Aisya sudah berkutat dengan peralatan dapurnya sejak pagi. "Assalamu'alaikum mama, selamat pagi" sapa Ara lalu duduk di meja makan. "Wa'alaikumsalam.. pagi sayang" jawab Aisya. "Aisya..!!" Panggil Arnan dari kamarnya yang terletak dilantai atas. "Iya mas ada apa?" Aisya sedikit berteriak. "Dasi biru aku mana??" Teriak Arnan sekali lagi. "Ada di lemari mas". "Ngga ada, aku udah cari" balas Arnan. "Bentar ya, Aisya siapin sarapan untuk Ara" jawab Aisya.
"Sayang sarapan dulu ya, mama mau bantu papa cari dasinya" Aisya meletakkan roti panggang dengan selai coklat dan segelas susu dimeja. Ara mengangguk paham. "Ara ngga papa kan makan sendiri?" Tanya Aisya. "Ngga kok ma, Ara kan udah gede jadi harus berani" Aisya tersenyum simpul. Aisya kemudian naik keatas untuk menuju kamarnya.
"Astagfirullah, mas apain kamar ini?" Ucap Aisya saat memasuki kamarnya. Kamarnya saat ini bahkan mirip seperti kapal pecah dibuat Arnan. Baju berserakan dimana-mana. "Mas ngapain aja?" Aisya berkacak pinggang. Sementara Arnan hanya nyengir kuda. Aisya memunguti pakaiannya dan memasukkan kembali kedalam lemari. "Aisya marah sama aku?" Tanya Arnan. Aisya tak menjawab. "Mas tadi cari ini kan?" Ucap Aisya sambil menyerahkan dasi biru kepada Arnan.
"Pakaiin..." ucap Arnan manja. Aisya menghela napas lalu memakaikan dasi keleher Arnan. Arnan memeluk pinggang Aisya sambil tersenyum. "Kamu marah,Sya?". "Hm.." Aisya hanya berdehem. "Aku minta maaf, udah buat berantakan kamar" Arnan menampilkan wajah sendunya. "Iya.." jawab Aisya. "Iya apa?" Arnan sedikit mengangkat tubuh istrinya. "Aku maafkan" balas Aisya sambil tersenyum. Arnan tersenyum lalu memutar tubuh istrinya diudara. "Mas ngapain? Turunin Aisya, kalau Aisya pusing gimana?" Ucap Aisya. Arnan tak menggubrisnya, ia masih memutarnya. "Mas, Aisya pusing.." seru Aisya. Arnan menurunkan tubuh istrinya. Aisya nampak sempoyongan. "Ish... kamu ini!" Ucap Aisya sambil memegang kepalanya. Arnan hanya cekikikan tak berdosa. "Udah ah ayo turun, Ara udah nunggu dibawah.
"Selamat pagi princessnya papa" sapa Arnan saat berada dimeja makan dan mencium pipi Ara. "Pagi pa..." balas Ara. "Mas mau selai apa?" Tanya Aisya. "Eghmm.... selai kacang aja deh" Aisya mengoleskan selai kacang diroti yang ada ditangannya.
"Dah.. mama" ucap Ara saat sudah berada dimobil. Aisya melambaikan tangannya sambil tersenyum. "Dah... sayang..". Setelah itu, Aisya masuk kedalam, menyelesaikan pekerjaannya.
☆☆☆
Aisya sudah menunggu Ara di depan gerbang sekolahannya. "Mama.." teriak Ara berlari dari dalam kelasnya dan langsung memeluk tubuh Aisya. Aisya membalas pelukan putrinya yang hanya bisa menggapai pahanya. "Mama kan udah bilang ngga usah lari-lari, nanti kalau jatuh gimana?" Ucap Aisya. "Maaf ma..." jawab Ara. "Ya udah kita pulang yuk" Aisya menggandeng tangan putrinya lalu menuju motor miliknya.
"Assalamu'alaikum..." ucap Ara setelah sampai dirumah lalu berlari kekamarnya. "Assalamu'alaikum..." Aisya masuk kedalam rumahnya. "Wa'alaikumsalam..." bi Inah keluar dari dapur. "Non, baru pulang?" Aisya menganggukkan kepalanya. "Bibi masak apa?" Tanya Aisya. "Ini mau buat sup non" jawab bi Inah. "Owh.. kalau gitu saya yang lanjutin bi, bibi bisa ngerjain yang lain". Bi Inah mengangguk lalu pergi ke halaman belakang. Aisya lalu menuju kedapur dan melanjutkan memasak.
"Ara...!!" Panggil Aisya sedikit berteriak. "Iya.. ma" teriak Ara. "Makan siang dulu sayang. Makanannya udah siap" Aisya mengatur piring diatas meja. Ara langsung keluar dari kamarnya dan menuju meja makan. "Duduk dulu sayang.." suruh Aisya. Ara tersenyum lalu duduk. "Baca do'a dulu sebelum makan" Aisya memberikan sepiring nasi lengkap dengan lauk kepada Ara. Ara menengadahkan tangannya dan mulai berdo'a. "Amin..." ucap Ara selesai bedo'a lalu memakan makanannya dengan sangat lahap.
Suasana malam semakin dingin ditambah dengan guyuran hujan yang cukup lebat. Aisya sedang membantu Ara mengerjakan PR nya. "Mama, Ara kedinginan" ucap Ara sambil mengusap lengannya. "Sebentar ya, mama ambilin jaket dulu" Aisya berdiri lalu bergegas kekamar Ara.
Aisya memakaikan jaket ketubuh putrinya. "Gimana, masih dingin sayang?" Tanya Aisya. Ara menggelengkan kepalanya. "Papa kapan pulang, ma?". "Sebentar lagi pasti pulang. Diluar kan masih hujan". Ara ber"o" ria.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi belum ada tanda-tanda kedatangan Arnan. Aisya duduk diruang tamu setelah menidurkan Ara dikamarnya. "Non Aisya kenapa belum tidur?" Tanya Bi Inah saat keluar dari kamarnya menuju dapur. "Masih nunggu mas Arnan,bi" jawab Aisya. "Non tidur aja dulu, biar nanti saya yang nunggu aden". "Ngga usah bi, bibi tidur aja. Aisya saja yang tunggu mas Arnan. Bi Inah mengangguk lalu melenggang pergi.
Beberapa saat kemudian, suara derungan mobil terdengar memasuki pelataran rumah Aisya. Aisya langsung berjalan kearah pintu lalu membukanya. Dilihatnya suaminya dengan penampilan acak-acakan. Lengan kemejanya yang digulung sampai siku dan dua kancing atas kemejanya terbuka. Badannya yang basah kuyup akibat air hujan.
"Assalamu'alaikum.." salam Arnan dengan suara menggigil karena kedinginan. "Wa'alaikumsalam..." Aisya langsung mencium punggung tangan suaminya. "Ya Allah mas, kenapa bisa basah kuyup begini sih? Ayo.. masuk dulu" ucap Aisya lalu meraih tas kerja suaminya. "Mas mandi dulu sana, nanti Aisya bawain teh hangat sama makan malam kekamar" perintah Aisya lalu diangguki oleh Arnan.
Aisya masuk kedapur lalu membuat teh dan memanaskan makanannya kembali. Tangan cekatannya kemudian menyajikannya ke piring. Setelah itu lalu membawanya kekamarnya.
Arnan berbaring dan bergelung dengan selimut tebalnya. Ia masih terus menggigil.
Ceklek..
Aisya masuk dengan membawa nampan ditangannya. "Mas minum dulu teh angetnya" ucap Aisya menyerahkan secangkir teh. Arnan lalu bangun dan meminumnya. Setelah itu, Aisya menyuapi Arnan dengan sangat telaten. "Mas masih kedinginan?". Arnan mengangguk. Aisya menyentuh dahi suaminya. "Mas kayaknya demam deh. Badan mas panas banget, sebentar aku ambilin termometer dulu" Aisya lalu membuka laci meja yang tak jauh dari ranjangnya. Lalu menyuruh Arnan memakainya.
"Ya Allah mas, tuh kan bener mas demam. Suhu badan mas aja 38 derajat" ucap Aisya saat memeriksa termometernya. "Mas tidur aja dulu" Aisya lalu membaringkan tubuh Arnan lalu menyelimutinya. Setelah itu dia turun mengambil air dan kain untuk mengompres Arnan.Aisya meletakkan kain basah didahi Arnan. Ia sangat khawatir dengan keadaan suaminya. Sesekali ia mengambil kain itu lalu meletakkannya kembali. Hal itu dilakukan selama malam itu, hingga ia tertidur sambil memeluk lengan Arnan.
***
TBC..
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cinta Istriku [LENGKAP]
RomanceSebuah pernikahan yang terjadi karena sebuah perjodohan yang dilakukan kedua orang tua mereka. Namun seiring berkembangnya waktu mereka saling mencintai.