Yang di atas langit saja bisa jatuh sewaktu-waktu,
Kapanpun itu.
Apalagi rasamu.
.
Beam tahu persis bagaimana, mengapa, dan dimana otaknya mulai cemas akan hal-hal kecil—kadangkala ia merasa lelah dengan sifatnya yang pencemas.
Seperti saat ini misalnya, ia sedang bergelut dengan pikirannya perihal hubungannya dengan Forth kekasihnya yang merupakan bulan di jurusan tehnik.
Beam menopangkan dagunya dengan sebelah tangan, memperhatikan-calon teman hidupnya yang sedang asik memainkan gitarnya.
Pikirannya terbang ke beberapa jam saat tanpa sengaja berpapasan dengan Forth dan Wayo dikantin.
Dari jauh pun Beam dapat melihat ekspresi senang kekasihnya itu saat berbicara dengan Wayo.
—haah... Semula yang berada dihati Froth kan Wayo, tidak mungkin tempat spesial itu dapat digantikan olehnya. Kan?
For god sake—cinta mereka saja semuanya berawal dari tragedi. Beam sanksi kalau malam itu mereka tidak melakukan hubungan sex maka ia dan Forth akan tetap menjadi seorang teman saja.
Beam sadar diri, ia bukanlah tipe idaman Forth yang mungil, kecil, putih, dan menggemaskan.
—bukan, Beam sama sekali tidak rendah diri. Ia tampan, ia kaya, ia juga cukup populer meski bila dibandingkan dengan Pha sih tidak ada apa-apanya.
Forth tidak pernah meliriknya sebelum kejadian itu terjadi. Maka tidak salah bukan kalau Beam merasa perasaan Forth padanya adalah perasaan bersalah?
Bahkan saat itu Ming junior mereka bertanya secara langsung pada Beam, "P'Beam... Kau serius jadian dengan P'Forth?"
Ming tahu, yang ada dihati Forth adalah Yo.
Ai! mengapa ia terima juga pernyataan Forth waktu itu, meski ia tahu bahwa perasaan Forth belum berubah.
Sialnya Forth meyakinkan Beam dengan begitu cakapnya. Forth tahu bahwa Beam perlu diyakinkan.
Perasaan mereka bertemu dengan tidak sengaja, terbuat dari dua hati yang patah kemudian menjadi satu.
"Forth..." Beam memanggil dengan masih bergeming ditempatnya—ia duduk disebelah Forth, duduk tegak menunduk sambil mengelus bantal yang sedang didekapnya. Begitu pula dengan Forth yang masih sibuk memainkan gitarnya.
"Ya?" ia menyahut tanpa sedikitpun berniat menolehkan kepala, menatap lawan bicara.
Beam harus bertanya jika seperti ini terus lama-lama ia bisa paranoid. Meskipun sudah seringkali ia menanyakan pertanyaan seperti,
"Ai Forth! Kau serius menyukaiku?"
"Kalau kau berbohong tentang menyukaiku, akanku patahkan gitarmu! ,"
"Forth kau serius mau denganku?"
Yang dijawab dengan,
"Aku menyukaimu Beam, percayalah sedikit padaku."
Tidak cukup untuk meredakan kegundahan Beam setiap kali melihat Forth sedang bercakap asik dengan Yo.
—sumpah Beam bukanlah seorang pencemburu. Ia bahkan kerap kali merasa bersalah dengan Yo.
Beam terlalu cemas, kecemasan yang ia rasa ini begitu menggelitik dada.
"Hei Forth apa yang akan kau lakukan bila aku putus denganmu?" ia bertanya dengan nada sedikit tidak yakin, merutuk keberanian yang menyusut.
Suara petikan gitar berhenti terdengar, Forth membalikan badannya menatap Beam, alis matanya mengkerut heran. "Aku tidak mengerti dengan pertanyaanmu Beam,"
Beam memberanikan diri mengangkat wajahnya menatap lurus kedalam mata Forth, menahan napas mengulang pertanyaan. "Apa yang akan kau lakukan bila aku putus denganmu?"
Forth meletakan gitarnya, menyilangkan kedua tangannya di depan dada sembari menyandar pada sofa menatap Beam yang sepertinya menjadi takut untuk mendengar jawaban yang ia tanyakan sendiri—what a foolish man he is.
Samar Forth tersenyum tipis, menertawakan Beam dalam hati karena kegundahan konyolnya. "Kurasa aku akan kembali pada mantanku,"
Ibarat mulutmu harimaumu, Beam menyesali pertanyaan yang ia lontarkan. Jantungnya berdegup kencang. Beam lupa, ada kemungkinan Forth mempunyai mantan kekasih.
—dengan tampang dan perawakan yang seperti itu, tidak heran mengetahui kalau Forth punya mantan.
Sial, Beam merasa tidak mengetahui apa-apa tentang Forth—selama ini Forth yang selalu bertanya tentang dirinya, ia ingin diyakinkan sehingga lupa untuk menyakinkan Forth.
Sekonyong-konyongnya Beam merasa ia tidak cocok dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan cinta.
Beam sekarang nyaris menangis—menahan semua perasaan tak karuan.
"Forth, kita sudahi saja ya hubungan kita?" suaranya bergetar, tidak tahu mengapa ia berkata demikian.
Beam menahan napas, bersiap mendengar jawaban Forth.
Helaan panjang terdengar, "Baiklah Beam kalau itu maumu, kita sudahi saja sekarang,"
Forth diam-diam tersenyum tipis geli. Kadang kala Beam bagai anak kecil yang senang sekali merajuk, iris hitamnya mudanya memperhatikan raut muka kecut Beam yang siap tumpah kapan saja. "Beam maukah kau mengantarku ke Starbuck?"
Beam menatap tidak percaya, seingatnya beberapa detik yang lalu mereka baru saja mengucapkan kata putus bersama-sama, dan kini Forth meminta untuk menemaninya ke Starbuck. Sungguh jengkel ia sekarang, tidak mengerti apa maunya Forth, "Pergi saja dengan mantanmu," Desisnya berbahaya.
Kali ini Forth tidak bisa menahan kekehannya, "Kau mantanku." Ia senang menggoda Beam seperti ini, lihat saja wajah kebingungnnya itu terlihat sangat menggemaskan.
"Tapi Forth..." Beam benar-benar tidak paham, otaknya mendadak saja tumpul. "Kau bilang—"
"Aku bilang... aku akan kembali pada mantanku bila kau putus denganku, dan kini kau adalah mantanku." Forth memotong ucapan Beam, menangkupkan kedua telapak tangannya pada pipi Beam yang bersemu merah menyadari kekonyolannya. "Kau terlalu banyak memikirkan hal yang tidak perlu Beam. Sebegitunya kah kau tidak percaya padaku? "
"Bukan begitu... Hanya saja aku takut kalau ternyata kau hanya kasihan padaku," adu Beam akhirnya, suaranya yang mengecil kian menambah kesan lucu.
"Percayalah padaku Beam," Forth mengelus puncak kepala Beam kemudian mengecup bibirnya singkat, "Ketika aku memilihmu, maka hatiku hanya milikmu."
Beam tersenyum membalas kecupan Forth dipipi dengan lembut. Rasanya kegelisahannya telah menguap di udara, ia suka bagaimana pria yang kadang kala terkesan cuek ini meyakinkan dirinya bahwa Beam hanya milik Forth seorang.
"Jadi, mau kah kau mengantar mantanmu ini?"
"Tentu saja," Beam tersenyum, sebelum akhirnya memeluk Forth kuat dengan gestur mengatakan,
'orang ini milikku, sekarang, hari ini, besok dan selamanya. Tidak akan pernah aku berikan kepada orang lain'
.
Dia, akhir yang jadi pertama.
Kau, jadi yang pertama dan selalu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
After That Night
Hayran Kurgu(ForthBeam) Warning 21+ (sex scene, strong language, so many curse words) please don't read this if you're underage. "Beam tidak tahu harus bersikap seperti apa bila bertemu Forth nanti. Ayolah siapa yang tahu kalau mereka dapat semabuk itu dan mel...