#5

41.9K 1.2K 10
                                    

Suara derungan mobil membuyarkan arnan yang masih berdiri mematung.

"Assalamu'alaikum..." ucap seorang wanita yang menenteng tas belanjaan.

"Wa'alaikumsalam...." ucap Arnan dan menoleh kearah wanita itu, yang tak lain adalah bi Inah.

"Eh...den Arnan udah pulang? Non Aisya udah pulang den?" Tanya bi Inah.

"Aisya......???" Ucap Arnan bingung.

"Ya non Aisya"

"Tadi bibi pergi sama Aisya? Tapi kenapa kalian tidak pulang bersama"

"Iya tadi kami keluar sebentar, saat kami ingin pulang non Aisya minta untuk mampir dulu ke supermarket" jelas bi Inah.

"Lalu....?"

"Saat ingin pulang, kami menunggu jemputan dari mang Ujang, tiba-tiba non Aisya merasa pusing dan wajahnya juga sangat pucat"

"Lalu pria itu?" Ucap Arnan penasaran.

"Oooo itu den Ali, sepupunya non Aisya. Kami tadi bertemu dengannya saat di supermarket. Saat melihat kami menunggu di pinggir jalan, tiba-tiba ia menghentikan mobilnya untuk menawarkan tumpangan. Awalnya non Aisya menolak, tapi karena desakan dari saya akhirnya ia mau" tutur bi Inah.

"Sepupu??? Lalu kenapa aku tidak mengenalnya? Dan kenapa bibi tidak ikut dengan Aisya?"

"Begini den, den Ali selama ini tinggal di luar kota, saat pernikahan den sama non Aisya ia sedang sibuk. Dan soal kenapa bibi ngga ikut karena mobilnya udah ngga muat sebab ada istri dan anaknya. Lagian bibi harus menunggu mang Ujang"

Arnan tampak berdiam diri. "Ya udah den bibi mau melanjutkan pekerjaan bibi" ucap bi Inah dan pergi menuju ke dapur.

Arnan masih berdiam diri.
"Aaargh...... kenapa aku bisa melakukan hal sebodoh ini? Aku sudah salah menilai Aisya" ucap Arnan frustasi.

Arnan berjalan menuju kamar Aisya. Kini ia sudah berdiri di depan pintu kamar Aisya. Saat ia ingin mengetuk pintu, ia mendengar isakan tangis dari seseorang. Ia yakin bahwa itu adalah suara Aisya.

"Aisya.... apa kau di dalam?" Ucap Arnan dan berusaha membuka handle pintu. Tidak ada sahutan sama sekali. "Aisya.... aku mohon buka pintunya.."

"Mau apa lagi mas ke sini? Belum cukup udah nyakitin Aisya? Atau belum puas pukul Aisya?" Ucap Aisya di sela tangisannya.

"Aisya... aku mohon. Aku minta maaf" ucap Arnan yang masih berdiri di depan pintu, karena Aisya mengucinya dari dalam.

"Pergi.... mas pergi....." teriak Aisya.

"Aisya... mas mohon"

"Pergi... Aisya mau sendiri. Pergi...."

Arnan yang tak bisa berbuat apa-apa. Ia kemudian beranjak dan pergi menuju ke kamar Nancy. Ia harus memberikan waktu untuk Aisya.

☆☆☆

Sudah berhari-hari Aisya mendiamkan Arnan. Namun ia tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang istri.

Aisya turun dari kamarnya menuju meja makan untuk sarapan bersama Arnan dan Nancy.

"Pagi non..." sapa bi Inah yang melihat Aisya turun dari tangga. Aisya hanya tersenyum menjawabnya.

"Pagi sayang..." ucap Arnan, namun Aisya tidak menghiraukannya. Ia hanya tersenyum kepada Nancy. Ia masih merasa marah kepada Arnan. Meskipun Arnan sudah berusaha untuk meminta maaf padanya. Nancy yang menyadari sikap Aisya merasa bingung.

"Aisya... apa kamu baik-baik saja?" Ucap Nancy yang memecahkan keheningan saat sarapan.

"Ya.. aku baik-baik saja, memangnya ada apa?" Ucap Aisya.

"Aku rasa kamu bertengkar dengan Arnan"

"Aku sudah selesai. Aku akan kembali ke kamarku" ucap Aisya dan berlalu meninggalkan Arnan dan Nancy. Tanpa menjawab pertanyaan Nancy.

"Nancy kamu tunggu sebentar ya.. aku akan bicara dengan Aisya" ucap Arnan. Nancy hanya menganggukkan kepala. Arnan kemudian berjalan menuju kamar Aisya.

"Aisya....." panggil Arnan saat sudah berada di kamar Aisya.
Aisya menoleh ketika seseorang memanggil namanya.

"Aisya aku minta maaf. Aku telah berbuat salah padamu" ucap Arnan dan berjalan mendekati Aisya dan memeluknya dari belakang.

"Aisya udah maafin mas.." ucap Aisya.

"Benarkah??" Ucap Arnan dan tersenyum.

"Hmm...."

Praang....

Suara dari ruang makan mengejutkan Arnan dan Aisya. Mereka kemudian berlari ke arah sumber suara.

Mata mereka terbelalak saat melihat Nancy yang terjatuh dan darah yang mengalir ke lantai.

"Nancy....." ucap Arnan dan berlari ke arah Nancy. Begitu juga dengan Aisya. "Mas kita harus segera membawanya ke rumah sakit" ucap Aisya gemetar karena takut.

Aisya kemudian menekan tombol ponselnya mencari nomor seseorang.

"Hallo assalamu'alaikum dok. Ini Aisya dari kediaman Arnan Bagaskara. Saya minta untuk menyiapkan ruang persalinan sekarang juga. Sebentar lagi kami akan sampai. Terimakasih" ucap Aisya yang sudah berada di dalam mobil sambil memangku kepala Nancy. Sementara Arnan fokus dengan menyetir.

Gimana makin gaje ya....

vote dan komennya di tunggu ♡♡♡

Setulus Cinta Istriku [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang