Hari Ulang Tahun

83 4 0
                                    

Hari ini, hari ulang tahunku, semalam tepat jam 12 malam mama dan papa memberikan kejutan untukku dan itu sudah menjadi kebiasaan rutin keluargaku. Pagi harinya aku langsung membuka handponeku, ada banyak sekali notif pesan WA yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Namun, aku tertuju pada satu pesan, ya pesan dari Dimas seorang laki-laki yang sudah mengkhianatiku beberapa hari lalu, jujur aku sangat malas untuk membaca pesannya tapi rasa penasaranku mengalahkan rasa malasku.

'Selamat pagi Nis, Selamat Ulang tahun ya semoga apapun yang Nisa inginkan dapat tercapai, bahagia terus ya Nis, sekali lagi selamat ulang tahun'

Apa maksud dari semua ini? Ah Dimas kamu memang membingungkan.
Aku terdiam, aku teringat tentang pembicaraanku dengan Karin di sebuah kafe dekat sekolah, aku mengira bahwa Dimas berubah karena dia sedang membuat skenario ulang tahunku, tapi ternyata tidak pada hari itu juga aku melihat bagaimana Dimas berkhianat padaku. Dalam hati kecilku aku memiliki harapan bahwa ini memang hanya skenario dan Agnes, cewek itu hanya jadi bagian dari skenario Dimas, ah sakit rasanya memikirkan hal ini.
Suara klakson ojek online langgananku, membuyarkan lamunanku, aku segera berpamitan dan berangkat ke sekolah, aku berharap hari ini tidak ada lagi yang membuatku teringat lagi akan sosok Dimas cukup hanya ucapannya saja yang aku baca tadi, jangan ada lagi.
Saat aku datang ke sekolah, Karin sudah menungguku di gerbang dengan membawa sebuah mini cake yang ada lilin kecil diatasnya, Karin langsung menghampiriku, dan mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku.

"Nisa... selamat ulang tahun, sekarang tiup dulu lilinnya"

Akupun meniup lilinnya dan langsung memeluk sahabatku itu. Ah Karin memang kamu sudah ditakdirkan untuk selalu ada di hari ulang tahunku.

"Makasih banyak Karin" hampir saja aku menangis hehe.

"Sama-sama sayang, udah ya jangan sedih lagi, Karin gak mau liat Nisa nangis lagi" sambil menatapku penuh harap.

Kami berduapun langsung berjalan dan berpisah di tengah lorong karena kelas kami memang berbeda, aku berjalan dengan membawa mini cake pemberian Karin, dan aku melihat sosok laki-laki itu ada di depan kelas, Dimas. Untuk apa dia ada di depan kelasku? apa sebenarnya yang hendak ia lakukan? Pertanyaan itu mulai bermunculan di kepalaku.

"Hai Nis" dia menyapaku.

"Dimas, ada apa?"

"Dimas cuma mau kasih ini"

"Hah? apa ini?"

Sebuah kotak berwarna merah muda Dimas berikan kepadaku.

"Ini bukan apa-apa, Dimas udah siapin ini dari bulan lalu, ini buat Nisa. Selamat ulang tahun dan maafin kesalahan Dimas ya" sambil menyodorkan kotak itu.

Aku menerimanya dengan ragu.

"Terimakasih Dim, Nisa masuk kelas dulu yah" sambil berjalan meninggalkan Dimas.

Entah apa yang ada dipikiran Dimas, mengapa dia terus datang disaat aku mencoba melupakannnya. Aku tidak berani membuka kado pemberian Dimas sampai bel pulang sekolah berbunyi. Disaat teman-temanku sudah keluar dari kelas, aku diam memandangi kado pemberian Dimas, aku ingin mencoba membukanya tapi tidak bisa. Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi Karin, ya karena hanya dia solusi satu-satunya.

'Karin, bisa ke kelas Nisa. Sekarang?'

Karin membalas dengan cepat.

'Oke Nis, 10 menit lagi gua sampe ke kelas lu'

Aku lega membaca balasan Karin, dan aku menunggunya sampai akhirnya 10 menit berlalu dan dia datang dengan muka cemas.

"Nisa, ada apa? lu sakit" katanya dengan cemas.

"Gua gak apa-apa, gua cuma bingung sama kado pemberian Dimas ini" aku sambil melihat ke arah kado itu.

Karin pun mengikutinya dia melirik kado yang tersimpan diatas mejaku.

"Hah? Dimas ngasih kado?" Karin berbicara dengan wajah kesal.

"Gua bingung harus gimana"

"Kenapa lu terima kado ini?"

"Gua kasian, gua ga tega"

"Nis, buka mata, dia udah hianatin lu, buka mata lu"

"Rin gua bukan tipe orang pendendam"

"Ah elah Nis, yaudah sekarang lu buka kadonya"

Aku pun membuka kado itu dengan perasaan sakit yang masih ada dihatiku karena mengingat kejadian beberapa hari lalu, dan kalian tau apa isinya? 5 batang coklat, beserta foto-fotoku dengan Dimas. Apa maksud dari semua ini? Apa dia mencoba membuatku tidak bisa melupakannya, coklat itu seolah mengingatkanku dengan kebiasaan Dimas yang membawa coklat setiap paginya dan foto-foto itu seolah mengingatkanku dengan hari-hari yang aku jalani bersamanya selama 3 bulan ini. Ah Dimas kau memang lelaki jahat yang mencoba membunuh seseorang dengan lembut.
Aku menangis, rasanya sakit, entah apa yang ada dalam pikiran Dimas, padahal dia yang menyakitiku harusnya aku yang melakukan ini agar membuatnya menyesal, ah sungguh aku membenci ulang tahunku untuk yang pertama kalinya dan aku menyesal menerima kado ini.
Karin memelukku, dia mencoba menguatkanku, walaupun sebenarnya dia tau aku tidak akan berhenti menangis.

"Nis, it's ok. Bakal ada kebahagiaan setelah kesedihan yang lu rasain sekarang"

Aku tidak berkata apa-apa, aku hanya menangis dan makin menangis sejadi-jadinya setelah Karin mengatakan itu.

Dimas, apakah kamu sudah gila? Tolong biarkan aku bahagia tanpa kehadiranmu, akupun ingin bahagia sama sepertimu yang bahagia dengan wanita yang kau pilih untuk menggantikanku.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang