Sudah beberapa hari setelah kepergian Nancy, Arnan berubah menjadi lebih pendiam dan pemurung.Ia menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian Nancy.
"Mas..." panggil Aisya yang menggendong seorang bayi cantik. Aurora Devara Bagaskara, itulah nama yang di berikan untuk putri Arnan dan Nancy. Meskipun kehilangan Arnan tidak pernah melupakan kewajibannya untuk merawat putri kecilnya.
"Ya..." ucap Arnan yang merasa dirinya dipanggil seseorang.
"Kita makan malam dulu..." ucap Aisya.
Aisya dan Arnan sedang berada di meja makan, sedangkan Ara sedang tidur di kamar bersama dengan bi Inah.
Saat sedang makan malam, Aisya merasa perutnya mual. Ia segera menuju ke wastafel untuk memuntahkan isi perutnya.
"Hueek...hueekk...." Aisya berusaha untuk memuntahkan isi perutnya namun yang keluar hanyalah cairan bening seperti biasanya.
Arnan yang merasa khawatir segera menghampiri istrinya dan mulai memijat tengkuk Aisya agar Aisya lebih mudah untuk memuntahkan isi perutnya.
"Kamu tidak apa-apa kan Aisya?" Ucap Arnan yang merasa khawatir.
"Aku tidak apa-apa mas" ucap Aisya. Sebenarnya Aisya belum memberitahu Arnan pasal kehamilannya. Ia merasa ini belum saatnya untuk memberitahunya karena beberapa kejadian yang belakangan ini terjadi.
"Kamu yakin?"
"Iya mas...." ucap Aisya dan tersenyum.
☆☆☆
Tengah malam Aisya terbangun dari tidurnya. Entah mengapa saat ini ia ingin sekali makan kethoprak.
"Aduh anak mama... jangan minta yang aneh-aneh ya inikan udah malem" ucap Aisya sambil mengelus perutnya.
Keinginan Aisya untuk makan kethoprak bertambah. Ia ingin membangunkan Arnan. Tapi ia tak tega melihat Arnan yang tertidur sangat pulas. Namun ia memberanikan diri.
"Mas... bangun mas" ucap Aisya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Arnan.
"Hmmm..... ada apa Aisya?" Ucap Arnan yang belum membuka matanya.
"Mas... bangun...." ucap Aisya yang masih berusaha membangunkan Arnan.
"Aisya... ada apa sih?" Ucap Arnan yang bangun dan menyenderkan kepalanya di ranjang.
"Aisya ingin makan kethoprak"
"Aisya mana ada penjual kethoprak tengah malam begini besok aja ya. Selain itu mas sangat capek hari ini"
"Tapi Aisya mau makan sekarang mas"
"Kamu itu seperti anak kecil Aisya. Kan makan kethoprak bisa besok. Kamu itu ngga tahu apa kalau aku itu lagi capek banget" ucap Arnan dengan suara yang mulai meninggi. Arnan kemudian turun dari ranjang dan berniat untuk pergi.
"Mas mau kemana?"
"Aku mau tidur di kamar Nancy"
"Mas tidur di sini aja... Aisya janji ngga akan minta yang aneh-aneh lagi" ucap Aisya dan berdiri untuk menghampiri Arnan. Tapi kakinya tersandung dengan karpet.
"Awwwhh......" ringis Aisya saat perutnya terbentur dengan ranjang.
"Aisya... kamu kenapa?" Ucap Arnan dan menghampiri Aisya.
"Perutku....." ucap Aisya sambil memegang perutnya. Arnan yang melihat darah mengalir di lantai merasa panik.
Bi Inah yang mendengar keributan dari kamar Aisya segera berlari menuju ke kamar Aisya.
"Asstagfirrullah... non kenapa?" Ucap bi Inah yang sudah masuk ke kamar Aisya dan menghampiri Aisya.
"Ya Allah darah.... kandungan non" sambung bi Inah.
Arnan yang mendengar ucapan bi Inah segera menatap bi Inah."Kandungan....???"
"Iya den... non Aisya saat ini sedang hamil"
Bagai disambar petir di siang bolong saat mendengar ucapan bi Inah."Hamil......??? Ya Allah Aisya kenapa kamu ngga bilang sama mas?" Ucap Arnan merasa bersalah.
"Ayo den kita bawa non Aisya ke rumah sakit" ucap bi Inah.
☆☆☆
Arnan dan bunda Aida sedang menunggu di ruang tunggu dengan perasaan khawatir. Bunda Aida yang tadi langsung datang setelah ditelfon oleh bi Inah. Sementara pak Handoko dan mama Irene sedang dalam perjalanan.
"Keluarga ibu Aisya....??" Ucap dokter Vina.
"Iya saya suaminya. Bagaimana keadaan istri saya dok?" Tanya Arnan dan menghampiri dokter Vina.
"Pasien saat ini sudah melewati masa kritis dan saat ini sedang tak sadarkan diri"
"Lalu bagaimana dengan kandungannya dok?" Tanya Arnan.
"Maaf pak... tapi kami sudah berusaha" ucap dokter itu.
"Ngga... ngga mungkin. Dokter pasti bercanda kan? Ini semua ngga mungkin. Maafin mas Aisya..." ucap Arnan yang terduduk lemas. Bunda Aida berusaha menenangkannya.
"Terimakasih dok.." ucap bunda Aida.
"Bund... Arnan harus bilang apa saat Aisya bangun nanti? Arnan ngga kuat harus melihat Aisya menangis"
"Kamu tenang Arnan. Kamu harus kuat, siapa yang akan memberikan dukungan pada Aisya jika kamu seperti ini?" Ucap bunda Aida.
Saat ini Arnan berada di dalam kamar Aisya dan menggenggam tangan Aisya yang sesekali menciumnya. Keluarga mereka hanya bisa menatap Arnan dengan sedih.
Aisya mulai membuka matanya. "Mas Arnan...." lirih Aisya saat membuka matanya.
"Sayang.. kamu udah bangun?" Ucap Arnan lalu mengecup kening Aisya.
"Aisya ada dimana?"
"Kita ada di rumah sakit sayang". Aisya mulai mengingat kejadian sebelumnya."Janin Aisya...." ucap Aisya dan meraba perutnya.
"Kamu yang sabar ya sayang. Bayi kita saat ini sudah senang diatas sana" ucap Arnan dan mulai meneteskan air mata.
"Ngga.... mas pasti bohong kan. Mas jangan bercanda, ini ngga lucu mas" ucap Aisya tersenyum sambil menangis.
"Aisya...... " Arnan memeluk tubuh Aisya."Ini yang terbaik untuknya sayang"
"Tapi mas hiks... Aisya belum melihatnya hiks..... Aisya ingin merawatnya hiks...hiks..." ucap Aisya di sela-sela tangisannya. Arnan semakin mengeratkan pelukannya. Membiarkan istrinya menangis di pelukannya."Maafin mas Aisya...."
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, hari ini Aisya diperbolehkan untuk kembali ke rumah.
"Assalamu'alaikum..." ucap Arnan yang memasuki rumahnya dengan membantu Aisya berjalan.
"Wa'alaikumsalam... eh non udah pulang"
Aisya tersenyum melihat Ara tersenyum kearahnya."Anak mama..... sini mama kangen banget sama Ara" ucap Aisya dan mengambil alih Ara dari gendongan bi Inah.
Arnan tersenyum melihat kebersamaan istri dan anaknya. Meskipun bukan terlahir dari rahimnya, Aisya sangat menyayangi Ara.
"Yang udah ketemu.... papanya berdiri disini di cuekin" ucap Arnan sambil memanyunkan bibirnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cinta Istriku [LENGKAP]
Storie d'amoreSebuah pernikahan yang terjadi karena sebuah perjodohan yang dilakukan kedua orang tua mereka. Namun seiring berkembangnya waktu mereka saling mencintai.