Terimakasih, Kal.

29 1 1
                                    

Sejak hari itu, hari dimana Dimas merusak hari Annisa dengan sikapnya yang gila, Annisa sekarang lebih banyak menghindar untuk bertemu dengan Dimas walaupun sekedar berpapasan di depan gerbang, kantin, atau lorong sekolah.

Lalu bagaimana dengan Haikal? tentu Haikal sekarang sering mengisi hari-hari Annisa, selalu menghibur Annisa, menjaga Annisa dan mendengarkan keluh kesah Annisa.

Seperti hari ini, hari libur dan itu tandanya Haikal akan bermain kerumah Annisa, bukan hanya sekedar bermain tapi mungkin mereka akan melakukan banyak hal, entah memasak, menonton film, belajar, nge gym, video call dengan Karin dan masih banyak hal yang sering mereka lakukan.

Haikal sampai di rumah Annisa dia segera memarkirkan motornya dan langsung mengetuk pintu Annisa

'Tok tok tok' suara ketukan pintu

"Permisi" Ucap Haikal

"Haikal, Happy weekend" Ucap Annisa sambil membuka pintu

"Happy weekend Nis" Haikal sambil tertawa

"Ayo masuk"

Haikal langsung masuk mengikuti Annisa dan keduanya duduk di ruang tamu.

"Loh? udah nyiapin minum aja nih sama cemilan" Ucap Haikal sambil melihat ke arah meja yang sudah penuh dengan beberapa cemilan

"Iya dong, gua kan tau sahabat gua selalu datang kesini kalo weekend"

"Waduh gua ngerepotin dong yah"

"Ngga dong, apaan sih lu"

"Oke oke, jadi libur ini kita mau ngapain?"

"Gimana kalo bikin kue? gua pengen banget bikin brownies"

"Ayo, kita beli bahan-bahannya dulu"

"Gak usah, kayanya di dapur ada deh, gua yakin ada dan cukup"

"Serius?"

"Serius, ayo" Annisa sambil menarik tangan Haikal menuju ke arah dapur

Sesampainya di dapur Annisa langsung sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk membuat brownies, sedangkan Haikal sibuk mengambil gambar dengan ponselnya, jahil memang.

"Kal, berhenti deh mending bantuin gua"

"Gua mau kirim ke Karin, gua mau pamer kalo gua bisa bikin lu ceria lagi"

"Kal, jangan bikin gua malu" Annisa dengan nada memelas

"Salah siapa galau, Dimas Dimas Dimas" Haikal dengan nada meledek

"Kal, gua gak sampe segitunya"

"Hahaha, muka lu lucu" Haikal terkekeh

"Kal, jadi mau lanjut bikin kue atau ngga?" kali ini dengan nada serius

"Oke siap, maaf bu bos" Haikal menahan ketawa

Annisa dan Haikal pun melanjutkan proses pembuatan brownies, banyak candaan yang dikeluarkan Haikal, Annisa juga banyak tertawa dan banyak cemberut karena ulah Haikal.
Waktu berlalu, brownies yang mereka buat sudah matang, Annisa langsung memotong brownies tersebut menjadi beberapa slice, setelah itu Annisa membawanya ke ruang tamu, dan Haikal pun mengikuti Annisa berjalan ke ruang tamu.

"Tadaaaa....sempurna"

"Ternyata kita berbakat yah" Ucap Haikal

"Gua yang berbakat, lu banyak becandanya"

"Setidaknya gua ngebantuin dan bikin lu ketawa"

"Iya deh kita yang berbakat"

"Yauda gua makan yah"

"Silahkan, tuan raja"

Haikal dan Annisa pun memakan brownies buatan mereka, lumayan lah rasanya tidak jauh beda dengan yang ada di toko-toko kue di swalayan.

Saat mereka sedang asik mengobrol dan memakan kue tiba-tiba mama Annisa keluar dari kamar.

"Wah...Ada yg bikin kue"

"Hehe iya tante, enak nih bikinan kita" ucap Haikal

"Boleh tante cicip?"

"Tentu boleh ma.." Ucap Annisa seraya menyodorkan kue yang berisi brownies

"Enak" mama Annisa mencicipi browniesnya dan memuji rasanya

"Makasih tante, Haikal udah tau tante pasti bilang gitu"

"Hahaha, kamu ya Haikal" mama Annisa terkekeh dengan perkataan Haikal

"Haikal emang gitu" Annisa cemberut

"Yaudah mama ke belakang dulu ya, kalian lanjut aja ya"

"Siap tante"

Mama Annisa pun meninggalkan Annisa dan Haikal.

Haikal lanjut memakan browniesnya sambil memainkan ponselnya, dan Annisa menatap Haikal lama sekali sampai dia memulai pembicaraan yang serius.

"Kal, lu ini apa sih?

" Kenapa Nis? gua salah Nis? gua salah apa Nis?" Haikal hampir tersedak, dan menatap Annisa balik

"Lu datang disaat gua rapuh Kal, gua gak peduli di bilang alay, tapi lu bisa balikin senyum gua, ketawa gua, bahkan lu bisa merubah hidup gua, mama gua jadi percaya sama lu, percaya sama gua, gua gak tau lu ini siapa tapi... gua mau bilang makasih banyak Kal"

"Hei Nis, gua Haikal sahabat lu, gua udah janji sama Karin bakal jagain lu, udah seharusnya gua kaya gini, Nis jangan anggap gua kaya gini cuma gara-gara Karin yah, gua tulus bantu sahabat gua, lu sahabat gua Nis, gak usah ngomong gini ah, gua cuma tau lu tuh orang baik dan lu gak pantes buat sedih terus"

"Kal, lu janji bakal ada terus buat gua?"

"Gua janji Nis, kalo lu di sakitin sama siapapun entah itu cowo lu atau siapapun gua siap jadi bahu pertama yang jadi tempat nangis lu, jadi orang pertama yang dengerin curhatan lu"

"Makasih banyak Kal" kali ini Annisa menangis di bahu Haikal

Haikal hanya menatap Annisa, dalam.

Annisa bangkit dari bahu Haikal, dia mengusap air matanya, kemudian dia menatap Haikal kembali.

"Sebelumnya, gua gak pernah sahabatan sama cowo"

"Gua sahabat cowo pertama lu? gua hebat dong yah"

"Tetep sombong lu gak ilang" Annisa terkekeh

"Iy.."

Belum selesai Haikal berbicara, ponselnya berdering, dia mengangkat telponnya, dan ternyata itu telpon dari teman di tim futsalnya, kalo sore ini ada latihan. Haikal segera memberi tahu Annisa.

"Gua harus balik Nis, gua ada latihan"

"Eh, ngedadak banget?"

"Gak ngedadak sebenernya, guanya aja yang gak buka grup Nis"

"Oh oke, lu hati-hati yah"

"Siap..."

Haikal bangkit dari tempat duduknya dan pergi ke belakang rumah untuk berpamitan pada mama Annisa, Haikal memang se sopan itu hem.
Setelah berpamitan, Haikal langsung bergegas menuju motornya dan pergi meninggalkan rumah Annisa. Annisa yang mengantarnya sampai keluar rumah terus melihat sosok Haikal yang mulai pergi dan menjauh dari rumahnya. Annisa tersenyum, senyum yang menyiratkan arti.

Sosoknya hadir dengan penuh arti, terkadang menyebalkan tapi hal itu yang bisa membuatku merasa lebih baik setelah kesedihan yang banyak aku rasakan, Terimakasih Kal.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang