Tips 4. Membuat Outline

381 8 0
                                    

Sudah lama saya tidak membuka Wattpad, kemudian membuka lagi dari akun @InaIrianto. Di sana ada banyak reading request di wall, dan cukup terkejut karena beberapa cerita memiliki part yang lumayan banyak. Kemudian setelah saya baca, ternyata part sebanyak itu ceritanya masih on going.

Pada tips sebelumnya, saya sudah menyarankan membuat kerangka cerita terlebih dahulu sebelum menuangkan ceritanya. Pada novel kedua saya, The Difference, saya ingin membuat outline yang lebih rapih. Karena pada Eternal Memories pun, saya membuat outline tapi tidak serapih dengan membuat babak. Saya cari contoh outline di internet, lalu saya menemukan kerangka yang bagus, yang akhirnya saya terapkan pada The Difference. Berikut outline untuk The Difference.

Pada outlinenya, dituliskan tokoh-tokoh yang berperan pada novel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada outlinenya, dituliskan tokoh-tokoh yang berperan pada novel. Di sana, saya tidak tuliskan karakter lebih spesifik, hanya peran umum atau kepentingan tokoh dalam novelnya. Kemudian, saya membagi novelnya menjadi tiga babak sederhana. Babak pertama perkenalan, babak kedua konflik, babak ketiga penutup sampai solusi konflik. Lalu masing-masing babak dijelaskan dengan beberapa part.

Ditambah prolog dan epilog. Saya selalu menulis prolog dan epilog sebagai pengantar ceritanya. Pada dua bagian tersebut, biasanya saya tuliskan puisi atau prosa dari sudut pandang salah satu tokoh utama. Berharap prolog dapat menjadi senjata ketiga untuk menarik minat pembaca setelah judul dan blurb. Saya menyadari, saya tidak ahli membuat judul yang menarik, jadilah saya buat prolognya seperti itu. Kemudian juga berharap epilog dapat menjadi klimaks yang tetap apik dengan sebuah puisi ringan atau prosa. Tidak bermaksud menggantungkan cerita, tetapi membiarkan dan mengajak Pembaca ikut berimajinasi dengan cerita yang kita buat. Karena Pembaca kita juga merupakan Pembaca yang cerdas. 

By the way, teman-teman tahu nggak blurb itu apa? Dulu saya tidak tahu perbedaan sinopsis dan blurb. Sampai suatu hari, saya kenal dengan seorang editor penerbit mayor, dan dia memberikan format sinopsis yang baik yang biasanya diminta penerbit. Kalau teman-teman mau, nanti saya beri lihat contoh sinopsisnya. Tapi mungkin sinopsis novel saya dengan format pemberian editor tersebut, bukan yang dari beliau, karena konsultasi dengannya itu pakai fee. Hehe. Kalau dari saya mah gratis aja, karena saya juga bukan profesional.

Kembali pada outline, maaf ya, saya suka terdistraksi.

Sebenarnya kenapa sih novel kita perlu outline? Tapi, semuanya kembali ke teman-teman sih, mau bikin outline atau tidak. Lagipula, menurut saya, kalau mau view banyak, tidak perlu bikin outline, tidak perlu punya cerita yang punya arah, mengembangkan ceritanya sambil jalan saja, sembari melihat respon pembaca. Sama saja seperti sinetron yang berepisode-episode. Sinetron berepisode-episode, banyak yang suka karena masih banyak ditonton, sekalipun banyak yang menghujat. Saya sendiri prefer dengan cerita yang punya arah dibanding cerita yang disukai oleh kebanyakan orang, which is banyak view.

Kadang, cerita yang berpart-part, atau sinetron yang berepisode-episode, tidak selamanya jelek. Selama ceritanya masih tidak dipaksakan dan tidak membuat part atau scene yang sebenarnya tidak penting, sehingga ceritanya menjadi tidak padat makna. Nah, cerita yang tidak dipaksakan sekalipun part atau episodenya banyak, harus direncanakan dengan membuat outlinenya terlebih dahulu agar ceritanya memiliki arah dan pesan yang ingin disampaikan tetap tersampaikan.

Wattpad Book ReviewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang