Langit diluar sedang cerah, namun bukan berarti semua orang menikmati anugerah tersebut. Terlebih jika orang tersebut sedang berada di Rumah sakit, menunggu was-was anggota keluarga yang sedang berada di ruang gawat darurat. Seorang pria paruh baya berjalan mondar-mandir di depan salah satu ruangan sembari mengusap wajahnya berkali-kali, jelas sekali raut kekhawatiran terpancar dari sana. Bibirnya menggumam lirih, memanjatkan doa agar sang istri yang sedang berjuang di dalam sana diberi kekuatan.
"Ayah..." Seorang anak memanggilnya, membuatnya sadar jika dirinya tidak sendiri. Dua pasang mata yang sedari tadi hanya menatapnya bingung, kini bersuara.
Sadar jika sikapnya yang tidak tenang membuat kedua putranya khawatir, dia segera memasang senyum lalu duduk dan memangku keduanya.
"Ayah, apa sebentar lagi adik akan lahir?" Yang tertua bertanya.
"Iya. Ibu sedang berjuang melahirkan adik kalian. Jadi kalian harus berdoa supaya mereka semua sehat, ya" Keduanya mengangguk bersamaan, lalu saling melempar isyarat untuk mulai berdoa. Sang ayah mengambil kesempatan itu untuk kembali menatap pintu ruang gawat darurat.
Bukannya tidak ingin menemani sang istri yang sedang mempertaruhkan nyawa, namun dokter melarangnya masuk kedalam begitu melihat dua putra yang ikut bersama pasangan tersebut menangis keras, takut melihat ibunya yang berteriak kesakitan. Ditambah sang istri ikut memintanya, dia berjanji semuanya akan baik-baik saja.
Hari ini minggu cerah, awalnya pasangan Kim berencana menghabiskan hari libur dengan menemani dua putra kecilnya, Seokjin dan Namjoon ke kolam renang seperti biasa, sang Ayah akan menjadi pelatih sedangkan sang Ibu akan duduk diam dipinggir kolam atau menyiapkan bekal bawaan sembari melihat ketiganya bersenang-senang. Namun rencana tinggal rencana saat tiba-tiba cairan bening membasahi paha sang istri. Ini baru bulan ketujuh kehamilan, jadi wajar jika hal tersebut membuatnya panik dan langsung memutar arah ke Rumah sakit.
***
Setengah jam kemudian, dokter keluar dan memanggil keluarga pasien. Seokjin dan Namjoon saling bertatapan, ada senyum cerah dari sana.
"Satu orang bayi laki-laki lahir normal. Bobotnya rendah, hanya 900 gram jadi harus tetap disini sampai dinyatakan stabil" Dokter tersenyum tipis saat menyampaikan berita bahagia itu. Berita yang tidak lantas membuat lawan bicaranya bahagia.
"Satu? Lalu... lalu bagaimana dengan yang satunya, dok? Saya kira anak kami kembar?" pria itu masih ingat hasil USG beberapa kali menunjukkan kalau di perut istrinya hidup dua jiwa.
"Tenang dahulu, saya jelaskan,"
"Sebenarnya kami cukup terkejut dengan hal ini karena cukup langka, tapi setelah bayi pertama lahir, pembukaan yang awalnya ada jadi tertutup. Dan bayi kedua tidak lahir"
"Apa itu berarti masalah, dokter?"
"Pemeriksaan kami menunjukkan jika kedua bayi tersebut berada dalam kantung embrio terpisah dan memiliki dua plasenta. Kemungkinan sementara bayi tidak kembar identik, mereka berdiri sendiri dan bayi kedua memang belum waktunya lahir. Namun untuk lebih jelasnya, kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut"
Sepeninggal dokter, kepala keluarga Kim tersebut berbalik dan menatap kedua putranya yang memandang penuh tanya. "Jadi adik sudah lahir?" Seokjin bertanya.
"Sudah. Ini semua berkat doa kalian, sayang" Beliau mencium pipi keduanya dengan penuh kasih.
"Tapi kenapa adik kedua belum lahir?" Namjoon yang kali ini bersuara, sang ayah tertawa menyadari pertanyaan pintar tersebut. Putra keduanya memang cukup cerdas , dia bisa menangkap percakapannya dengan dokter meskipun tidak mengerti sepenuhnya.
"Adik kedua belum lahir karena Tuhan sekarang sedang memberinya keimutan yang banyaaak sekali, jadi kalian nanti bisa mengaguminya begitu lahir"
Namjoon dan Seokjin mengangguk-angguk mengerti, lantas mengikuti gandengan ayah mereka ke dalam ruangan.
***
Satu bulan kemudian,
Suasananya lebih kacau dari sebelumnya, Pria itu lebih panik dan gugup. Untung saja saat itu ada keluarga yang lain dan membantunya mengurus Seokjin dan Namjoon. Beberapa menit lalu suster datang, menyodorkan surat persetujuan operasi caesar untuk ditanda tangani, dan tanpa pikir panjang langsung dia sambut. Keadaan istrinya tidak memungkinkan untuk melahirkan normal lagi.
Untuk terakhir kalinya dia masuk ke ruang rawat, mencium kening pujaan hatinya dan memberikan semangat, sang istri tersenyum meski di wajahnya menyiratkan rasa sakit.
"Jangan takut, aku ada disini" Pria itu tahu sang istri tidak pernah melakukan caesar sebelumnya, dia tidak ingin hal itu membuatnya khawatir. Sadar karena tidak mungkin menemani ke ruang operasi, dia mengambil sapu tangan hijau dari kantong dan mengikatkannya di telapak tangan sang istri.
Sang istri tersenyum "Bagaimana mungkin aku takut jika aku akan diberikan hadiah terindah oleh Tuhan" satu kecupan mendarat di bibirnya.
"Berjanjilah, apapun yang terjadi, Ayah dan keluarga harus menjaga hadiah ini sebaik-baiknya, ya?"
Sang Suami ingin menggeleng, menolak cara penyampaian kalimat yang baru didengarnya.
"Berjanjilah, Ayah"
"Iya. Aku berjanji, kita akan menjaga anugrah ini bersama-sama" Sang istri tersenyum puas mendengarnya.
.
Beberapa jam kemudian, keluarga besar Kim yang sedang menunggu diluar ruang operasi akhirnya mendapatkan kabar. Bayi kembar kedua berhasil lahir, dengan bobot yang sama dibawah rata-rata namun secara keseluruhan cukup sehat, namun raut wajah sang dokter tidak menampakkan senyum tipis seperti sebelumnya.
"Lalu bagaimana dengan istri saya, dok? Ini operasi pertamanya, apa dia baik-baik saja?"
Bibir lurus dokter wanita itu langsung melengkung kebawah, mengisyaratkan sebuah pesan yang tidak baik.
-TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
GOD's GIFT ✓
FanfictionMereka kembar tapi berbeda. Wajah mereka berbeda, Hari ulang tahun mereka berbeda, Bahkan kasih sayang yang mereka dapatkan juga berbeda. Sampai pada akhirnya salah satu dari mereka kelewat lelah dan memutuskan menyerah, gambaran keluarga yang s...