[Aldo] : malam Rin. Gimana kabar kamu ? Aku kangen.
Sebuah pesan masuk ke ponsel Seo Rin. Jantungnya berdegup kencang saat melihat nama yang tertera di layar pipih 6 inch itu. Nama yang selama ini ia nantikan untuk menghubunginya akhirnya terwujud. Tanpa pikir panjang Seo Rin langsung menekan nama ALDO untuk menelfon laki-laki itu.
"Aldo.." Ucap Seo Rin dengan lirih.
"Malam Riin." Jawab Aldo dengan bersemangat diujung sana.
"Kamu kemana aja ? Aku kangㅡ"
"Aku mau kita putus. Aku gak sanggup LDR-an kek gini. Aku disini juga udah jadian sama Asha. Udah ya." Potong Aldo cepat dan langsung mematikan sambungan teleponnya.
Seo Rin mematung. Kakinya seketika lemas mendengar ucapan Aldo. Bagaimana bisa laki-laki yang sudah menjadi kekasihnya selama 1 tahun lebih itu memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan begitu jujur ? Air matanya luruh tak tertahankan. Aldo menyebut nama ASHA. kakak kelas yang pernah sangat menentang hubungannya dengan Aldo.
"Arrrrrgghh!" Teriak Seo Rin frustasi sambil melempar ponselnya ke dinding dan hancur berantakan.
Desi dan Lay yang sedang di ruang keluarga terkejut mendengar teriakan Seo Rin yang sangat keras. Desi dan Lay pun segera ke kamar Seo Rin untuk melihat gadis itu.
"Rin.. kamu kenapa sayang ? Buka pintunya nak. Rin.. Ririn. Sayaang." Ucap Desi panik dibalik pintu kamar Seo Rin.
"Seo Rin-ah. Neo Gwenchana ? Apa yang terjadi ?" Lay ikut mengetuk kasar pintu coklat dihadapannya.
Seo Rin masih menangis tidak menanggapi panggilan dari Lay dan Desi. Ia tetap menangis.
"Eomma, apa tidak ada kunci cadangan ? Aku takut Seo Rin melakukan hal gila." Ucap Lay yang membuat Desi semakin panik.
Desi pun segera turun ke lantai satu untuk mencari kunci cadangan. Tentu ia tak mau putri se matawayang nya kenapa napa.
Tak butuh waktu lama Desi kembali keatas membawa banyak kunci di tangannya. Lay menepuk pelan keningnya. Ada belasan bahkan puluhan kunci di tangan Eomma nya itu. Pasti akan susah untuk mencari satu-satu."Eomma.. kenapa banyak sekali kunci disini ? Aaah pasti akan susah mencarinya, eomma.." rengek Lay sambil meraih kunci di tangan Desi.
"Ini kan kunci seluruh ruangan rumah, kunci butik, sama kunci lemari. Wajar kali banyak." Balas Desi yang tak lagi dihiraukan Lay yang sibuk membuka pintu.
Satu, dua, tiga, sebelas. Empat belas, tujuh belas. Krekk.. pintu akhirnya terbuka. Bukan karena kunci-kunci dari Lay. Melainkan gadis yang ada di dalam membuka pintu itu dengan tenang.
Seo Rin keluar dari kamarnya dengan penampilan kusut, matanya bengkak, rambutnya berantakan dan tangannya memegang ponselnya yang hancur. Lay dan Desi kaget melihat Seo Rin yang gak seperti biasanya.
"Ririn. Kamu kenapa sayang ?" Desi langsung memeluk Seo Rin yang benar-benar kusut.
"Ya! Kau sudah seperti orang gila. Ada apa denganmu ?" Tanya Lay mengusap wajah mulusnya.
"Eomma, Oppa. Aldo memutuskan hubungan denganku. Dia juga bilang dia sudah punya pacar lagi." Tangis Seo Rin kembali pecah di pelukan Desi.
Desi mengelus pelan kepala putrinya itu. Ia tahu putrinya itu sangat menyayangi Aldo. Ia seperti ikut merasakan sakit yang di alami oleh putrinya itu. Lay yang tak tahu siapa Aldo dan apa masalahnya sampai-sampai membuat adik nya menangis seperti orang gila.
"Aldo ? Nuguya ?" Tanya Lay menaik-naikan alisnya.
"Bukan saat yang tepat untuk bertanya hal itu, Oppa." Ucap Seo Rin memukul pelan perut sang kakak.
"Whoaa kau sudah bisa memukulku. Berarti kau sudah waras ya ?" Canda Lay yang membuat senyum kembali mengembang di wajah manis gadis Indonesia itu.
"Sudahlah. Aku akan kembali tidur. Oppa besok antarkan aku sekolah." Ucap Seo Rin memutuskan sendiri dan menutup pintu kamarnya.
**
"Ya! Bangun pemalas! Kau kira ini sudah jam berapa hah ? Kau ingin aku mengantarmu ke sekolah tapi kau malah asik asikan tidur." Lay membangun Seo Rin yang pagi itu tampak sangat malas untuk bangun. Matanya bengkak karena menangis semalaman.
"Kasihan adikku ini. Aaah wajahnya bertambah jelek saja. Aku tak sampai hati membangunkannya." Gumam Lay melihat Seo Rin yang masih tertidur dengan nyenyak.
"Aku mendengarmu, Oppa." Seo Rin menggeliat mengusap matanya.
Lay tertawa kecil. Ternyata Seo Rin mendengar semua yang ia katakan tadi.
"Ppalli ireona! Jika tidak, kau akan aku tinggal." Lay terkekeh.
"Keluar. Aku akan bersiap-siap." Ucap Seo Rin sambil mengayunkan tangannya memberi kode untuk menjauh.
"Untung saja kau adikku. Kalau saja kau temanku, mungkin aku akan menendangmu keluar dari sini." Lay mengatupkan giginya menahan diri untuk tidak mencubit pipi Seo Rin.
Seo Rin menatap kaca besar di kamar mandi. Astagaa matanya sangat sangat sangat sangat bengkak. Dan ini akan menjadi tanda tanya besar untuk semua teman-temannya. Ia harus mempersiapkan diri dengan pertanyaan-pertanyaan dari temannya. Hufft.. ia segera mandi dan bersiap. Lay Oppa akan benar-benar mengamuk jika ia tak segera bersiap-siap.
Ia turun dari kamarnya untuk ikut sarapan bersama Lay dan mamanya. Mama yang melihat mata bengkak anak gadisnya itu merasa prihatin sekaligus ingin tertawa.
"Mwo ? Eomma ingin tertawa ? Oppa juga ingin tertawa ? Tertawa saja." Ucap Seo Rin ketus melahap roti bakar di depannya.
"Aaah sensitif sekali anakku ini."
"Ayo berangkat." Lay kemudian berdiri.
"Maa. Ririn yang cantik badai yang abis patah hati yang lagi sakit hati yang matanya lagi bengkak tapi tetep cantik berangkat dulu. Mama jangan kangen. Nanti ririn yang cantik badai yang abis patah hati yang lagi sakit hati yang matanya lagi bengkak tapi tetep cantik ini balik lagi. Assalamualaikum." Seo Rin mencium punggung tangan ibunya sesudah mengucapkan kalimat panjang yang berulang-ulang.
"Aah.. kelamaan." Lay menarik tas Seo Rin yang membuat mamanya tertawa keras.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Annyeong
Keep vote and comments
-Raffyuu-
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Of Melody
FanfictionBukan bagaimana kau lari dari masalah. Tapi adalah bagaimana kau menghadapi dan menyelesaikan masalah 🔥 Fanfic pertama. Suka alhamdulillah, gak suka juga gapapa. Gimana kalian menghargai karya orang aja.