Hal Mencurigakan

7 0 0
                                    

"seminggu terakhir ini terus saja terjadi kehilangan dirumah nenek. Aku tak tahu siapa yang mencuri barang barang kami. Padahal rumah nenek sudah dipasangi pelindung. Tetapi, si pencuri hanya mengambil barang barang yang...... kurasa tidak penting. Contohnya saja, beberapa buku lama diperpustakaan, benda kecil yang mengandung sedikit sihir dan gembok yang mengunci buku yang dikunci diperpustakaan oleh nenek hampir terbuka.

Padahal kata nenek itu sihir tingkat tinggi, dirumah ini hanya nenek saja yang bisa membukanya. Sudahlah sebaiknya aku membuka mata dan kuping terhadap hal yang mencurigakan,"

Principesa menutup buku diarinya dan menyimpannya ketempat semula. Dia pun keluar dari kamar dan pergi ke halaman untuk berlatih bersama yang lain.

****

"seminggu mengendalikan kekuatan elemental kalian dan berkat usaha kalian yang kuat kini kita semua sudah bisa mengendalikan kekuatan masing masing. Sekarang.... Bagaimana kita memakai kekuatan itu dengan bijak saat dipertempuran. Karena seperti yang kita tahu, untuk memakai kekuatan itu kita harus memiliki stamina yang cukup, kalau tidak sihir yang tercipta tidak begitu sempurnya. Untuk yang pertama, Luan dan Shin silahkan maju," kata Asia. Orang yang dipanggil pun maju.

Luan dan Shin saling berhadapan. Sedangkan Asia berada diantara kedua orang itu.

"Yang lain tolong mundur. Kalian berdua diperbolehkan untuk saling menyerang satu sama lain. Kalian berdua harus berhenti saat salah satu mengatakan menyerah, mengerti?" tanya Asia.

Luan dan Shin mengangguk. Asia pun mundur dan mereka berdua mulai menyerang satu sama lain.

Luan dan Shin tidak ada yang mau mengalah. Mereka saling menyerang dan mengelak. Kekuatan elemental yang sama menjadikan pertarungan mereka seimbang. Luan melompat jauh kebelakang dan tiba tiba ada angin yang mengelilinginya.

Angin itupun menghilang dan sosok laki laki itu menghilang. Suasan menjadi hening, Shin menajamkan indra pendengarannya dan berkonsentrasi. Dia tahu kelemahan sihir ini, mereka memang bisa menghilang tetapi masih bisa menghasilkan suara akibat pergerakan sendiri walau sangat kecil.

Shin memerhatikan sekelilingnya, kanan kiri lalu depan dan belakang. Dia memjamkan matanya, "Jadi disana kau rupanya,!" Batinnya.

Shin menolehkan kepalanya kearah kanan dan bersiap meninju sesuatu didepannya. Dalam persembunyiannya -hilang- Luan tersenyum senang dan bersiap melancarkan serangan kepada Shin yang terkeco.

Saat Luan mengarahkan kepalan tangannya kearah perut Shin tanpa diduga, Shin menendang perut Luan dari posisinya yang sekarang membelakangi Luan!

Luan mundur beberapa langkah dan perlahan wujudnya terlihat lagi. Cepat Cepat, Shin merentangkan tangan kanannya dan mengucapkan mantra tak lama angin mengitari tangannya kemudian melemparkan angin dengan kecepatan tinggi kearah Luan.

Luan tak tinggal diam, dia membuat mantra pembatal dengan seolah olah membuat garis dengan tangannya yang diayunkan. Angin itu menabrak mantra pembatal, Luan sedikit terdorong kebelakang.

"Baiklah baiklah aku menyerah," kata Luan. Shin dan Luan pun bersalaman.

"Baiklah kalian boleh kembali. Kerja bagus Luan, Shin. Selanjutnya giliran Anya dan Lucinda,"

Setelah Luan dan Shin keluar dari tempat bertarung, mereka berdua berdiri disana dan berhadapan. Principesa memuji Shin dan Luan yang tadi sangat hebat menurutnya kemudian menyaksikan Anya dan Lucinda.

Pertarungan kedua gadis itu sudah dimulai dengan Lucinda yang menyerang duluan. Dia memegang api! Kedua tangannya terselimuti api dan sama sekali tidak membakar tangan Lucinda. Principesa terkagum melihatnya.

Sementara Anya, dia terlihat santai dan berdiri sambil memasang kuda kuda. Lucinda memasang kuda kuda dan berlari kearah Anya. Dia meninju Anya dengan apinya dan menganai bahu gadis itu. Anya langsung mengalak dan melihat bajunya yang berasap dan sedikit terbakar. Untung dirinya dapat mengelak kalau tidak aku bisa saja terbakar tadi.

Anya mundur beberapa langkah dan mengucapkan mantra tetapi Lucinda tak membiarkannya dan langsung menyerang lagi. Lucinda memberikan tinju kanan nya kemudian yang kiri. Api ditangannya masih menyala dan tertiup sedikit akibat ayunan tangannya.

Lucinda mengangkat salah satu tangannya dan menciptakan bola api dan melemparkan nya ke Anya secara bertubi tubi. Anya dari tadi terus mengelak dan hebatnya dia bisa menghindari semua serangan Lucinda. Selama menghidar pun dia membuka sebuat tabung berisi air dan menumpahkannya ketanah, Anya juga membaca mantra.

Lucinda masih saja melancarkan serangan bola apinya, semantara Anya membuat sihir pembatal sehingga bola api itu tidak mengenainya. Anya langsung berjongkok dan meletakkan kedua telapak tangannya ditanah dan menghentakannya sekali. Air pun keluar dari tanah dan mengikuti telapak tangan Anya yang terangkat. Kini berdiri dinding air didepan Anya. Principesa yang melihat itu takjub akan kemampuan sahabatnya itu. Tetapi dia merasa aneh saat melihat ekspresi Anya.

"hanya Seperti bukan Anya?" Batin Principesa.

Asia yang sejak tadi memperhatikan jalannya pertandingan juga takjub akan kemampuan Anya.

Anya mendorong air nya dan merubah air itu menjadi dua bagian, air itu mengelilingi Anya dan satunya mengelilingi Luicnda. Lucinda tak tahu harus menghadapi air ini, bagaimana pun apinya akan padam bila disiram air. Pikir Lucinda.

Lucinda berencana membelah air yang berputar melingkarinya ini dan menembakkan bola api sekali lagi. Lucinda merentangkan dan kedua tangannya kedepan, dia memejamkan mata dan menggerakan telapak tangannya kearah yang berlawanan.

Muncullah api yang berbentuk seperti pedang, Lucinda memang tidak bisa memegangnya tetapi dia hanya bisa mengendalikan api pedang itu. Dia mengandalikan pedang itu seperti dia memgangnya sendiri, Lucinda menebas air itu dan tak disangka Lingkaran air yang berputar itu terputus. Tak membuang waktu Lucinda menghunuskan mata pedang apinya kearah Anya dan berlari kearahnya. Jarak semakin menipis dan tepat dihadapan Anya. Api pedang Lucinda dihentikan oleh air Anya.

Air Anya menyelubungi api pedang itu dan menjalar ke Lucinda. Anya mengankat kedua tangnnya dan semua air yang Anya punya mengutari Lucinda dan memerangkapnya dan bola air. Lucinda menahan nafasnya dan memberikan isyrata dia menyerah. Namun Anya tidak memperdulikannya, dia menggencangkan kepalan tangannya dan bola air yang memerangkap Lucinda juga mengecil dan mengecil. Lucinda mulai kehabisan nafas, dia tidak bisa membuat api. Asia yang melihat itu segera menghantikan Anya.

"Anya hentikan! Lucinda sudah menyerah," kata Asia.

Anya menolehkan kepalanya dan menatap Asia kemudian dia membuka kepalan tangannya. Lucinda terjatuh dan dia menarik nafas sebanyak banyak nya. Anya hanya menatap Lucinda kemudian kembali ketempatnya semula.

"Cukup sampai disini. Kembalilah kekamar kalian masing masing dan jangan ada yang keluar sampai jam makan malam," Kata Asia tegas. Dia pun berjalan menjauh dan menghilang seperti hembusan angin.

****

To Be Continue.

maaf update lama, semoga kalian menikmati cerita ini. vote dan commentnya ditunggu, Terimakasih.

Principesa StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang