From : CookiesKim @ Gmail.com
Subyek : Favorit
Empat bulan lebih kau ada di Amerika, Hyung! Keadaanmu bagaimana? kakimu sudah sembuh, belum? Tanganmu sudah bisa digerakkan belum? Kau tidak menjawab pertanyaanku sekalipun, jujur aku khawatir, takut sesuatu tidak berjalan sesuai prediksi dokter. Katakan saja kalau ada yang kau butuhkan.
Terus... Apa kau tidak kangen dengan suasana disini? kemarin aku membuat nasih goreng kimchi sendirian, tidak ada yang makan. Namjoon & Jin hyung di asrama, Ayah lembur, aku tidak suka kimchi, Akhirnya makanan itu basi, seandainya makanan itu bisa bicara, mungkin dia akan menangis karena dibuang sia-sia.
Aku ingin meneleponmu, video call, skype, apapun asal bisa berinteraksi langsung. Aku takut kita berubah jadi orang asing kalau terlalu lama tidak bertemu.
Tapi aku sadar kok kau disana bukan untuk senang-senang, kau kan masih sakit, masa aku harus berharap macam-macam. Aku percaya padamu, pada bibi Hyekyo, pada semua petugas medis, aku percaya kau akan kembali tanpa cacat seperti saat kau meninggalkan negara ini. Sampai saat itu datang, aku akan tetap disini dan mendoakanmu sekaligus memberi support.
Your beloved twin,
Jungkook.
Saat membacanya, Taehyung tidak menunjukkan respon, mungkin jika hyekyo melihatnya, dia akan mengira keponakannya sedang membaca salah satu artikel hoax di internet. Namun hati Taehyung hanya dia yang tahu, emosinya bergejolak dan saling bertarung, air matanya hendak keluar namun otaknya tak mengijinkan.
Jungkook semakin sering mengiriminya email, menceritakan kejadian-kejadian dari yang penting sampai yang tidak berharga. Membuatnya semakin membenci adik kembarnya yang membuatnya merasa menjadi orang jahat sedunia dengan mengacuhkan pesan-pesan itu. Taehyung juga sempat menelepon Jimin, mengorbankan salah satu waktu menyendirinya untuk memaki habis-habisan sahabatnya yang sudah membocorkan soal jalur komunikasi mereka. Sialnya lagi, Jimin tidak terdengar menyesal dan malah menjawab ringan,
"Mau bagaimana lagi, Adikmu itu punya bakat membuat orang kasihan bahkan untuk berandalan sepertiku"
Remaja itu akhirnya menutup laptopnya dengan sedikit bantingan. Beberapa hari yang lalu dia berjanji tidak akan membuka email, namun setelah beberapa hari tidak ada kerjaan, dia akhirnya tidak tahan juga dan membuka surat elektronik itu, dimana didalamnya sudah menunggu beberapa email adiknya yang dikirim secara berkala.
"Taehyung, sudah siap? Jangan lupa paspormu, ya" Hyekyo mengetuk kamar Tae dan mengingatkan bahwa mereka harus segera ke bandara sebelum ketinggalan pesawat. Taehyung langsung bangkit dari ranjangnya dan memasukkan laptopnya kembali ke ransel.
Sebelum keluar, dia memandangi kamar apartment yanag sudah ditinggalinya beberapa minggu pasca keluar dari Rumah sakit. Apartemen yang sebentar lagi akan menjadi tempat permanennya setelah mengurus berkas kepindahan dari kampung halamannya.
***
Jungkook masih menatap kosong lemari kayu yang ada dihadapannya, tangannya yang menepuk-nepuk pundak sang Ayah yang sedang terisak di pundaknya. Dia mendengarnya jelas, satu-persatu, namun otaknya seperti macet untuk sekedar memahami maksud yang disampaikan sang Ayah.
Laki-laki itu menceritakan semuanya dengan hati hancur, memilih tidak memendam lebih lama lagi kenyataan yang menimpa keluarganya setelah kecelakaan terjadi, bagaimana perasaan Taehyung, bagaimana kasih sayang itu tidak terbagi dengan sempurna, dan kemungkinan kalau keputusan itu adalah yang paling tepat untuk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
GOD's GIFT ✓
FanfictionMereka kembar tapi berbeda. Wajah mereka berbeda, Hari ulang tahun mereka berbeda, Bahkan kasih sayang yang mereka dapatkan juga berbeda. Sampai pada akhirnya salah satu dari mereka kelewat lelah dan memutuskan menyerah, gambaran keluarga yang s...