이십일

5.7K 740 166
                                    

"Bagaimana jika sebelah sini kau berikan sedikit kain brukat berwarna warm white?"

"Ah, apakah itu cocok untuk gaun berwarna kuning gading seperti ini?"

Pagi ini, Jiseo ada meeting dengan Namjoon di sebuah cafe yang letaknya berdekatan dengan kantor milik keluarga Kim. Hari itu hujan nampak menguyur deras setelah Asisten Oh mengantar Jiseo kesana.

"Lantas? Noonaku menginginkan sesuatu yang mewah untuk hari pernikahannya."kata Namjoon.

"Kesan mewah tidak harus dengan brukat, Namjoon-ssi. Kau pun bisa menggantinya dengan bahan lain selain brukat."kata Jiseo.

"Ck! Noona merepotkan orang saja."ia menggaruk kepalanya kesal.

Jiseo tersenyum ramah menghadapi kliennya yang kini bingung harus merombak gaun itu darimana.

"Aku tidak mengerti soal gaun, bahkan aku juga tidak mengerti coretan apa yang kau buat disini."kekeh Namjoon malu.

"Jika mau, aku akan mengubahnya menjadi satin dan beberapa aksen kecil. Mungkin kesan sederhana tetapi mewah akan Noonamu dapatkan disini."jelas Jiseo.

"Ah—dia mengirimiku contoh gambar kemarin."Namjoon nampak sibuk dengan ponselnya. Setelah menemukan gambarnya, ia menunjukkannya pada Jiseo.

"Baiklah, akan aku rubah beberapa bagian agar mirip seperti ini."kata Jiseo.

"Dia mempunyai selera yang aneh."kata Namjoon.

Jiseo terkekeh."Bukan, gaun model seperti itu memang sedang disukai beberapa wanita di Korea."kata Jiseo.

"Benarkah?"tanya Namjoon.

Jiseo mengangguk."Aku akan memastikan gaun itu akan terlihat lebih cantik dari yang kau bayangkan, Namjoon-ssi."jawab Jiseo.

"Baiklah, aku percayakan semuanya padamu."kata Namjoon.

Mereka berdua lantas berbincang ringan disana. Jiseo tidak dapat kembali ke butik dengan cepat karena asisten Oh sedang mengantar Jimin dan pasti akan memakan waktu lama. Jiseo dan Namjoon tertawa sambil sesekali menyasap kopi pesanan mereka, bahkan terkadang membicarakan masalah yang sedang terjadi baru-baru ini.

"Aku dengar, kau dekat dengan aktor muda berbakat Kim Seokjin?"tanya Namjoon.

"Ah, tidak—kami hanya berteman saja."sanggah Jiseo.

"Wah, aku kira kalian sudah berpacaran."kata Namjoon.

"Tidak tidak."Jiseo menutup wajahnya malu.

"Tidak mungkin wanita secantik dan sepintar dirimu tidak memiliki kekasih, Jiseo-ssi."kata Namjoon.

Jiseo terkekeh malu, ia memang tidak memiliki kekasih untuk saat ini—

"Apakah pria yang kemarin di butikmu itu kekasihmu, huh?"celetuk Namjoon.

"Nugu?"tanya Jiseo.

"Su—ehh aku lupa namanya, Suran—Suman—Su …"

"Suga?"

"Ah iya, maaf aku bertemu banyak orang akhir-akhir ini dan lupa siapa saja nama mereka."kekeh Namjoon.

"Dia—"

Jiseo bingung apa yang akan ia jawab tentang Suga. Tidak mungkin ia bicara jika Suga adalah sebuah manekin yang mungkin dikutuk seseorang. Namjoon pasti tidak akan percaya dengan hal-hal kekanakan seperti itu.

"Sesungguhnya aku sangat tertarik dengannya."celetuk Namjoon.

"Ha?"

"Iya, aku cukup tertarik dengannya. Namja itu sepertinya cukup jenius."kata Namjoon.

"Kau tidak salah menilai orang?"kaget Jiseo.

"Tidak tidak, sepertinya memang seperti itu pandanganku padanya."jawab namja tampan di hadapan Jiseo.

Jiseo hanya mengangguk mengisyaratkan bahwa ia setuju dengan Namjoon.

"Bisakah kau membantuku sesuatu, Jiseo-ssi?"tanya Namjoon.

"Apa yang bisa aku bantu?"tanya Jiseo.

"Ah—bujuklah Suga-ssi untuk datang ke kantorku, sepertinya ia cocok dengan posisi yang akan kosong minggu depan."jawab Namjoon.

"Aku?!"Jiseo menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, sepertinya dia sangat dekat denganmu, aku yakin dia akan menuruti apa yang kau mau."kata Namjoon.

Jiseo memijat pelipisnya, ia tidak bisa membayangkan jika manekin menyebalkan itu bekerja di kantor Namjoon. Pasti banyak karyawan yang akan mati berdiri jika mendengar omelannya. Jiseo menghembuskan nafasnya kasar hingga Namjoon memperhatikannya.

"Wae geurae?"tanya Namjoon.

"Oh aniyo, gwenchana."jawab Jiseo sambil mengibaskan tangannya.

"…"

"Aku permisi sebentar."Jiseo mengambil tasnya lalu pergi ke toilet.

Sementara Namjoon hanya menggeleng sambil menyasap expresso hangat yang terkesan pahit namun mampu menenangkannya.

"Aku akan memastikan bahwa kau adalah Yoongi hyung."lirih Namjoon setelah meletakkan kopinya.

Jiseo membasuh wajahnya di toilet, ia benar-benar bingung bagaimana mengatakan pada Namjoon jika Suga—

"Pagi-pagi kau sudah pergi dengan pria lain."kata Suga. Ia sudah bersandar malas di pintu salah satu bilik kamar mandi.

"Cih!kau mengagetkanku, bodoh!"pekik Jiseo.

"Apa-apaan, melihat kekasihku sudah pergi dengan pria lain apakah aku harus mendiamkannya?"tanya Suga ketus.

"Siapa yang kau sebut kekasih?!"tanya Jiseo. Ia mengoleskan lipbalm di bibirnya kemudian.

Suga mendengus, ia mendekat ke arah Jiseo lalu memeluknya dari belakang.

"Aku sengaja bersembunyi di bagasi mobilmu, lihat tanganku lecet gara-gara aku tekuk tidak pada lipatannya."Suga memperlihatkan goresan hitam yang ada di tangan kirinya. Ia bahkan bergelayut manja di belakang tubuh Jiseo.

"Aku tidak menyuruhmu untuk bersembunyi di bagasi."ketus Jiseo.

"Tapi aku ingin, aku ingin setiap hari bersamamu."paksa Suga.

"Berhentilah merengek, kau tidak cocok!"ujar Jiseo.

Kesal karena sikap manisnya ditolak mentah-mentah oleh Jiseo, Suga beranjak membalikkan tubuh Jiseo lalu menatapnya.

"Bagaimana jika kau bersikap manis padaku."pinta Suga.

"Tidak bisa."kata Jiseo.

Lagi-lagi Suga mendengus. Ia mengusap pipi Jiseo lalu menciumnya. Hanya sekali dan tidak lebih.

"Kau tidak sadar jika ini toilet wanita??"tanya Jiseo.

"Aku sudah memasang tanda bahwa toilet ini rusak."jawab Suga licik.

"Cih!"

Suga kembali menatap mata Jiseo dengan sedikit menundukkan kepalanya. Ia tersenyum manis saat tau bahwa wajah Jiseo memerah.

"Johayo."lirih Suga.

"Uh?"

"Wajah tomat merah inilah yang aku suka dari boneka manis sepertimu."jawab Suga.

"Apa?Boneka?"

To Be Continued ...
Pendek? Sengaja wkwkwkwk!

우울한 인형 [Gloomy of the Doll] × SUGA [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang