11 - Diakhiri dengan sebuah awal

5.1K 535 48
                                    


Taehyung sudah ada di bandara sejak tiga jam sebelum keberangkatan, sesuatu membuatnya gelisah sejak kemarin hingga membuatnya tidak betah berlama-lama di apartemen. Hyekyo hanya bisa terheran saat keponakannya pamit berangkat lebih dahulu dengan ransel besar di punggungnya.

Di ruang tunggu, kegelisahan itu tidak kunjung menghilang, matanya bergantian menatap ponsel dan keramaian, seakan berharap seseorang muncul dari salah satunya.

Ya,

Taehyung jelas menanti seseorang, sosok yang sebelumnya terlibat perdebatan dan pergi dengan kepala mendidih. Pembicaraan yang belum selesai membuatnya tidak nyaman. Dia berusaha menghubungi Jungkook untuk memastikan anak itu baik-baik saja, sekaligus ingin memberikan pengertian. Sungguh, ini bukan perpisahan yang dibayangkannya, dia ingin meraih kebahagiaan tanpa menimbulkan efek samping di hidup orang sekitarnya, terlebih lagi Jungkook, saudaranya yang paling polos dan sayang padanya kini tengah salah paham. Taehyung tidak tahu lagi bagaimana caranya keluar dari rasa bersalah jika dirinya saja tidak punya kesempatan bicara.

"Taehyung,"

Remaja itu langsung tanggap membantu saat melihat pamannya kesusahan membawa dua buah koper besar.

"Mana Bibi?" tanyanya setelah Joongki berhasil mengistirahatkan tubuhnya.

"Itu... sedang bicara dengan ayahmu" Tunjuk Joongki, Taehyung menengok ke arah yang ditunjuk dan menemukan kepala keluarga kim sedang berbincang serius dengan bibinya, jarak mereka cukup jauh hingga pembicaraan tidak bisa ditangkap sampai telinganya.

Taehyung memperhatikan laki-laki paruh baya itu lekat-lekat. Meskipun jarak mereka cukup jauh, tapi Taehyung bisa menggambarkan rambut Ayahnya yang mulai memutih di beberapa tempat, dengan kantong mata hitam di bawah matanya menunjukkan bahwa beliau tidak cukup tidur akhir-akhir ini. Tae buru-buru menunduk, tidak mau meneruskan pengamatanyang jika dibiarkan justru akan membuat jantungnya berdebar.

"Aku tahu kau masih sayang Ayahmu" Joongki tiba-tiba berucap, membuat keponakannya menoleh linglung karena terkejut "Dan keluargamu juga. Kau hanya membenci perlakuan yang kau terima, tapi tidak pada mereka" Lanjutnya tersenyum, rupanya laki-laki itu mengamati keponakannya sejak tadi.

"Sekarang atau nanti, sama saja. Semua kesalahan itu akan diperbaiki dan kau akan memberi maaf dengan sepenuh hati, mungkin hanya butuh waktu untuk mengakuinya saja"

Taehyung tidak bisa menanggapi, paman Joongki seperti sedang menegaskan sesuatu yang samar-samar muncul, keinginan untuk kembali dalam keutuhan keluarga diantara rasa gengsi karena terlanjur mengungkapkan emosi.

Joongki tidak menyadari kebimbangan yang dialami putranya angkatnya, dengan santai mengganti topik pembahasan dengan sebuah berita baru yang sukses mengalihkan perhatian Tae dari sang ayah.

"Oh, iya. Apa kau tahu kalau Jungkook sudah pindah ke asrama?"

"Apa?"

"Hmm... Tadi ayahmu cerita, katanya dia sedang mengurus ijin tinggal Jungkook di salah satu asrama universitas Seoul, sedikit repot karena Jungkook memintanya mendadak dan terlambat"

"E... paman, aku mau ke starbuck dulu, ya. Aku titip ransel" pamit Taehyung cepat-cepat. Sejenak lupa menawari pamannya kalau-kalau laki-laki itu juga ingin memesan.

Sambil mengantri, Taehyung terus mencoba menghubungi Jungkook, berharap kabar yang diterimanya hanyalah bualan dan Jungkook mungkin akan tertawa jika mengetahuinya.

Seumur hidup, si bungsu tidak pernah dibiarkan tinggal diluar rumah barang semalampun, dan mendengar sekarang ayahnya membiarkan dia mengambil asrama, Taehyung tidak bisa tidak khawatir.

GOD's GIFT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang