HOMOPHOBIC
Chapter Five
“Please”
Aku serasa disambar petir, dan ingin mengubur diriku sendiri mendengar kabar itu. Benar-benar meruntuhkan hatiku. Rasanya sesak dan perih.
Bagaimana tidak? Orang yang kau sayangi selama ini mengalami kecelakaan. Pastinya kau akan mengerti perasaanku saat ini.
Aku bangun dari ranjang rumah sakit, kurasakan pening di kepalaku. Dengan sigap aku langsung bangun, tidak peduli apakah keadaanku sudah membaik atau belum.
Aku sangat bodoh, kenapa aku harus pingsan? Itu membuatku tidak bisa mengobati Taehyung dan menyembuhkannya.
Aku berlari keluar, menyusuri lorong rumah sakit yang berbelok-belok. Jantungku berdebar keras. Disepanjang perjalanan menuju Unit Gawat Darurat aku menangis, semakin lama semakin kencang.
Taehyung tidak boleh terluka.
Taehyungku...
Dan sialnya lagi, ruang istirahat pegawai dengan UGD itu letaknya cukup jauh. Aku harus menempuh jarak yang jauh, dan hampir memakan waktu 5 menit.
Aku menangis membayangkan hal terburuk yang akan menimpa Taehyung.
“Setidaknya bila kau ini memang ceroboh jangan sampai mengalami kecelakaan! Taehyung bodoh!”
Seruku dalam hati diiringi dengan tangisku yang aku yakini sudah menghapus separuh make up di wajahku. Tapi aku tidak peduli, yang penting sekarang hanyalah keadaan Taehyung.
Akhirnya aku sampai di depan UGD. Kakiku terasa lemas, langkahku terhuyung-huyung. Aku melihat kedua orang tua Taehyung di sana.
Taehyung apakah kau baik-baik saja?
Taehyung padahal baru kemarin kita bercanda
Taehyung kau harus sembuh!
Pikiranku saat ini benar-benar kacau. Ayah Taehyung menenangkanku yang hampir saja terjatuh lagi.
“T-taehyung bagaimana keadaannya Ahjussi?”
“Dia kehilangan banyak sekali darah, Areum. Tulang kakinya patah dan pergelangan tangannya retak, Ia juga mengalami banyak luka sehingga harus menerima jahitan di sana-sini. Tapi Ia tidak apa-apa, Areum. Taehyung pasti akan segera sembuh.”
Ucap Ayah Taehyung pelan, berusaha meredam dukanya.
Bodoh!
Seharusnya aku yang menguatkan keluarganya, bukan aku yang dikuatkan. Aku bangkit dari dudukku dan memeluk kedua orang tua Taehyung. Kurasakan bulir-bulir air yang hangat menetes dipundakku.
Melihat keadaannya aku menangis dalam diam. Semuanya terasa sangat sakit. Seluruh organku terasa tidak bekerja lagi, tulang-tulangku seperti dilolosi satu persatu. Taehyung yang aku sayang, bahkan selama 23 tahun dihidupku kuhabiskan hanya bersamanya, harus terbaring lemah seperti ini.
“Ya aku memang ingin menjadi suster pribadi yang merawatmu Taehyung, tapi bukan begini caranya.”
Aku terisak, mendekatinya yang dipenuhi perban. Kugenggam tangannya.
Taehyung masih belum sadarkan diri.
Aku benar-benar ingin memaki Taehyung! Ia sungguh ceroboh, Ia dengan bodohnya menerobos lampu merah yang menyebabkannya tertabrak mobil yang sedang melaju kencang. Kim Taehyung bodoh!
Tapi untuk saat ini aku akan memaafkannya.
“Cepatlah buka matamu Taehyung-ah, kau butuh dimarahi dan diajari tentang rambu-rambu lalu lintas!”
Setiap hari aku ke kamar rawatnya. Aku berusaha mengajaknya bicara, yang pastinya tidak akan Taehyung jawab. Terkadang aku menertawai diriku sendiri, sungguh bodoh.
Tapi hatiku sesak sekali bila tidak mengajaknya berbicara.
Dengan telaten aku selalu mengurusnya, merawatnya.
Bukankah aku sudah berjanji?
Sudah seminggu lamanya Taehyung belum membuka matanya. Membuatku benar-benar tidak semangat menjalani hari-hariku.
“Hei Noona, kenapa cemberut seperti itu?”
Anak SMP nakal ini menanyaiku. Sekolah kami bersebelahan. Dan Taehyung itu sangat nakal, Ia sering kali melompat pagar untuk menemuiku.
“Aku tidak bisa melakukannya, Tae. Kau tau kan, aku tidak pandai berolahraga.”
Aku duduk dengan memeluk lututku.
“Noona harus selalu semangat! Jangan bersedih begitu!”
“Tapi ini lompat tinggi Taehyung, dan tubuhku pendek, mana mungkin aku bisa melakukannya?”
“Noona belum mencobanya?”
“Belum, aku takut.”
“Nah! Noona saja belum mencobanya! Setidaknya cobalah dahulu. Aku yakin kau pasti bisa Noona!”
Taehyung mengatakannya dengan sangat berapi-api dan antusias membuatku tak lagi bisa mengelaknya. Mata tajamnya sangat tajam menatapku, setajam belati yang siap melukaimu kapan saja. Taehyung tersenyum kotak. Senyum yang sangat memikat.
Hah kenapa anak SMP ini bisa sebegitu tampannya sih?!
“Baiklah akan aku coba, doakan aku ya!”
Aku tertawa kecil merasa senang karena sudah diberi masukkan oleh Taehyung.
“Areum Noona kalau tersenyum cantik. Jangan cemberut lagi.”
Sial. Remaja tanggung ini menggodaku. Dan kalimatnya tadi dengan sukses membuat wajahku merah.
“Pokoknya terus semangat yah Noona!”
Punggung Taehyung hilang dari balik pagar tinggi itu.
Dan yah, kalimatnya dan raut wajah Taehyung saat itu benar-benar menyemangatiku, membuatku berhasil melakukan lompat tinggi.
“Iya Taehyung aku akan selalu semangat.”
Aku tersenyum mengenang raut wajah berapi-api itu yang berhasil membuatku kembali menemukan semangatku, tujuan hidupku.
Aku harus merawat Taehyung terus tanpa henti, berusaha menyembuhkannya!
Dan benar saja, keadaan Taehyung sudah mulai menunjukkan peningkatan. Tinggal menunggunya membuka matanya.
“Hei Taehyung sampai kapan kau akan terus begini? Kau perlu dinasehati, segeralah bangun!”
Taehyung pun membuka matanya perlahan. Aku menutup mulutku dengan tangan mungilku. Keajaiban!
Taehyung bangun dari komanya. Aku tak henti-hentinya bersyukur kepada pemilik alam semesta. Aku berteriak kegirangan memanggil Ibu Taehyung, berjalan keluar kamar Taehyung.
Tapi saat belum sempat aku berbalik sebuah tangan besar yang hangat menghentikanku.
“Jangan marahi aku Noona. Aku ini kan sedang sakit.”
***
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMOPHOBIC ➖ TaeKook VKook
FanfictionHOMOPHOBIC seme! tae uke! jk Cerita tentang seorang gadis yang mencintai sesosok lelaki dengan seluruh hatinya, bahkan seluruh hidupnya. Homophobic? Ya, mungkin kata itulah yang dapat menggambarkan situasi gadis itu saat ini, Karena... Pria beruntun...