Sembilan

15 5 0
                                    

"Neo ?!" Pekik Ririn saat melihat laki-laki yang memegang tangannya adalah Jun Myeon.

Anak dari pemilik yayasan yang kasar dan sombongnya minta ampun. Astaga. Ada apa laki-laki ini memegang tangannya tiba-tiba ? Jangan bilang si Jun Myeon ini akan membalas dendamnya karena perbuatannya kemarin. Ommo! Jangan kali ini..

"Apa yang kau lakukan ? Lepaskan !" Ucap Ririn terus berusaha melepaskan cengkeraman tangan Jun Myeon yang semakin erat.

"Ikut dengan ku!" Jun Myeon pun  menarik tangan gadis itu ke dalam mobilnya yang tak jauh dari sana.

"Ya! Apa yang kau lakukan ? Lepaskan aku bajingan!" Umpat Ririn sambil terus memberontak karena perlakuan Jun Myeon.

Jun Myeon menghentikan langkahnya dan menatap tajam pada gadis itu.

"Apa kau bilang ? Bajingan ?" Tanyanya dengan penuh emosi. Baru kali ini ada yang memanggilnya bajingan secara terang-terangan.

"Ne! Kau bajingan! Kenapa kau menarikku ke dalam mobil mu ini ? Apa kau ingin balas dendam karena perbuatan ku kemarin, hah ?" Bentak Ririn tanpa rasa takut.

Jun Myeon kembali menarik tangan Ririn masuk ke dalam mobil mewahnya yang dikendarai oleh sopirnya. Ririn masuk ke dalam mobil mewah itu setelah Jun Myeon mendorongnya dengan keras.

"Ya! Bajingan! Apa yang kau lakukan ?!" Umpat Ririn terus mencoba membuka pintu yang terkunci.

Jun Myeon duduk santai di sebelah Ririn yang terus memberontak, "Jalan!" Ucapnya pelan namun pasti pada sopirnya.

Mobil melaju pelan membelah jalanan kota Seoul. Ririn kemudian pasrah dan menatap kosong pada jalanan. Aaah sungguh ia ingin merobek wajah tampan tak berperasaan itu dan melompat keluar dari mobil itu segera.

"Siapa namamu ?" Tanya Jun Myeon dengan 'sok' ramah menurut pandangan Ririn.

"Apa urusanmu ?!" Jawab gadis itu dengan sangat ketus.

"Aku bertanya dengan baik-baik. Jadi jawab saja dengan baik juga." Ucap Jun Myeon dengan menekankan setiap penggalan kata pada kalimatnya.

Ririn mendelik tajam pada laki-laki tampan di sebelahnya. Untuk apa dia beramah-tamah pada laki-laki brengsek ini. Tak ada hal yang patut ia hormati dari kakak kelas tak tahu diri ini.

"Kau tak ingin menjawab pertanyaanku ?" Jun Myeon menoleh pada Ririn yang sibuk memperhatikan jalan.

Jun Myeon melirik seragam gadis itu dan tidak menemukan name tag disana.

"Ya! Kenapa kau membenciku ? Apa karna aku akan menamparmu kemarin ?"

"Kau sudah tahu, dan kau kembali bertanya ! Kau itu bodoh atau apa ?!"

"Agasshi, jaga ucapanmu pada tuan muda." Tegur sang sopir sekaligus pengawal Jun Myeon.

Ririn menatap tajam sopir itu melalui kaca spion. Ia tak takut pada sopir dengan tatapan datar dan dingin bagai es itu.

Jun Myeon menghela nafas kasar memikirkan bagaimana cara berbicara dengan gadis yang terus saja bersikap kasar padanya. Ini kali pertamanya diperlakukan seperti ini oleh orang lain. Bahkan ayah dan ibunya pun tak pernah berkata kasar padanya sekalipun.

"Turunkan dia disini!" Perintah Jun Myeon yang langsung di kerjakan oleh sopirnya itu.

Ririn membulatkan matanya tak percaya. Bagaimana bisa laki-laki ini menurunkannya sembarangan. Ia saja belum genap satu minggu disini. Bagaimana nanti jika ia tersesat. Astagaa.. ia semakin memiliki alasan untuk membenci laki-laki gila ini.

Ririn membanting keras pintu mobil mewah itu setelah mobil benar-benar berhenti. Ia berlari entah kemana, yang penting menjauh segera dari manusia brengsek yang satu itu.

"Ah brengsek! Dasar orang gila! Lu pikir karna lu anak orang kaya, jadi lu bisa seenaknya sama gue ? Hhahahahah dasar generasi micin! Sarap lo emang ! Arrrghh Brengsek!" Umpat Ririn dalam bahasa Indonesia.

Orang-orang yang melihatnya seakan melihat orang gila yang berteriak tak jelas di tengah taman.

"Apa lo liat-liat hah ? Gak pernah liat orang cantik apa lo semua ?" Bentak Ririn pada orang yang melihatnya dengan tatapan aneh.
Aaah ini bukan Ririn yang sebenarnya. Ririn yang 1 jam yang lalu yang masih bernyanyi dengan indah dan masih dengan pembawaan kalem berubah menjadi Ririn yang beringas hanya gara-gara laki-laki sombong bernama Jun Myeon dan bermarga Kim itu.

Ririn melihat ponselnya. Satu notifikasi pesan dari Cha Eun Ha membuat mood nya sedikit membaik.

Tanpa pikir panjang Ririn langsung menelfon Eun Ha untuk menjemputnya. Sekali-sekali tak apalah merepotkan orang lain. Ini semua gara-gara si brengsek itu.

"Eun ha-yaaa!!! Teriak Ririn saat teleponnya diangkat.

"Ya! Pelan-pelan! Aku tidak tuli!

"Aku tersesat. Cepat jemput aku. Aku tak ingin mati disini!"

"Mwo ? Dimana kau sekarang ? Kenapa kau bisa tersesat ? Cepat kirim lokasimu sekarang!

"Sebentar." Ririn kemudian mematikan telepon dan mengirimkan lokasinya pada Eun Ha

Setelah menunggu selama 20 menit, Eun Ha pun datang dengan scooternya. Ririn langsung berlari menghampiri Eun Ha dengan mata berkaca-kaca.

"Kau kenapa ? Ada apa denganmu ? Kenapa kau menangis ?"

"Ayoo antarkan aku pulaang... aku lapaar." Rengek Ririn yang langsung naik di belakang Eun Ha tanpa menjawab pertanyaan Eun Ha.

Scooter itupun melaju pelan menuju foodcourt terdekat untuk mengisi perut.

"Turun." Ujar Eun Ha sambil melepas helmnya.

Ririn pun menurut dan mengikuti langkah Eun Ha memasuki foodcourt itu. Ia masih bungkam perihal tadi. Ia masih senang berteman dengan diam meskipun Eun Ha sudah beberapa kali bertanya.

"Sekarang jawab aku. Kenapa kau bisa tersesat sejauh itu ? Itu bahkan bukan jalan ke rumahmu. Kenapa kau menangis saat aku tiba tadi ? Ayolah. Katakan padaku." Cecar Eun Ha dengan berbagai pertanyaan.

"Kau ini kebiasaan sekali. Mana yang harus aku jawab jika kau bertanya sebanyak itu ?" Ujar Ririn pelan sambil menyesap milkshake blueberry nya.

"Oke. Langsung saja cerita. Aku penasaran."

Ririn akhirnya mulai bercerita dari awal ia keluar gerbang, Jun Myeon menarik paksa tangannya ke dalam mobil hingga laki-laki itu menurunkannya di tepi jalan. Eun Ha menatap tak percaya pada Ririn yang berani mengatakan 'bajingan' pada Jun Myeon. Waaah gadis itu sepertinya sudah sangat 'terlatih' untuk menghadapi orang sombong seperti itu.

"Ya sudah. Habiskan makanan mu. Aku akan mengantarmu pulang."

Ririn mempercepat makannya agar cepat pulang.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Annyeong
Aku berdebar-debar dan takut kalian kagak sukaaa

Next part kita manggil si Ririn Han Seo Rin

-Raffyuu-
Penulis mageran yang lagi sakit

Soul Of MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang