memikirkannya satu persatu.
--------^~^---------
Bip bip bip bip
"Hooaahm, iya entar lagi."
Bip bip bip bip
"Ntar~"
Bip bip bip bip
"NTAR LAGI!"
PRAAAAANG
Aku terkejut dan segera bangkit dari tempat tidur ku. Apa tadi aku salah dengar?
Bip bip~
PIIIP
Aku sedikit merapikan penampilan ku dan kembali mengecek kondisi tubuh ku sebelum keluar dari kamar ku. Tidak ada perubahan.
Ckelk!
Apa anjing itu sudah bisa bergerak? Ku harap dia tidak menghancurkan isi apartemen ku. Tunggu, jam berapa sekarang?
Sial
Aku mengerutkan dahi ku, sepertinya tadi aku mendengar suara seseorang.
"Apa ada orang?" Aku menghidupkan lampu ruang utama, ruang tempat dimana seharusnya anjing hitam itu berada. Aku mengarahkan pandanganku ke arah sofa. Kemana perginya anjing itu?
Aku memeriksa ruangan di sekitarku. Melihat lampu dapur yang menyala otomatis mengarahkan langkahku ke sana.
"Guk guk"
"Dasar! Kau seharusnya istirahat, bukan keluyuran di pagi buta seperti ini" aku mengangkat anjing itu ke dadaku. Aku tersentak saat merasakan sesuatu yang tajam mengenai kakiku. "Oh, jadi kau yang memecahkan gelas? Kurasa memang tidak baik membiarkan mu berkeliaran sendirian"
Aku memindahkan anjing hitam itu ke sofanya. Dia terlihat tenang dan entah kenapa wajahnya terlihat seperti bersalah. Entahlah, aku tidak terlalu mengerti juga.
Aku berbalik ke arah dapur dan membersihkan sisa-sisa pecahan gelas. Sesaat aku melirik ke arah jam, ternyata masih jam 5 pagi. Sepertinya semalam tanpa sadar aku menyetel alarm handphone ku seperti hari-hari sebelumnya.
Selesai membereskannya, aku mematikan lampu dapurku dan menghampiri anjing itu. Yah, aku berniat membawanya ke kamarku. Setidaknya tidak ada barang pecah belah di sana, jadi kurasa itu pilihan yang tepat.
Aku membawa anjing itu didekapan ku. Dia sedikit mengeluarkan suara dengan wajahnya yang imut bagiku. Dia terang-terangan menatapku dengan mata bulatnya, dan aku merasa seperti diperhatikan.
Aku sedikit mengelus-elus kepalanya dan dia terlihat nyaman. Sejujurnya aku belum memikirkan rencana ku kedepannya tentang anjing ini. Mungkin aku akan memeliharanya... Atau mungkin tidak.
Aku mengendikkan bahuku, yang terpenting sekarang aku harus kembali tidur.
Tapi sepertinya aku melewatkan sesuatu hal yang penting
__bersambung__
Jangan lupa tinggalin jejak
vote & commentRespon kalian adalah semangat bagiku. 😆
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTHARES
FantasySemuanya berawal ketika dia mulai masuk menjadi murid pindahan di kelas ku. Entah ini anugerah atau kutukan, dia membawaku turut jatuh ke dunianya. Berkatnya, dahagaku terhapuskan. Aku senang bisa bersamanya, semua hal yang ku cari tergapai olehku...