Satu

34 10 0
                                    

"Hajima! Ku mohon janganK pergi. Ku mohon. Hikss hikss. Jangan tinggalkan aku sendiri! Jangan pergi! Jangan pergi, Eommaㅡ" Chanyeol terbangun dari mimpinya. Ia mengusap pipinya yang basah karena air mata.

"Aiissh. Mimpi itu lagi." Umpatnya pelan.

"Oppa, kau sudah bangun ? Aku akan berangkat sekolah. Aku akan ada piket pagi ini. Sarapan sudah ku siapkan di atas meja. Oppa jangan sampai telat ke sekolah." Jelas Young Ri dibalik pintu coklat itu.

Ia tak tahu apakah orang dibalik pintu itu sudah bangun atau masih tertidur. Ia melakukan itu hanya untuk membuatnya tenang berangkat ke sekolah.

Chanyeol mengusap matanya melirik jam diatas nakas, masih setengah tujuh. Terlalu pagi untuk berangkat sekolah.

Ia kembali mencoba menutup matanya untuk kembali tertidur. Namun tak bisa. Akhirnya ia memilih turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.

"Apa yang harus aku lakukan, eomma ? Bagaimana aku bisa menjaga Young Ri sedangkan Aku tak bisa menjaga diriku sendiri." Tangis laki-laki bersurai coklat itu pecah di depan kaca kamar mandi.

"Eomma,mianhae. Jeongmal mianhae."

Flashback On

"Chanyeol-ah, Young Ri-ah. Besok eomma dan appa akan pergi ke rumah nenek. Kalian hati-hati di rumah ya. Chanyeol kau harus bisa menjaga adikmu selama eomma pergi. Jangan sampai kalian membuat kekacauan di rumah ini ya." Ucap wanita paruh baya yang duduk diantara Chanyeol dan Young Ri.

Kedua anak itu hanya menanggapi biasa ucapan ibu mereka. Keduanya masih sibuk dengan gadget masing-masing.

"Dengarkan eomma berbicara, sayang. Bagaimana jika ini menjadi ucapan terakhir untuk eomma ?"

"Eomma! Kenapa eomma berbicara begitu ? Tak baik jika mengatakan 'hal terakhir'." Potong Chanyeol dengan cepat.

"Habisnya kalian tak mendengarkan eomma. Kalian sibuk dengan dunia kalian."

"Mianhae, eomma. Aku janji akan mendengar semua ucapan eomma." Young Ri kemudian memeluk erat ibunya yang dibalas dengan pelukan hangat.

"Aku juga eomma. Maafkan anakmu yang tampan ini, eomma." Chanyeol ikut memeluk ibunya.

*keesokan harinya*

"Eomma pergi ya, jaga rumah dan adikmu ini sayang." Eomma mengusap pelan kepala chanyeol dan mencium pipi Young Ri.

Chanyeol memeluk ayah dan ibunya erat.

"Pulang cepat, eomma, appa. Aku pasti akan merindukan kalian." Ucap chanyeol melepas pelukan kedua orang tuanya.

"Pasti sayang." Balas ayahnya dengan seulas senyum manis.

"Eomma, jangan lupa bawakan oleh-oleh untuk ku dari Busan." Ucap Young Ri dengan manja.

Orangtuanya lagi-lagi tersenyum dan kemudian segera memasuki mobil.

Eomma melambaikan tangannya dari dalam mobil sambil tak hentinya tersenyum.

Namun, saat memasuki persimpangan jalan yang masih terlihat dari rumah mereka, sebuah truk melaju kencang dari arah sebelah kanan, menghantam mobil yang dikendarai oleh orang tua Chanyeol.

Chanyeol dan adiknya langsung terpekik berlari menghampiri mobil orangtuanya yang sudah hancur begitu parah.

"Eommaㅡ, appaㅡ" ucap Chanyeol dengan suara bergetar saat melihat orang tuanya terjepit di bagian mobil.

Orang-orang berdatangan menolong dan menelpon ambulance.

Chanyeol menggapai tangan ibunya yang menjulur keluar. Sedangkan Young Ri pingsan di kerumunan orang.

"Chanyeol-ah. Uri adeul... jaga adikmu sayang. Eomma sudah tak bisa lagi menemanimu menggapai masa depanmu. Eomma minta maaf sayang. Eommaㅡ" ucapan ibunya tersekat seakan tak bisa lagi untuk berbicara. Tatapan matanya semakin melemah.

"Eomma, hajima! Jjebal! Jangan tinggalkan aku eomma! JANGAN PERGI EOMMA.. TETAP BUKA MATA, EOMMA. EOMMA JJEBALYEO EOMMA!" chanyeol berteriak keras saat ibunya sempurna menutup mata untuk selamanya.

Hari itu juga ia sadar, ia sudah kehilangan orang yang paling ia sayangi, orang yang selalu mendukungnya, orang yang selalu menjaganya dari hal apapun.

Hari itu juga, ia kehilangan senyum cerianya.

Eomma, appa, jeongmal mianhae.
Flashback off

"Chanyeol-ah. Kau sudah berangkat ? Buka pintunya chanyeol-ah." Teriak laki-laki surai hitam dan sorot mata tajam serta kulit putih susu yang mulus.

Chanyeol tak menggubris teriakan laki-laki itu. Ia tetap meneruskan mandinya.

Tak butuh waktu lama, ia selesai mandi dan segera berpakaian seragam sekolah. Dan baru kemudian ia membuka pintu untuk temannya itu.

"Kau ingin membunuhku dengan membuatku menunggu begitu lama di depan pintu ini, hah ?" Cecar laki-laki yang sudah menunggu setengah jam di depan pintu rumah Chanyeol.

"Mianhae. Aku sedang mandi. Kau juga tak bilang akan datang sepagi ini." Ucap Chanyeol mempersilahkan Sehun, sahabatnya itu masuk.

"Waah.. ada sarapan. Apa ini boleh aku makan ?" Tanya Sehun dengan polos saat melihat 5 potong sandwich di atas meja makan.

Chanyeol mengangguk pelan dan langsung membuat Sehun kegirangan memakan sandwich buatan Young Ri itu.

"Adik mu memang hebat! Dia baru berumur 15 tahun, tapi sudah bisa membuatkan sarapan untuk kakaknya yang tidak punya semangat hidup." Sindir Sehun di sela kunyahannya.

"Sisakan untukku. Aku belum sarapan." Sela Chanyeol dengan kesal. Apa maksud Sehun dengan mengatakan ia tak punya semangat hidup ? Ia tentu saja punya semangat hidup meskipun sedikit.

Sehun berhenti makan ketika sandwich tersisa dua potong lagi. Itu artinya Sehun sudah makan 3 potong dan menyisakan 2 potong lagi untuk Chanyeol.

Chanyeol mengambil satu potong sandwich dan memasukkan ke mulutnya dengan cepat. Ia menyandang tasnya dan bersiap untuk berangkat sekolah.

"Kidaryeo. Ini masih ada satu potong lagi." Sehun menunjuk sandwich yang tinggal sepotong.

"Kau makan saja. Ayo cepat. Kita harus berangkat sekarang." Desak Chanyeol.

Sehun menyambar satu potong sandwich dan segera menyusul Chanyeol yang sudah berada di luar bersiap mengunci pintu.

"Gaja."

Mereka pun segera menuju halte untuk menunggu bus menuju sekolah.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Annyeong!
Gimana karakternya ? Gak sesuai ya ? Gapapalah. Ini imajinasi author :'v
Please vote and comments nya guys

-Raffyuu-

Soul Of MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang