Part 1 : Hades

539 34 99
                                    

"Apa yang kau inginkan, hai pemuda?" tanya sang pemilik suara yang kharismatik dan mengerikan sekaligus.

Suaranya bahkan menggema.

"Keinginanku tak muluk-muluk. Aku tidak perlu hidup abadi dan kekayaan. Yang kini kuinginkan adalah wanita yang kucintai, Serah. Wanita yang telah menjadi tunanganku, wanita yang terlupakan oleh surga dan bumi, wanita yang engkau cabut nyawanya tempo hari. Aku menginginkan dia untuk kembali kepadaku. " dengan tegasku berucap sembari menatap iblis yang ku-summon sebelumnya, ah, tidak. Seorang dewa neraka, Hades namanya.

Hades memandangku dengan tampang yang superior. Aku tidak menyukainya. Ia memandangku seperti sampah. Namun, jika cintaku kepada Serah harus mengorbankan harga diri dan nyawaku, maka akan kulakukan.

"Dia sudah mati." ujarnya tanpa basa-basi.

Hades dalam mitos Yunani merupakan anak tertua dari Cronus dan Rhea. Ia dikenal sebagai dewa penjaga neraka di mana api menyala dan membakar jiwa para pendosa. Hipotesisku adalah Hades memiliki wujud mengerikan seperti dewa pencabut nyawa dengan wajah skeletal dan sabit maut yang bermandikan darah manusia. Namun, tampaknya aku salah. Hades di hadapanku ini justru mempunyai perawakan yang tampan. Wajahnya cenderung oval, dagunya agak lancip, bentuk matanya tajam dihiasi iris berwarna merah darah. Rambutnya juga membuatnya tampak menawan. Bermodalkan rambut pirang dengan poni yang menutupi mata kirinya, ia mengadopsi perawakan pria tampan dengan hawa yang misterius tetapi anggun.

"Aku tidak peduli." tak sedikitpun aku gemetar saat berkata-kata kepada dewa penjaga neraka.

"Manusia, kau tahu tahu bahwa di dunia tidak ada hal yang gratis, kan?" berucaplah dia sambil menopang dagunya dengan tangan kanannya yang bersantai di atas lengan kursi.

"Apa harga yang kau inginkan? Aku akan membayarnya. Apapun yang kamu inginkan. Jabatan, harta, relasi dengan orang besar juga akan kukorbankan bila perlu." jawabku sambil menunduk hormat kepadanya.

"Apapun yang kuinginkan? Hahaha, manusia memang mahkluk yang menarik. Manusia adalah pelaku kebajikan tetapi juga pendosa yang paling jahanam. Kau, manusia telah membuatku tertarik dengan ketamakanmu itu." ledekan Hades cukup membuatku naik darah.

"Tidak ada yang lucu," tegurku sambil menyorotkan pandanganku dengan sinis.

Oh, Tuhan. Apakah aku sudah gila atau semacamnya? Apakah barusan saja aku berlaku kurang ajar kepada sang dewa neraka? Aku pasti sudah tidak waras. Tidak waras seperti sastrawan maniak bunuh diri, si Osamu Dazai itu.

"Brengsek juga yang kau. Tapi aku tidak keberatan. Bagaimana pun, setiap manusia pantas mendapatkan kesempatan, 'kan?" Senyum tipis mengembang di atas bibir pucat Hades.

Aku tidak menyukai pria di hadapanku ini.

"Syut!" suara desiran keras di udara memeking tajam membuat tingkat kewaspadaanku naik lima ratus persen.

Daguku terangkat ke atas. Sensasi dingin yang kurasakan di bawah daguku membuat jantungku berdetak dalam ketakutan sejati khas manusia. Pandangan mataku bertemu dengan mata Hades yang berkilauan bak kemilau batu ruby. Sensasi dingin itu tak lain disebabkan oleh jari ramping Hades yang mendorong daguku ke atas. Mata intimidatif Hades seolah mengintip jiwaku.

"Tamak, sombong, rasa iri..." Semuanya bisa kurasakan." ucap Hades sambil tersenyum simpul.

"James Lucretiofield." sambil melepaskan jarinya dari daguku, ia mengucap nama lengkapku.

" sambil melepaskan jarinya dari daguku, ia mengucap nama lengkapku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hades. Dia bukanlah dewa yang sembarangan. Dia amat berkuasa. Dari mana ia mengetahui nama lengkapku. Mungkin ia mengetahui segalanya. Siapa tahu? Barangkali ia telah mengontrol dunia seperti boneka mekanis di balik tirai hidup dan mati.

Kutegaskan, ia dewa yang amat berkuasa. Saat aku melakukan summoning (pemanggilan) terhadap Hades, sang dewa neraka tidak datang kepadaku. Sebaliknya, akulah yang "terhisap" ke altar ia bertaktha. Kekuatan summoning-ku justru bekerja secara invers. Dia bukanlah seorang dewa sembarangan yang bisa dipermainkan. Lebih buruknya, ialah yang mungkin akan mempermainkan jiwa-jiwa manusia yang melintasi neraka.

"Aku bukan pria sederhana yang mau langsung menukarkan jiwamu dengannya. Bagaimana bila kau mengejar dia dalam permainan milikku?" tawaran Hades itu cukup membuatku marah.

Dewa sialan ini menggunakan Serah sebagai permainan. Kuingin berkata kasar.

"Deal or not? Bila kamu menolak, yah... Aku akan mengembalikanmu ke bumi dan memastikan kau tak mengingat apapun di neraka ini dan bahkan melupakan kekasihmu itu. Bukan tawaran yang buruk bukan? Aku bisa saja membuatmu lupa akan rasa sakit yang menyiksamu. Tetapi kamu juga berkesempatan mendapatkan potongan berharga dari hidupmu kembali." kata Hades sambil menyunggingkan seringai yang cukup memancing amarah.

Sial. Aku tak dapat menerima fakta bahwa ia menjadikan Serah sebagai bahan permainan.

Aku mengepalkan tanganku hingga urat nadiku timbul di pergelangan tanganku. Aku benar-benar ingin menamparnya tetapi aku tidak bisa. Sebab Hades adalah kunci untuk mendapatkan Serah. Serah kini sedang di neraka. Aku yakin dan tak mungkin aku salah.

"Baiklah, deal." jawabku sambil menatap Hades dengan tajam.

"Let the game begin." ucap Hades sambil tersenyum licik.

Pusing. Kepalaku serasa akan terbelah. Semua pandanganku kabur dan perlahan menjadi hitam. Hal terakhir yang kulihat ialah senyum Hades yang menyebalkan sebelum akhirnya aku perlahan kehilangan kesadaran. Tubuhku serasa ditarik oleh gravitasi yang tak kukenali. Aku kemudian tak merasakan apapun lagi. Aku tidak dapat melihat apapun selain warna hitam sehitam surga yang rapuh dalam kekosongan abadi.

°
°
°

Tubuhku terasa amat kaku. Mataku terbuka perlahan. Tanganku dan lututku mencoba untuk menopang di atas tanah. Teringat olehku ucapan Hades mengenai permainannya.

"Ugh.. Kepalaku sakit." keluhku sambil bangkit berdiri.

Di mana aku sekarang?

Aku memandang ke depan dan aku terkejut. Sekali lagi hipotesisku salah. Saat aku membayangakan bahwa neraka serupa dengan gua api yang membara dan dapat menghasilkan ledakan vulkanis kapan saja, justru yang aku lihat adalah kota modern yang serupa dengan buatan manusia. Malah lebih indah dibanding kota di mana kuberasal. Keindahan kota ini setaraf dengan Las Vegas. Hanya saja perbedaan mencolok antar kota ini dengan kota di dunia manusia ialah merah sebagai warna yang mendominasi kota ini serta hawa kejahatan yang memancar jelas dari segala penjuru.

 Hanya saja perbedaan mencolok antar kota ini dengan kota di dunia manusia ialah merah sebagai warna yang mendominasi kota ini serta hawa kejahatan yang memancar jelas dari segala penjuru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat datang ke neraka. Aku akan memberi instruksi permainan yang sudah dipercayakan Lord Hades padaku." ucap seorang wanita yang sedang tersenyum memandangku sambil memegang berkas-berkas di tangannya yang mungil.

My Sweetest Hell [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang