"Aku tidak punya masa depan" kata Daniel lemas di bangkunya.
Hari ini mereka mengisi lembaran perencanaan, isinya kurang lebih tentang universitas yang diincar, profesi apa yang diinginkan, serta pengalaman organisasi dan nilai nilai akademis mereka.
Guanlin menulisi tiap tiap kolom di formulirnya dengan cermat.
"Heh? Kenapa kau mencantumkan universitas itu?" tanya Daniel saat mengintip kertas Guanlin.
"Aku ingin saja. Kenapa?"
"Tapi itu kan-"
"Kau bahkan belum mengisi satupun" elak Guanlin.
"Aaah tidak tahu! Aku benar benar tidak punya impian semacam itu. Ayahku memintaku mewarisi usaha furniturenya. Apa sebaiknya aku pilih universitas dan jurusan asal asalan saja ya. Atau setelah lulus aku kerja di cafe bersama Seongwoo"
Guanlin tidak tahan untuk tidak memukul bagian belakang kepala Daniel.
"Jangan gila. Cepat isi. Jika memang kau berniat mewarisi usaha Ayahmu setidaknya pilih jurusan seperti manajemen atau akuntansi"
Daniel menatap Guanlin sangsi.
"Akuntansi? Kau bicara tanpa menggunakan otakmu. Ujian matematika saja aku tak sanggup mengerjakan" keluh Daniel.
Tiba tiba ada suara ketukan dari kaca jendela disamping tempat duduk Guanlin.
Begitu melihat siapa yang berada diluar dia segera menyimpan formnya di kolong meja dan keluar kelas.
"Kenapa Seonho?"
"Tidak apa apa. Aku dengar dari teman sekelasku hari ini anak kelas 3 mengisi lembar perencanaan. Aku penasaran dengan milikmu"
Guanlin mencubit pipi Seonho keras.
"Tidak. Tidak boleh. Sama sekali tidak boleh" kata Guanlin dengan tingkah imut.
Seonho menatapnya sinis.
"Apa apaaan kenapa aku tidak boleh lihat?"
"Kenapa juga kau ingin tahu?"
"Tentu saja aku ingin tahu ke universitas mana kau akan pergi"
"Kenapa? Kau takut merindukanku?"
"Haish" Seonho pergi meninggalkan Guanlin dengan bibir ditekuk.
Hari ini mood Guanlin sangat baik.
Sejak pagi semuanya terasa sangat menyenangkan bersama Seonho.
Mama dan Papa Guanlin sedang ke luar kota, mengunjungi keluarga pacar Kak Wooseok.
Jadi Guanlin menginap dirumah Seonho.
Bangun pagi dengan kondisi Seonho berada di sebelahnya dengan satu kaki melintang diatas badan Guanlin bukanlah sesuatu yang buruk untuk mengawali hari. Malah hal itu membuatnya tersenyum.
Guanlin selalu suka kamar Seonho.
Di dominasi warna warna cerah tapi enak dipandang mata.
Tempat tidurnya penuh plushie dan berbagai macam boneka.
Kontras sekali dengan kamar Guanlin yang nyaman namun terkesan monoton.
Setelah bangun Guanlin pulang kerumahnya, mandi dan bersiap siap kemudian kembali kerumah Seonho untuk sarapan bersama keluarganya.
Semuanya berjalan lancar sejak pagi.
"Seonho yaa!" teriak Guanlin.
"Apa?" balas Seonho teriak dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red String of Fate 🌹GUANHO🌹 [COMPLETED]
Short StoryApa yang akan terjadi jika hatimu berlabuh pada tempat yang tidak seharusnya? {Highest Rank #36 in Short Story}