Laki laki berparas tampan dan berdarah belanda itu mengetuk ngetukkan bolpoin nya. Dia tersenyum bangga.
"Apa kabar sayang?" ucap nya menyeringai , dia menatap selembar foto seorang wanita dan wanita itu adalah yasmin.
Yasmin yang entah kenapa ingin sekali bercerai dengan arsya tekad nya sekarang sudah bulat dia akan menggugat cerai arsya, terserah apa yang di katakan dinda dan arsya sekarang bukankah harus nya sekarang dinda bahagia? Tapi kenapa seolah olah dia menghalangi yasmin dan arsya untuk bercerai yasmin pun tak mengerti.
"Yas pikirkan dulu baik baik." ucap dinda
"Mba harusnya mba seneng karena yasmin dan mas arsya akan bercerai tapi kenapa mba menghalangi yasmin untuk bercerai mba . kenapa?" ucap yasmin dengan suara yang agak tinggi.
Dinda terkejut dengan perkataan yasmin.
"Dengerin mba dulu yas.."
"Mas tolong beritahu mba dinda kalau aku dan mas gak pernah melakukan apapun . jika memang mba berpikir mas arsya telah memberiku nafkah batin itu salah mba salah besar! Mas arsya belum pernah menyentuhku sedikit pun mba." yasmin meluapkan semuanya sekarang dia sudah lelah dengan semua ini. Apalagi di tambah perusahaan nya yang sedang bermasalah arsya tidak tau sama sekali tentang ini
Dinda mencengkram lengan arsya kuat, Arsya menatap dinda yang sekarang pucat pasi.
"Kamu kenapa sayang?" tanya arsya khawatir.
"Mas... " suara dinda tercekat air mata nya mengalir deras. Dan tubuh nya ambruk seketika
Yasmin yang tadi mengeras hati nya langsung luluh melihat kondisi dinda sekarang
"Mba..." yasmin membantu arsya membopong dinda yang sudsh jatuh pingsan.
"Sayang ..bangun sayang.." Arsya mengecek denyut nadi dan jantung dinda.
"Gimana mas?"tanya yasmin panik
" denyut jantung nya melemah yas.."
Yasmin sangat merasa bersalah dia mengutuk dirinya sendiri jika terjadi sesuatu dengan dinda.
"Banty aku yas kita harus bawa dinda ke rumah sakit." Ucap arsya membopong tubuh dinda.
Arsya melajukan mobil nya dengan kecepatan di atas rata rata dia tidak perduli dengan jalanan dan pengendara lainnya yang penting istri nya terselamatkan.
"Mas pelan pelan.." teriak yasmin.
Arsya menoleh kebelakang
"Sudah kamu jaga aja dinda." jawab arsya lalu fokus kemabli pada jalanan.
Yasmin hanya terdiam lalu menatap dinda yang berada di pangkuannya dengan penuh rasa bersalah.
Sesampai nya dirumah sakit dinda segera di tangani oleh para dokter termasuk arsya, yasmin menunghu seorang diri. Tiba tiba ponsel nya berbunyi dan sekretaris nya yang menelpon.
"Iya ada apa may? "
"Maaf bu saya mengganggu tapi ada seseorang yang mau menemui ibu."
"Siapa?"/
" Dia mengaku nama nya Albert bu"
Yasmin terpaku tubuh nya melemas seketika dia terduduk di kursi dengan tatapan kosong. 'Dia datang lagi...' batinnya.
"Halo bu ibu masih disana?"
Yasmin baru sadar jika sambungan telpon dengan sekretarisnya belum terputus.
"Eh iya maaf. Iya saya segera kesana." ucap nya langsung menutup telpon.
Tapi dia jadi bingung dia tidak mungkin meninggalkan rumah sakit tanpa memberitahu arsya tapi jika dia tidak meninggalkan rumah sakit maka laki laki bernama albert itu pasti...
"Sudahlah aku akan mengabari mas arsya nanti." ucap nya segera pergi.
Laki laki itu terduduk manis di ruangan yasmin dia mengenakan setelan jas berwarna biru tua dengan jam tangan mewah yang melingkar di tangannya membuat dirinya terlihat sangat tampan dengan tatanan rambut yang sanagt rapi . Sudah hampir 30 menit dia menunggu tapi orang yang di tunggu tunggu belum juga datang
Yasmin berlarian dari parkiran kantor hingga ke ruang kerja nya. Sesampainya disana dia melihat laki laki itu laki laki berusia sekitar 27 tahun yang sudah 2 tahun terakir tidak ia temui langsung menyambutnya dengan penuh kerinduan
"Hai sayang apa kabar?" ucap nya seraya akan memeluk yasmin
Tapi yasmin dengan cepat menghindar
"Maaf albert janga sentuh aku." ucap yasmin ketus.
"Okee gak masalah."
Albert duduk kembali di kursi nya sedangkan yasmin dia masih berdiri dan menatao albert penuh kebencian.
"Mau apa lagi kamu dateng kesini!"
"Aku kangen sama kamu sayang."
"Diam albert!!" Teriak yasmin.
"Aku jijik kamu panggil aku dengan sebutan sayang." lanjut nya seraya berjalan dan duduk di kursi nya jauh dari albert.
Albert hanya menyeringai dan menatap yasmin penuh kebahagiaan dia mengacuhkan sikap yasmin yang ketus kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara 2 Pilihan
SpirituellesAku bukan lah wanita muslimah yang benar benar muslimah menurutku,aku hanyalah pendosa besar .Mungkin orang lain akan mengira aku adalah wanita muslimah yang taat beribadah dan tak pernah mengenal dunia kemaksiatan karena pakaian ku yang syar'i ini...