Pagi hari, hari selasa yang aku harapkan bahwa hari ini ceria, dan Dimas kembali menjadi sosoknya yang dulu.
Aku menunggu Dimas menjemputku di depan rumah, aku menunggu hingga waktu sudah menunjukan lebih 15 menit dari waktu yang sudah kami komitmenkan dari awal, aku mulai berpikir aneh-aneh lagi, apakah Dimas ada yang baru? apakah Dimas mulai tidak nyaman bersamaku? Ya tuhan hentikan pikiran buruk tentang Dimas ini.
Tiba-tiba suara motor Dimas membuyarkan lamunanku, dengan sigapnya dia memberiku coklat dan senyuman khasnya yang sedikit berbeda."Hai manis, maaf Dimas telat" katanya sambil menyodorkan coklatnya.
Hambar aku rasa karena senyumannya tidak begitu hangat menyapa pagiku kali ini.
"Eh hehe iya Dim, gak apa-apa yaudah ayo kita berangkat takut kesiangan"
"Siap..." katanya sambil menyodorkan helm kepadaku.
Aku merasa ada yang berbeda, kenapa helm yang biasa aku pakai wanginya berbeda?ini bukan wangi rambutku, bukan. Apakah ada yang memakai helm ini selain aku? Ah, pikiran aneh itu mulai memenuhi otakku lagi.
***
Setalah sampai di sekolah, kali ini Dimas mengantarku ke depan kelas seperti biasanya, dan aku pun sedikit memberanikan diri untuk berbicara serius dengannya.
"Dim, kamu ada waktu ga? sebentar aja sebelum bel masuk, aku pengen ngomong serius"
"Ah Nis, maaf gimana kalo kita ngomongnya pulang sekolah aja? Yah yah aku harus masuk kelas, kamu juga"
"Hem... yaudah pulang sekolah yah Dim, aku masuk kelas dulu"
"Iya siap bos, semangat ya"
Aku masuk kelas dengan langkah gontai, aku mulai yakin bahwa ada sesuatu yang terjadi pada Dimas yang menyebabkan dia berubah, sebenarnya aku gak pernah mau buat curiga sama dia, ya karena emang aku bukan tipe orang yang curigaan, tapi kenapa akhir-akhir ini aku begitu curiga dengan perubahan sikap Dimas, ah entahlah.
***
Ketika bel pulang berbunyi, dengan segera aku keluar kelas, aku berharap Dimas sedang menungguku? tapi nyatanya dia gak ada, gak ada di depan kelasku, aku mulai ngerasa emang aku harus curiga sama dia dan gak bisa aku tutup-tutupin lagi kecurigaan ini.
Aku membuka handponeku, berniat menghubungi Karin dan memikirkan cara apa yang harus aku lakukan untuk memata-matai Dimas. Dan ternyata Dimas mengirim pesan Whatsapp untukku.'Nis, maaf Dimas gak bisa jemput kamu ke kelas, Dimas harus buru-buru ke lapangan buat latihan fisik, Maafin aku yah. Dimas sayang Nisa❤'
Seketika aku terdiam dan rasanya aku ingin menangis, tapi aku harus menahannya. Aku langsung menelpon Karin dan memintanya untuk menemuiku.
"Karin? lu dimana? plis temuin gua sekarang di gerbang sekolah, gua butuh lu, gua gak tau mau gimana lagi"
"Oke nis, gua kesana sekarang"
Karin pun menutup telponnya. Dan aku segera berjalan ke gerbang sekolah dengan langkah sedikit berlari, perasaanku berkecamuk saat itu, sedih, kesal, dan gak tau mau ngelakuin apa.
Saat aku sampai di gerbang sekolah, tidak lama kemudian Karin datang dan menghampiriku, entah apa yang dia pikirkan dia langsung memelukku di depan banyak orang dan aku tidak dapat mengelaknya."Nis, are u okay?"
"Semuanya gak baik-baik aja Rin" kataku sambil menahan tangis yang sedari tadi sudah menumpuk di mataku.
"It's ok, cerita sama Karin. Kita ke kafe deket sekolah yah, disana tempatnya nyaman, gua yakin lu nyaman disana" sambil menggandeng tanganku.
Kamipun berjalan ke sebuah kafe kecil yang tidak jauh dari sekolah. Sesampainya disana kami langsung memesan jus alpukat karena itu adalah minuman kesukaan kami berdua. Setelah minuman datang, Karin mencoba memulai pembicaraan, karena mungkin dia lihat aku sudah mulai tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU
RomanceBagaimanapun rasa sakitnya ketika seseorang memilih untuk meninggalkan kita, percayalah bahwa tuhan selalu memberikan pengganti yang jauh lebih baik untuk kita.