Ritual Kebangkitan

2 0 0
                                    



Kali ini Anya memakai jubah terbaik yang dia punya untuk hari ini. Sejak kemarin, Anya sudah mempersiapkan segala hal yang akan dia perlukan. Dan semua persiapannya sudah selesai. Dia menutup kepalanya dengan tudung jubahnya, kini dia terlihat seperti penyihir hitam.

Anya mendatangi Lucinda kemudian dia membuka botol ramuan yang dibawanya. Lucinda memberontak saat Anya ingin meminumkan ramuan tersebut. Tetapi usaha Lucinda tak membuahkan hasil, ramuan itu sudah memasuki kerongkongannya. Dari balik tudungnya, Anya tersenyum miring memperhatikan Lucinda yang lama kelamaan tak sadarkan diri.

Kemudian dua ekor serigala dengan ukuran tak normal menghampiri Anya.

"Bawa mereka, kita pergi sekarang!"

Mereka pun pergi dari gua itu membawa Lucinda dan seorang gadis. Lihat saja, mereka akan menguasai dunia. Memberikan rasa takut pada manusia dan menghancurkan penyihir putih yang lemah itu.

****

"Jadi... semua itu ulah Anya?" tanya Principesa tak percaya.

Tao mengangguk, "Tom sendiri yang mendengarnya dari Lucinda, dan kurasa kita harus segera menyelamatkan Lucinda."

"Tenang saja, kita datang tidak hanya untuk Lucinda tetapi juga untuk menghadapi pengikut Alexander!" kata Principesa.

"Apa rencananya?" tanya Rea.

Semua anak memandang Principesa, gadis itu pun gelagapan. Kemudian dia mengarahkan jari telunjuk nya pada Clerk, "dia yang punya rencana."

Clerk mengangkat kedua alisnya, dia pikir Principesa yang akan menjelaskan. Gadis itu seperti sudah memiliki sebuah rencana sendiri, nyata nya tidak.

"... dengarkan baik baik karena aku hanya menjelaskan sekali saja," Clerk memandangi semua anak dengan tatapan serius. Karena mereka menghadapi masalah yang serius, mungkin juga menyangkut nyawa mereka.

"Aku ingin dua penyihir berelemen angin menjaga tiga orang yang akan me-"

"Bisakah kau langsung menunjuk orangnya saja? Jadi bisa lebih praktis," potong Luan.

"Iya iya, aku ingin Shin dan Luna menjaga para penyerang dan yang akan menjadi penyerang adalah aku, Principesa, Luan, Nathasya dan Tao. Kami akan menyerang langsung jadi kami sangat mengandalkan kalian. Sisanya, Tom dan Rea kalian akan memantau situasi dan kalian akan bersama dengan Shin dan Luna di belakang. Sudah paham?"

"Paham!" jawab mereka kompak.

"Berapa lama perjalanan kesana?" tanya Luna.

"Jika berjalan kaki mungkin sekitar tiga jam. Tetapi kalau terbang mungkin sekitar satu jam."

"Kalau begitu tunggu apa lagi, Clerk. Ayo berangkat!"

****

Anya berdiri dihadapan sebuah pilar tua yang masih berdiri kokoh di sebuah padang rumput. Kemudian dia menundukkan kepalanya, memberi hormat. Tangannya menyentuh pilar itu kemudian suara retakan terdengar, terlihat kilauan benda transaparan yang membentuk kubah besar lalu kubah transparan itu menghilang dengan perlahan. Anya melihat sebuah jalan setapak yang mengarah kesuatu makam yang berbentuk balok yang terbuat dari batu. Di permukaan batunya terlihat ukiran ukiran mantra yang sudah ditumbuhi lumut di beberapa bagian.

Anya dan kedua serigala besar itu berjalan mendekati makan tersebut. Anya menyentuh permukaan batu itu kemudian tersenyum. Dia pun menunduk lagi lalu menghadap kedua serigala di belakangnya.

"Baringkan dia di sana, dan taruh gadis desa itu di samping makam," kata Anya.

Kedua serigala itu melaksanakan perintah Anya dengan patuh. Kini Lucinda di baringkan diatas makam tersebut. Anya membuka tasnya dan mengeluarkan sekantung serbuk putih kemudian gadis itu mulai menggambar dan menuliskan mantra mantra. Lalu Anya meletakkan sebotol darah, sebotol air keajaiban dan juga sebuah kotak di dekat kaki Lucinda.

Dia membuka tutup kedua botol itu kemudian memundurkan langkahnya. Sempurna. Semua persiapan sudah selesai, sekarang dirinya tinggal memulai ritual dan semuanya akan berakhir. Sebentar lagi para penyihir hitam yang tersisa akan sampai disini, mereka berkumpul untuk menyambut kepulangan tuan mereka.

"Kalian berjagalah di depan pilar, selama aku melaksanakan ritual, aku tak ingin ada gangguan."

Setelah kedua serigala itu pergi, Anya menutup kepalanya dengan tudung kemudian mengeluarkan sebuah buku dari tasnya. Dibukanya buku tersebut, kemudian dia pegang di tangan kirinya. Anya menutup matanya kemudian menarik nafas, mempersiapkan diri agar berkonsentrasi dalam membaca mantra.

****

"Masih jauh kah?" tanya Nathasya.

"Sedikit lagi," ujar Clerk.

Mereka terbang dengan kecepatan penuh, berharap sampai tepat pada waktunya. Karena hanya orang yang memiliki elemen angin yang bisa terbang, maka anak yang tidak berelemen angin harus mereka gendong. Mau tak mau.

"Kita sampai!" kata Clerk.

Mereka berjalan sambil membungkukkan badan, mencari tempat untuk bersembunyi. Clerk memilih semak yang cukup rapat. Mereka semua memperhatikan kearah dua serigala yang sedang berdiri di depan pilar. Posisi mereka cukup jauh dari pilar itu sehingga bisa di katakan aman.

"Anya sudah sampai," kata Tao.

Kemudian Clerk meminta Tom untuk melihat lihat di sekitar pilar tersebut. Remaja itu langsung melaksanakan tugas tersebut.

"Dua serigala, jalan setapak, gadis yang kita lihat... seseorang dengan jubah hitam."

"Itu pasti Anya!" tebak Nathasya.

"Lalu... Lucinda yang tak sadarkan diri."

"Apa yang di lakukan Anya?" tanya Principesa.

"Dia hanya berdiri menghadap sebuah... batu kotak? Sambil memegang sebuah buku. Apa itu meja persembahan?" tanya Tom.

"Bukan. Itu makam Alexander Torumi, dia akan memulai ritual pembangkitan. Kita harus bergegas!" kata Clerk.

"Ayo kita kesana! Serigala nya biar aku yang urus," ujar Luan.

"Hati hati Luan!" kata Luan cepat.

Luan mengangguk. Tiba tiba badannya langsung menghilang. Semua orang memandang sekeliling mereka, kemudian Tom mengarahkan telunjuknya ke suatu arah. Kompak mereka semua menonton aksi Luan dari balik semak.

Kedua serigala itu terlihat celingak celinguk, seperti mendengar sesuatu namun belum juga melihat wujud nya. Kedua serigala itu saling berpandangan kemudian berjalan kearah yang berlawanan dan tiba tiba saja langsung berbalik lagi dan berlari ke arah yang tadi. Tabrakan pun tak terelakkan, keduanya menggeleng gelengkan kepalanya. Mencoba menghilangkan rasa pusing di kepala. Mungkin.

Tiba tiba kepala kedua serigala itu terpenggal dan tubuhnya terbang dan di bawa agak jauh dari tempat itu. Di dekat pilar, Luan muncul kembali sambil membentuk bulatan dengan kedua tangannya yang diangkat keatas.

"Kalian berhati hati lah, kami berangkat!" kata Principesa.

****

To Be Continue

Principesa StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang