Apakah Ini Akhirnya?

1 0 0
                                    



Shin terlempar kemudian menabrak pohon. Punggungnya terasa sangat sakit, mungkin beberapa tulangnya retak. Peluh membasahi dahinya, dia sudah merasa sangat lelah. Tetapi Shin masih tidak mau menyerah. Dia memaksakan tubuhnya untuk berdiri dan menyerang. Dia membuat pusaran angin, sehingga mengaburkan pandangan akibat debu dan daun kering yang berterbangan. Tak lama, pusaran angin itu menghilang begitupun dengan sosok Shin. Para penyihir hitam memandangi pepohonan disekitarnya.

Mereka seperti merasakan seseorang mengawasi mereka. Kemudian, satu persatu penyihir hitam tumbang dengan leher tertusuk. Tetapi usaha Shin dihentikan oleh seseorang yang bisa melihat kayu yang di pegangnya. Shin menerima tinjuan di perutnya, darah keluar dari mulut Shin. Pria itu terbatuk sambil terduduk, tubuhnya lemas.

Penyihir hitam itu menendang kepala Shin dengan kencang, Shin yang tak berdaya langsung tak sadarkan diri.

****

Beberapa tetesan keringat jatuh ke tanah. Usaha Luan dan Principesa tak sia sia, pola itu mulai retak. Mereka menghantamkan pola mantra itu dengan angin mereka. Berulang ulang kali. Beruntung Anya tidak mengganggu mereka, sehingga tenaga mereka tidak terkuras lebih cepat. Sejauh ini Clerk masih terus menyerang Anya. Beberapa kali Principesa melirik keadaan temannya, Anya terluka cukup parah. Dia sebenarnya merasa tak tega melihat Anya terluka seperti itu.

"Berhasil!" ujar Luan senang.

Principesa melihat pola tersebut tidak tersambung dengan benar, beberapa bagiannya terpecah dan hilang. Ini pasti sudah cukup.

"Selanjutnya apa?"

"Begini, saat purnama terjadi, Anya akan membacakan mantra terakhirnya yang akan menyempurnakan ritual ini. Tugas kita adalah merebut buku yang dipegang oleh Anya."

"Semoga saja Anya belum menghafal mantranya," kata Luan.

Mereka pun berjalan kebelakang Anya bermaksud mengepung Anya dan mengambil buku mantra yang kini masih tergeletak di tanah. Luan dan Principesa maju dengan perlahan, mereka berusaha menyeimbangkan jarak mereka dengan pertarungan Clerk dan Anya. Salah perhitungan, malah mereka yang tertebas petir Clerk.

Serombongan orang berjubah hitam datang. Tom, Luna, Rea dan Shin bersama mereka. Shin yang tak sadarkan diri di lemparkan ke tanah begitu saja, sementara yang lainnya berlutut. Anya tersenyum menang, dia membuat pecut dari air. Kemudian memecut Principesa dan Luan hingga mereka berdua terlempar cukup jauh. Kemudian tangan Clerk yang memegang belati.

"Menyerahlah kalian sudah terpojok," kata Anya.

Tiba tiba kepala Clerk pusing dan berdenyut. Dia memegang kelapanya kemudian berteriak kencang karena tak tahan dengan rasa sakitnya. Dia membalikkan badannya, memperhatikan penyihir hitam. Dia melihat salah seorang dari mereka membacakan sebuah mantra, yang ia yakin itu adalah mantra untuk mengendalikan seekor naga. Padahal mantra itu sudah menghilang ratusan tahun yang lalu.

Bulan bersinar dengan terang, pertanda purnama sedang berlangsung. Mereka semua di kumpulkan menjadi satu, berlutut sambil memperhatikan Anya menyelesaikan ritual. Sementara mereka di jaga oleh penyihir hitam. Mereka tak bisa melakukan apa apa.

'Apa ini akhir dari perjuangan kami? Apakah hanya begini saja?' batin Principesa.

"Sayang sekali segel yang ku buat rusak. Tetapi tak apa, ritual masih bisa di lanjutkan meskipun tak akan sempurna," ucap Anya sambil menolehkan kepala kearah Luan dan Principesa.

Principesa memejamkan matanya, tak sanggup melihat apa yang akan terjadi. Tangannya menggenggam mutiara itu dengan kuat. Rasanya ingin menangis saat mengingat semua yang telah mereka lakukan hingga sejauh ini.

Principesa StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang