3. Sial/Untung

51 9 0
                                    

Aku mengatur nafasku yang naik turun. 5 putaran selesai dengan baik, aku bahkan selesai di urutan ke 3 perempuan. Sungguh pencapaian yang luar biasa dengan kondisi kaki ku yang sekarang.

"Sepertinya kau sangat lelah"

Aku menengadahkan kepalaku. "Zaka?" Zaka tersenyum lembut. Sial, aku hampir terpesona.

"Ada apa ya?"

"Ah tidak, kau terlihat sangat berusaha. Kalau mau, ini ambillah" ucap Zaka sambil menyodorkan sebotol air.

"Tidak, terimaka..."

Bruaaakh

Sebuah bola basket yang datangnya darimana menghantam kerangka bangunan yang masih dalam pembangunan di belakangku.

"RIVELYYN!!!"

"ZAKAAA!!!"

Reflek ku tiba-tiba membatu di tengah teriakan orang-orang dan seketika semuanya menggelap.

______________________________________

Aku mengerjapkan mataku. Silau. Aku memperhatikan sekitarku. Ini di...

"Ruang UKS"

Aku mengalihkan pandanganku ke arah seseorang yang baru saja masuk dari balik tirai dekat tempat tidurku.

"Zaka? Apa kau baik-baik saja?"

"Yah, seperti yang kau lihat. Aku tadi sempat menghindar jadi lukaku tidak terlalu berat. Cuma tergores"

Aku melihat keadaanku saat ini. Kepalaku diperban, tanganku juga. Tunggu, jangan bilang kakiku juga.

Aku menyibak selimutku. Ah, ini tidak bagus, kakiku juga ikut diperban.

"Seberapa parah lukaku?"

"Cukup parah, kepalamu berdarah, tangan dan kakimu penuh lebam dan ada beberapa goresan yang mengeluarkan darah. Pergelangan kaki kananmu juga terlihat buruk. Sepertinya mau tidak mau kau harus berjalan pincang beberapa hari ini"

"Sebegitu parahnya?"

"Iya, bengkaknya cukup besar dan tulang pergelangan kakimu sedikit retak. Apa itu luka hari ini?"

Sesaat jantungku bergejolak. Dia tanya apa itu luka hari ini? Tentu saja tidak!

"Tentu saja iya, kalau bukan luka hari ini pasti aku tidak akan ikut test tadi. Dasar aneh"

Zaka mengangguk-angguk kecil. Pergi please, pergi. Aku tidak nyaman dengan kondisi ini. Rasanya seperti diinterogasi.

"Kau benar, semoga cepat sembuh, aku pergi dulu. Kalau ada sesuatu lagi yang perlu katakan saja"

"Kurasa tidak, terimakasih"

Zaka mengangguk paham dan melangkah pergi. Ini benar-benar hari yang buruk.

Tunggu...

Apa ini benar-benar sebuah kesialan?

"Rivelyn, apa kau baik-baik saja!?" Kak Ernia datang bagaikan kilat dan langsung menghampiriku.

"Oh, lihat muka kakak itu. Harusnya kakak berkaca sekarang, ekspresi kakak terlihat lucu. Apa ini benar-benar kakakku?"

"Kau!.."

Aku terdiam. Kak Ernia tidak dapat melanjutkan kata-katanya, air matanya mulai menetes.

"Jangan bikin aku khawatir lagi"

Aku tersenyum tipis. Kak Ernia mulai sesegukan. Aku memang bukan adik yang baik, aku sadar itu.

"Aku tidak bisa janji loh"

"Mulai besok kau jangan datang dulu ke sekolah sampai kau benar-benar sembuh. Masalah pelajaranmu biar kakak yang urus"

"Iya iya, udah jangan nangis lagi. Aku jadi mau tertawa nih" ucapku sambil terkikik

"Dasar adik sial"

______________________________________

"Apa dia orangnya?" Reizard menatap interaksi antar saudari di ruang UKS itu dari jauh.

"Aku tidak yakin. Kakinya memang tertimpa barang konstruksi yang cukup berat tadi" jawab Debby. "Bagaimana menurutmu Zaka?"

"Aku rasa tidak, bukan dia orangnya"

"Iya iya! Kakaknya kan super protektif sejak kematian kedua orangtua mereka. Tidak mungkin ia membiarkan adik satu-satunya pergi ke sekolah sambil menyembunyikan rasa sakit di kakinya" timpal Elfa

"Aku setuju dengan Elfa. Selain itu, dia itu seorang perempuan manusia. Perempuan manusia mana yang bisa selincah dengan orang yang kita temui semalam?" Dion mengalihkan pandangannya ke arah Axellone. "Jadi apa yang membuat mu yakin kalau itu dia?"

"Sekedar insting"

"Aku akan coba memperluas pencarianku. Walaupun menurut kalian begitu, anak itu tetap harus masih kita awasi sampai aku yakin sepenuhnya itu bukan dia" ucap Khaerin

"Tidak, jangan buang-buang waktu. Kasus untuknya selesai. Debby juga sudah memastikan bahwa tadi itu benar-benar karena kelalaian salah satu anak kelas 2 yang sedang mengikuti pelajaran penjas. Tidak ada lagi penyelidikan untuknya Khaerin" ucap Reizard tegas.

Khaerin mendecak kesal sambil menghempaskan badannya ke sofa. Ruang khusus anggota OSIS memang yang terbaik. Siapa yang menyangka kalau OSIS punya 1 ruangan eksklusif tambahan yang rahasia.

"Maaf Axellone, tapi sepertinya kasus kecurigaanmu terhadap Rivelyn harus ditutup" ucap Reizard sambil memperhatikan Axellone menunggu reaksinya, tapi sepertinya itu sia-sia. Axellone tidak bereaksi sama sekali. Ia masih tetap asyik memainkan rubik kecil ditanggannya.

Axellone memandang serius rubik ditangannya. Apa benar ia memang salah orang?

__bersambung__
Jangan lupa tinggalin jejak
vote & comment

AFTHARESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang