Berulang kali Maminya berteriak meneriakan kata-kata yang sama, namun masih belum ada tanggapan dari satupun orang rumah. Termasuk Arlea yang masih dengan santainya merapikan buku kedalam tasnya.
"AYOLOH SARAPAN DULU!! MAMI CAPEK TERIAK TERIAK" Teriakan Maminya membuat Lea tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Suara maminya memang luar biasa.
Lea melirik jam tangan putih yang melingkar di tangan kirinya, sudah jam 6.32. Waktunya sarapan. Batinnya. Lea turun dari kamarnya dengan santai, membawa tas ransel berwarna senada dengan jamnya dan rambut panjangnya yang ia gerai.
"Mi ga capek apa teriak teriak mulu" Kata Lea sambil menarik kursi di meja makan dan meletakan tasnya disana. Kemudian ia duduk dan meneguk segelas air putih. Begitulah kebiasannya, yang menurut maminya "MINUM SEGELAS AIR PUTIH DI PAGI HARI ITU WAJIB!" dan ngga ada sama sekali yang berani melawan aturan itu, atau ngga akan dapat jatah sarapan. Kadang maminya setega itu.
"Habisan kalian ga nyaut nyaut.. Liat ini loh mami harus bangun subuh nyiapin sarapan, kalian yang tinggal makan doang aja susah banget" Curhat maminya. Lea hanya tersenyum kemudian mengambil jatah sarapan kesukaannya yaitu nasi goreng+telur mata sapi yang digoreng setengah matang.
"Mino astaga!! Mandi sayang! Anterin adek-adek kamu" Bentak mami saat melihat Mino, kakak laki-laki Lea yang baru saja bangun dan duduk tepat disebelah Lea. Mino tak menjawab omelan Maminya, ia hanya mengangguk lalu meminum segelas air putih yang ada di meja makan.
Mino adalah kakak semata wayang Lea, wajahnya tampan dengan tinggi badan yang menjulang. Mino mahasiswa dkv semester 8 yang lagi pusing-pusingnya soal skripsi. Paling anti kalo mami udah tanya "kamu gamau nikahin Seulgi emangnya?! Kapan lulus??". Bagi Mino, apapun yang dijalainnya pasti beres, asalkan ada kemauan. Masalahnya, kapan Mino mau?? Dia adalah manusia termager setelah adik bungsunya.
"Adek kamu mana Le? Belum bangun?" Tanya mami. Lea yang tengah asik mengunyah makanannya hanya mengedikkan bahunya.
"Kamu tuh! Peduli sedikit coba sama adek kamu" Omel mami yang kini sudah duduk tepat di hadapan Lea.
"MAMIII!! BANG MINOO!! LEAAAA!!!"
Mino hampir saja mati tersedak nasi gorengnya kalau saja Lea tidak buru-buru memberinya air minum.
"Apa si sayang? Teriak teriak gitu?" Tanya maminya.
"Tau tuh ngagetin aja" Kata Mino sambil menaruh gelasnya.
"Ckkk! Lea!" Kata adiknya sambil berancak pinggang. Lea hanya meliriknya sambil menaikan alisnya, mengisyaratkan ada apa adiknya itu memanggilnya.
"Lu ya yang pake eyeliner gue?!" Tuduh adik semata wayangnya. Lea diam seketika lalu menunjuk dirinya.
"Iya elu!"
"Gea.. Gaboleh gitu ngomong sama kakak" Lerai Maminya.
"Ih mami apaan sih.. Cuma selisih 3 menit apanya yang kakak?" Balas Gea. Lea menelan makannya dan kemudian meminum air.
"Gue ga pake eyeliner. Tau eyeliner lu bentuknya macem apa aja enggak" Jawab Lea santai.
"Gapaham aja sih lu Ge kalo Lea ga bisa dandan" Timpal Mino.
"Tuh denger" Tambah Lea.
"Gimana mau tau alat makeup orang dia menstruasi apa enggak aja dipertanyakan" Kata Mino yang sukses mendapat toyoran dari Lea.
"Hus Mino.." Omel Maminya.
"Udah udahh.. Eyeliner aja ribut.. Udah Gea kamu cepetan sarapan.. Nanti telat loh" Kata Maminya.
"Tau tuh.. Lu niat sekolah apa mau jadi model? Dandan mulu kerjaan lu" Celetuk Lea.
"Sirik aja sih lu dasar ansos! Preman pasar!" Jawab Gea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different! [✔️]
FanfictionPunya kembaran ga melulu seneng karena dianggap cute dan goals. Terutama bagi Lea dan Gea yang tak pernah merasa beruntung memiliki kembaran satu sama lain. Okay mungkin bagi orang-orang mereka "kembar" tapi bagi Lea dan Gea, mereka "BEDA!"