Rei menggeret tangan Lea, menjauhi Gea yang masih terdiam di dekat pintu keluar toilet cewe. Berulang kali Lea merintih meminta Rei untuk melepaskan tangannya, namun tak ada jawaban darinya.
"Rei sumpah ini sakit" Kata Lea. Rei berhenti tepat di depan pintu ruang musik. Lea menabrak punggung Rei karena cowo itu berhenti secara tiba-tiba.
"Awwww" Lea mengaduh sambil mengelus dahinya yang terkena tulang belakang Rei cukup keras. Rei melepaskann tangannya dan langsung mengalihkan poni Lea yang menutupi dahinya, mengecek apakah gadis itu kenapa-kenapa atau tidak.
"Sorry" Kata Rei sambil melepaskan tangannya dari dahi Lea. Lea masih memanyunkan bibirnya sambil merapikan kembali poninya.
"Gue gasuka lu kaya tadi"
Lea mendongkak menatap Rei yang lebih tinggi darinya. Nampak jelas raut wajah Rei yang terlihat kecewa. Lea menghela nafas panjang, mencoba meyakinkan dirinya, dia takan emosi menghadapi Rei kali ini.
"Iya gue tau gue tadi seharusnya ga kaya gitu ke Gea" Kata Lea pelan. Rei masih diam.
"Tapi lu tau kan siapa yang mulai duluan.. Jangan karena lu suka sama Gea jadi lu marahin gue gini terus lu biarin Gea..."
"Gue tau" potong Rei. Lea mengerjapkan matanya.
"Tau apa?"
"Gue tau obrolan lu dari awal sama Gea. Soal Bona sama Moran kan?" Tanya Rei. Lea hanya mengangguk.
"Trus kalo udah tau Gea yang salah ngapain lu negur gue sampe nyetet gue kesini? Mentang-mentang gaberani sama Gea?" Kata Lea. Rei mengusap wajahnya pelan.
"Ya karena lu juga salah. Lu kan kakaknya Gea, Le.. Lu harusnya bisa lah lebih dewasa dari dia. Lagian apa yang kalian ributin? Masalah orang? Inget kalian tu sodara.. Penting banget bahas orang lain sampe lu ngomong gitu ke sodara lu sendiri?"
Lea hanya diam menunduk, ia paham betul Rei akan seperti ini jika dirinya melakukan kesalahan. Entah karena peduli atau karena dia tak mau Gea diperlakukan kasar, yang jelas Lea sudah paham sifat Rei.
Ini belum seberapa, waktu SMP bahkan Rei pernah memarahi Lea habis-habisan sampai gadis berponi itu menangis semalaman hanya karena Lea terlalu ceroboh naik motor dan memboncengi Gea padahal mereka masih 14 tahun dan saat itu Lea juga baru bisa menyetir motor. Meskipun begitu, keesokan harinya Rei langsung meminta maaf dan membawakan Lea sekotak coklat. Lea tau cowo dingin ini tak pernah bersikap manis kecuali dia memang bersalah atau dia menyukainya.
"Bukan masalah gue suka sama Gea atau apa Le.. Tapi mikir dong Le apa kata anak-anak kalo liat lu sama Gea kaya tadi? Udah ga pernah barengan di sekolah malah ribut kaya tadi, mereka bakal mikir jelek ke kalian berdua Le" Tambahnya lagi. Lea hanya diam.
"Oke lu gasuka kalo lu sama kaya Gea tadi, ya seenggaknya lu jangan bersikap kaya dia. Lu sama aja sama dia" Kata Rei.
"Kita beda!" Bantah Lea yang sudah tak sanggup lagi menahan tangisnya dalam diam. Air matanya sudah mengintip di sudut matanya. Rei kembali mengusap wajahnya pelan, ia menarik nafas perlahan kemudian mengambil ikat rambut yang Lea pakai sebagai gelang di tangan kirinya. Rei berdiri dibelakang Lea, dan mengikat rambut panjang Lea dengan telaten.
"Iya gue tau kalian beda, makannya kalo ada sikapnya Gea yang menurut lu jelek, yaudah lu ga perlu nanggepinnya kaya dia juga. Ngerti?" Kata Rei pelan. Lea hanya mengangguk.
"Lain kali iket rambutnya.. Seenggaknya lu keliatan beda dari Gea" Kata Rei sambil kembali berdiri di hadapan Lea.
"Gausah nangis, sejak kapan lu cengeng?" Tanyanya. Lea masih diam.
"Iya gue minta maaf.. Jangan nangis. Nanti gue chat. Gue balik kelas dulu" Kata Rei dan pergi begitu saja meninggalkan Lea sendiri.
"Bilang kek suka sama gue.. Sekali aja lu gausah mikirin Gea.. Sekali aja lu liat gue, bukan kembaran gue.. Sekali aja Rei jangan lihat gue sebagai kakaknya Gea" Kata Lea sambil menatap punggung Rei yang kian lama kian menjauh.
Tanpa Lea sadari, sepasang mata mengamatinya sedaritadi. Berdiri sambil memperhatikan Lea yang masih terdiam menatap Rei pergi.
"Sampe kapan lu bakal gitu terus sih Kak" Gumamnya.
"Ge!" Bona menepuk pundak Gea yang sedang melamun menatap ke arah Lea. Gea kaget, ia menoleh lalu tersenyum mendapati Bona membawa 2 yogurt kesukaannya.
"Ngapain ngeliatin si Lea?" Tanya Bona sambil memberikan salah satu yogurtnya kepada Gea. Gea mengambil yogurt dari tangan Bona lalu menggelengkan kepalanya mengisyaratkan tidak ada apa-apa.
"Jadi kembaran lu masih ngarep sama Rei?" Tanya Bona. Gea hanya mengangguk.
"Gatau sampe kapan dia bakal sebodoh itu terus" Kata Gea. Bona merangkulnya lalu tersenyum.
"Padahal dia pinter tapi otak sama perasaannya dia berbanding terbalik" Tambah Gea. Bona tertawa kecil.
"Yang penting lu ga gitu Ge.. Lama-lama juga Lea bakal tau sebenernya Rei gimana" Kata Bona. Gea mengangguk.
"Dan lu gaperlu ngelibatin Lea soal urusan gue sama Moran Ge.. Gue gamau lu sama dia makin jauh. Padahal dia sodara lu sendiri" Kata Bona. Gea tertawa kecil.
"Ngga masalah.. Gue sama Lea emang sering begitu" Jawabnya.
"Lebih baik engga deh.. Yang salah kan Yoyo bukan Moran apalagi Lea" Kata Bona. Gea mengangguk.
"Gue tau ko Bon"
****
Bunyi peluit membuyarkan obrolan segerombolan anak basket yaitu Bobby, Vernon, Yoyo, June, dan Suga yang sedang duduk di sebelah timur lapangan. Sang kapten berdiri di bawah ring basket sambil memegang bola. Cowo bername tag Hanbintang Riandi itu beberapa kali mengusap keringatnya yang bercucuran. Ia memerintahkan anak buahnya untuk melakukan latian lagi. Hanbin masih menggunakan seragam, kaki kirinya masih cidera. Tak ada pilihan lain selain mengajak yang lain latihan dan dia hanya bisa mengamatinya.
"Buru heh ntar Hanbin ngamuk" Kata Lea sambil mendorong anak-anak basket menuju tengah lapangan.
"Berasa bebek gue diginiin" Kata Yoyo namun tak mendapatkan gubrisan dari Lea. Sebagai manager tim basket memang sudah tugasnya Lea untuk mengatur anak-anaknya bukan?
"Suleee gue mau minummm" Kata Vernon sambil mengusap lehernya tanda dia haus. Lea berancak pinggang lalu mengisyaratkan untuk mengambil sendiri.
"Sulee aku ga tahann.. Gapunya tenaga kesanaa" Katanya lagi. Apa boleh buat, Lea ke sudut lapangan hanya untuk mengambilkan cowo berambut kecoklatan dan bermata biru itu sebotol air mineral.
Lea kembali duduk di pinggir lapangan. ia duduk sambil sesekali mengelap keringatnya. Cuaca siang ini cukup panas, mungkin kulitnya bisa terbakar jika ia ikut main basket.
Sesuatu terasa dingin menempel pada dahi Lea. Ia mendongkak menatap siapa yang menempelkan botol air mineral dingin ke dahinya. Lea menyipitkan matanya memandang cowo itu, mataharinya terlalu menyilaukan mata.
"Lu balik ke kelas sana.. Atau tunggu di uks" Kata Rei. Lea mengambil botol mineral yang Rei berikan dan meneguknya cepat.
"Makasihhh tapi gue bakal nunggu disini. Kasian kalian" Katanya.
"Kasianin diri lu sendiri. Nanti iteman makin gada yang suka" Kata Rei.
"REI BURUAN SINI!!" Teriak Hanbin. Rei mengangkat tangannya lalu berlari meninggalkan Lea.
"Selalu aja gue ditinggalin. Dan selalu ngejekin gue. Gue tau gue ga seterawat Gea tapi kan wajah kita sama. Kenapa lu milih Gea dibanding gue Rei?" Batin Lea sambil menatapi Rei yang sedang latian basket.
Lea melemparkan padangannya ke sebelah barat lapangan, dimana ada anak-anak cheers sedang berlatih disana. Ia melihat Gea yang tampak antusias dan mendominan disana.
"Rei, kenapa harus Gea?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Different! [✔️]
FanfictionPunya kembaran ga melulu seneng karena dianggap cute dan goals. Terutama bagi Lea dan Gea yang tak pernah merasa beruntung memiliki kembaran satu sama lain. Okay mungkin bagi orang-orang mereka "kembar" tapi bagi Lea dan Gea, mereka "BEDA!"